'El Titan', Pentolan Heavy Metal di Masa Kejayaan Kartel Pablo Escobar

FYI.

This story is over 5 years old.

Heavy Metal

'El Titan', Pentolan Heavy Metal di Masa Kejayaan Kartel Pablo Escobar

Band Kraken pimpinan Elkin Ramírez Zapata mempelopori kancah metal Kota Medellín, terhindar dari kekejaman anak buah kartel paling ditakuti sedunia, kini jadi inspirasi metalhead Kolombia.

Artikel ini pertama kali tayang di Noisey.

Kota Medellín di Kolombia, umumnya dikenal berkat sosok Pablo Escobar atau jaringan kartel narkobanya. Apabila anda menyinggung soal narkoba di hadapan warga setempat, mereka akan marah. Tidak heran bahwa acara serial Netflix, Narcos, tidak terlalu populer di Medellín. Selama tiga dekade, kota ini dihujani kekerasan, dokumenter bertemakan teror, dan turis-turis nakal yang datang mencari narkoba. Baru-baru ini, jaringan televisi Russian Times merilis dokumenter Escobar's Hitman. Semua itu membuat usaha kota untuk merebut kembali identitas mereka, lepas dari citra kartel, semakin sulit. Namun mau tidak mau, warisan Escobar tidak bisa dihindari. Di akhir 1980an, ibukota provinsi utara Kolombia, Antioquia tersebut dikenal sebagai ibukota pembunuhan terbesar di dunia. Namun jangan salah, Medellín, juga merupakan ibukota musik rock, punk, heavy metal, dan revolusi kultur Kolombia di tengah maraknya aksi kekerasan.

Iklan

Tahun ini, kota Medellín berduka setelah Elkin Ramírez Zapata, salah satu superstar metal setempat meninggal dunia. Ramírez meninggal dunia pada 29 Januari 2017 setelah kalah bertarung melawan kanker otak. Dijuluki El Titán, dia merupakan epigon vokalis Iron Maiden, Bruce Dickinson, dari Kolombia. Upacara pemakamannya didatangi oleh hampir seluruh penduduk Medellín, dan untuk pertama kalinya dalam sejarah, gereja Metropolitan Cathedral kota tersebut penuh sesak berisikan metalheads dan anak punk—penggemar, teman dan orang-orang yang menitikkan air mata dan bernyanyi bersama seiring band Ramírez , Kraken manggung untuk terakhir kalinya. Di awal 1980-an, Ramírez dan Kraken berada di puncak revolusi musik rock Kolombia. Lewat teriakan falsetto khas dan kegigihannya, vokalis Ramírez membuat Kolombia dikenal oleh penggemar musik dunia.

"Dia merupakan sosok yang luar biasa dan kepergiannya membuat kami sangat sedih." kata Alex Oquendo, vokalis Masacre, salah satu band besar lainnya di Kolombia. "Dia merupakan sosok ayah bagi para penggemar musik rock disini dan salah satu yang pertama kali menyanyikan musik heavy metal dalam bahasa Spanyol. Kolombia baru saja kehilangan sosok penyair yang memperjuangkan hak dan kebebasan musisi rock dan warga Amerika Selatan. Setiap harinya, orang-orang terus mengingat kepergiannya dan jasa-jasanya terhadap kota dan negara ini. Bahkan sempat ada wacana untuk mendirikan monumen dirinya. Perlu ada semacam peringatan untuk mengenang dirinya."

Iklan

"Setiap individu memiliki ceritanya sendiri," tulis Ramírez di 1986. Dan kisah yang diciptakan oleh Ramírez bercerita tentang sisi lain kota Medellín. Seperti yang dikisahkan Victor Gaviria lewat film tahun 1990 berjudul Rodrigo D: No Futuro, kematian dan nihilisme yang dihasilkan oleh Escobar justru menciptakan produk yang mengagetkan—sebuah counter-culture yang terinspirasi oleh musik negara Barat. Tidak seperti bentuk pemberontakan lainnya dalam sejarah Kolombia, gerakan ini justru dihiasi oleh musik rock, punk dan heavy metal. Para prajuritnya adalah kaum muda yang tidak puas dengan keadaan kota yang miskin, dan kini mereka siap mengangkat senjata mereka—musik—untuk memerangi masyarakat.

Salah satunya adalah Juan Aristizábal Vásquez (dikenal sebagai Juanes), yang kini merupakan salah satu musisi Latin paling laris di dunia. Bersama dengan Shakira, Juanes menjadi salah satu bintang pop dunia pertama yang dihasilkan Kolombia dan membawa perjuangan Kolombia tersebut ke depan mata dunia. Sepanjang karirnya yang selama 17 tahun, Juanes pernah dinobatkan Time Magazine sebagai salah satu 100 sosok paling berpengaruh di dunia, memenangkan 22 Grammy Awards dan bernyanyi di depan mahkamah PBB. Tidak seperti Kraken, musik Juanes sangat populer. "Ketertaikan saya dengan musik Kraken dimulai di 1986 ketika saya berumur 14 tahun," jelasnya. "Di saat itu, mereka telah merilis LP perdana berisikan lagu Todo hombre es una historia dan Muere Libre, dua lagu yang sangat berarti bagi saya dan memulai pergerakan musik di Medellín yang saat itu tengah dilanda perang brutal antara negara dan mafia. Ketangguhan dan kualitas artistik yang ditampilkan Elkin Ramírez dan rekan-rekannya merupakan sumber inspirasi bagi saya dan banyak orang di generasi kami."

Iklan

Oquendo dan Juanes yang sama-sama pernah bermain di band Ekhumosis mengalami kesuksesan internasional: Juanes sebagai musisi pop dunia dan pendukung perdamaian dunia, dan Oquendo, vokalis band death metal Masacre—band Kolombia pertama yang dirilis label asing. Terinspirasi oleh El Titán, mereka berdua menggunakan lirik mereka sebagai media untuk mengutuk kekerasan yang terjadi.

akhir 1960an, musik rock Inggris menginvansi telinga penduduk negara-negara Latin. Revolusi ini dimulai oleh The Beatles dan The Rolling Stones, dilanjutkan oleh Black Sabbath, Deep Purple dan Led Zeppelin dan ketika Spanyol merana di bawah pemerintahan Jenderal Franco yang penuh penyensoran, Argentina melanjutkan perjuangan. Rock Nacional, genre yang menggabungkan musik rock dan kebanggaan akan bahasa Spanyol lahir dan menghasilkan reaksi berantai di Amerika Latin. Di awal 80an, Franco meninggal dunia dan Rock Radical Vasco, musik protes dari negara Basque tiba di Kolombia lewat para importir vinyl. Musik hard rock dan hardcore punk dari AS pun mulai terdengar gemanya.

Generasi muda Medellín haus akan sound-sound yang segar ini. Dibantu oleh acara-acara nongkrong santai yang disebut notas atau parches dimana para penggemar musik saling barter kaset, pengetahuan atau pastas [LP/vinyl]. Band-band setempat pun mulai bermunculan dan bermain di acara-acara pesta rumahan dan parqueaderos (parkiran mobil). Biarpun Jorge Calderon dan bandnya Carbure perlu mendapat kredit salah satu band rock 'sejati' pertama Kolombia, sejarah musik rock ditorehkan di 22 September 1984 ketika sebuah band bernama Kraken (dulu bernama Kripzy) manggung di sebuah daerah kumuh yang penuh kekerasan.

Iklan

"Saya pertama kali nonton Kraken manggung di Teatro Lux di Manrique, sebuah comuna di Medellín yang penuh dengan isu sosial," ingat Oquendo. "Harga tiketnya 200 pesos (sekitar13 ribu perak). Kami sangat kagum melihat vokalis Elkin, rasanya seperti memiliki Bruce Dickinson lokal. Dia adalah vokalis dengan kualitas suara menakjubkan dan para gitarisnya bisa menyaingi permainan gitaris Iron Maiden. Keren parah."

Namun tidak semuanya berjalan mulus. Sama seperti Inggris di 1970an, rock, punk dan metal awalnya muncul di Medellín sebagai gerakan kaum pekerja, dan mereka kerap saling iri satu sama lain. Apabila band-band "kawasan kumuh" seperti Mierda, Parabellum, dan Danger terdengar agak kasar, Kraken justru lebih kompleks, aransemennya rapi, dan liriknya puitis. Personelnya berasal dari Belén, kawasan kelas menengah yang jauh dari masalah sosial yang kerap menghantui daerah-daerah penuh geng seperti Manrique, Aranjuez, dan Buenos Aires. Pergerakan awal musik Kolombia terbagi-bagi berdasarkan garis sosio-politik. Dan tidak lama kemudian menjadi semakin dinamis akibat munculnya ultra metal—fusion primitif musik metal dan hardcore punk yang secara radikal memusuhi musik komersial, kemapanan dan siapapun yang terdengar 'lebih cemen.'

"Saat itu, ada pandangan kalau metal itu musiknya kelas pekerja," ujar Roman Gonzalez, anggota band Sargatanas (yang juga berasal dari Belén). "Orang kaya dan kelas menengah tak pantas menikamti metal. Kalau kamu metalhead yang kebetulan tajir, kamu akan dianggap sebagai casposo [kata slang untuk poser yang berarti "ketombe"]. Elkin adalah metalhead ganteng dan berasal dari kaum berada. Tapi di sisi lain, dia adalah seorang pekerja keras, seorang visioner yang melabrak sebuah aturan supaya bisa bermain musik di level internasional. Hal ini susah dipahami oleh orang-orang di Medellín saat itu—mereka masih kayak manusia gua."

Iklan

Kesenjangan kelas kelak menjadi pemicu kericuhan dalam sebuah konser yang digelar pada tahun 1985, salah satu konser yang kini dianggap paling penting dalam sejarah kota itu…

Beberapa orang berkukuh bahwa Pablo Escobar adalah seorang penggemar musik rock. Di puncak kejayaannya, konon sang gembong narkoba itu pernah menerbangkan The Rolling Stones, REO Speedwagon dan Samantha Fox untuk manggung di Mansion. Sayangnya, rumor sensaional ini tak pernah bisa dibuktikan. Selain terkenal sebagai kingpin di dunia kriminal, Escobar adalah seorang dermawan. Dia dikabarkan pernah mengucurkan uang yang tak sedikit jumlahnya untuk kota Medellín. Salah satu kegiatan amalnya, Medellín sin Tugurios[Medellín Tanpa Kawasan Kumuh] adalah gelaran publik bersponsor. Pada tahun 1983, lembaga donor tersebut menyokong pengimpor lagi kenamaan Raúl Velásquez dariJIV Ltd untuk menggelar konser rock pertama di kota itu. Dalam konser yang digelar di La Plaza del Toros La Macarena, Argus, band heavy metal asal Tampa, didapuk sebagai headliner.

La Macarena sesungguhnya adalah arena adu banteng berkapasitas 15.000 orang. Pada tanggal 23 Maret 1985, arena ini jadi saksi kerusuhan besar. Mendapat angin setelah berhasil memanggungkan Argus, JIV Ltd dan Radio Veracruz mencoba peruntungan menggelar gig berkonsep battle of bands. Band yang manggung dalam gelaran kali adalah beragam band setempat seperti Spool, Glöstter Gladiattor, Danger, Mierda, Excalibur, Parabellum (saat itu tampil dengan nama Mentes Locas), Lasser, dan Kraken. Semua band ini berebut satu kontrak rekaman dengan label nasional Kolumbia, Codiscos. Mengingat band-band yang cukup kesohor ikut serta dalam gelaran ini, konser ini tak ayal menyedot perhatian banyak penonton, mirip seperti konser rock stadium di Amerika Serikat.

Iklan

Kompetisi band akbar itu dibuka dengan kurang menyakinkan oleh band soft rock, Spool. Di bawah terik mentari 32 derajat celsius, Spool yang dengan percaya diri memainkan nomor-nomor ballad langsung jadi sasaran empuk. Penonton segera menghadiahi Spool dengan lembaran batu dan pasir yang diambil langsung dari arena adu banteng. Tak cukup sampai di situ, penonton meneriaki mereka Caspa! Caspa! [Poser!]. Spool pun dipaksa menyelesaikan set mereka secepat mungkin. Band kedua yang naik panggung adalah Glöstter Gladiattor yang kemudian disusul Danger. Keduanya punya tugas berat menjaga penonton tetap tenang—dan kedua band bisa dibilang tampil lumayan okay. Glöstter Gladiattor berhasil memanfaatkan karismanya sementara Danger tampil dengan sederhana namun efektik. Sesuai namanya, kolektif ultra metal Mierda berhasil memanaskan suasana ketika vokalis mereka Oswaldo Ordoñez Carmona melumur tubuhnya dengan darah dan memprovokasi penonton dengan ujaran anti kristen. Di hadapan penonton, Carmona tanpa tedeng aling-aling meminta mereka agar "tak meninggalkan satupun tetap berdiri." "Salib aku!" teriaknya yang kemudian disusul kalimat yang lebih gila lagi. "Setan ada di antara kita."

Foto Mierda di atas panggung.

Atmosfer seketika memanas. Promotor segera meminta rehat, sesuatu yang tertera dalam jadwal acara hari itu. Tanpa mereka sadari, penonton yang bergerombol hari itu bukan cuma datang untuk menonton band kesayangan mereka manggung. Kumpulan penonton hari itu lebih mirip sebuah bom berisi masalah sosial yang nyaris meledak. Para penonton yang berafiliasi dengan musik punk dan metal biasanya datang dari kawasan miskin di kota Medellín. Mereka tak akur dan cenderung membenci penonton kelas menengah yang menggemari soft rock. Bahkan, disparitas kedua kelas ini terlihat dalam konser tersebut; anak punk dan metal berkubang dalam pit yang kotor. Sementara, penonton kelas menengah cuma menonton dari tempat duduk.

Iklan

Pasca break, konser dilanjutkan dengan penampilan band heavy metal Excalibur. Sebenarnya, band ini tampil tanpa cela. Kalau pun ada kesalahan, maka kesalahan itu adalah mereka tak memainkan ultra metal. Baru beberapa saat manggung, suara Excalibur pun tertutup teriakan ""Parabellum! Parabellum!" [bahasa Latin yang berarti "bersiaplah untuk berperang"] dari arah penonton. Beberapa jurus kemudian, arena adu banteng seakan dipenuhi oleh prajurit imperium Romawi. Kalimat latin itu juga digunakan guna memanggil sebuan band dari Buenos Aires, Argentina, Parrabelum, salah satu band paling radikal saat itu. Di tangan Parabellum yang menyuguhkan sound yang brutal, panggilan perang itu berubah menjadi nyata. Repertoir mereka hari itu berisi"Guerra", "Monopolio y Sexo," and "666 Engendro" [666 Spawn] seakan menemukan takdirnya, menjadi penyulut kerusuhan besar. Apa yang awalnya dirancang sebagai "perang antar band" dengan cepat berubah menjadi "perang antar fans."

Momen-momen sebelum kericuhan meletus terekam dengan baik dalam video di bawah ini:

Batu-batu yang semula diarahkan ke panggung Excalibur dan Spool kini menemukan sasaran baru: penonton yang duduk di bangku. Seorang pria yang bernasib buruk dituduh "berjoget katak bencong" ketika Lasser beraksi jadi pemantik kerusuhan hari itu itu. Perang kelas dan kekerasan bernada sektarian meledak dalam bentuk tawuran besar-besaran antara kelompok metal, punk dan pengagum rock. Polisi yang dikerahkan ke lokasi hari iyu itu tak dilengkapi perkakas memadai untuk mencegah kerusuhan. Satu-satu opsi adalah memanggil pemadam keamanan. Dengan bantuan damkar setempat, arena adu banteng itu diubah jadi kamar mandi raksasa. "Penuh skandal," tulis seorang wartawan harian setempat El Espectador. Kerusuhan itu, oleh sang jurnalis, dipadankan dengan orgy pemadat. Lebih dari itu, sang wartawan rupanya geram karena kamar mandi—yang kebetulan baru saja direnovasi—ikut rusak karena kericuhan. Kerusuhan akhirnya reda. Sayang, Kraken yang jadi headliner hari itu tak sempat manggung. Elkin Ramírez, frontman Kraken, konon ditemukan sedang duduk di belakang panggung. Tak sedikit pun tersirat rasa gentar di wajahnya. Elkin tetap tenang. Paduan karakteristik ini yang pada akhirnya akan membuat namanya harum di kancah metal Kolumbia.

Iklan

Ramón Restrepo, yang menjadi vokalis Parabellum hari itu, mengengan apa yang terjadi: "Kami paham banget radikalisme dalam musik. Komunitas underground metalero berjuang mati-matian melawan komersialisasi musik dalam acara battle of bands itu dan The Vase of Llorente [sebuah gelaran yang mengawali kemerdekaan Kolumbia] sangat membenci band yang tak punya sound se-heavy Parabellum. Carlos Mario, gitaris Parabellum, mengimbuhi, "Bagi kami anggota Parabellum, kami tak memulai [kerusuhan]. Kami cuma main musik kami. Elkin tahu banget masalah ini. Iya tahu cara menghadapinya. Perbedaan adalah sesuatu yang alami. Pada akhirnya, perbedaan mengajarkan kami pentingnya persatuan dalam keterpisahan, salah satu prasyarat kehidupan itu sendiri. Saya selalu menganggap Elkin sebagai seorang penyair, seorang yang gentleman dan suara sebuah generasi. Jika kamu enggak suka suatu hal, ya jangan ikut-ikutan, tapi lakukanlah dengan penuh hormat seperti Elkin."

Meski kontes band itu berenti tanpa hasil yang jelas, Kraken muncul sebagai pemenang tanpa harus memainkan satu not pun. Salah satu penyelenggara acara itu, Carlos Acosta, menjadi manajer baru mereka dan berhasil memberi mereka kontrak rekaman dengan Codiscos pada tahun 1986. Tak mau membuang waktu, Kraken melemparkan dua EP—masing-masing berisi 2 lagu—yang kemudian disusul dengan album penuh pertama mereka yang legendaris, Kraken, pada tahun 1987. Sementara itu di Medellín, kerusuhan yang terjadi dalam konser itu tak lagi jadi masalah besar. Bahkan, kantor harian yang menulis tentang kerusuhan itu malah kelak akan dibom dan dibakar sampai rata dengan tanah.

Iklan

"Sayangnya, di akhir dekade 1980, perang obat-obatan meledek," tulis Mario Aponte dari band Maleficarum, mengenang masa-masa itu. "Banyak warrior yang meninggalkan musik dan bergabung dengan para sicarios [pembunuh bayaran] karena alasan ekonomi. Banyak warrior yang saya tahu mati karena dibunuh atau karena berdiri terlalu dekat dengan mobil meledak. Tapi ini tak jadi halangan bagi kami menghadiri parches atau gig yang biasanya diadakan di daerah yang dikenal seram. Kami tak takut apapun dan mungkin ini semacam keajaiban musik—kekuatan yang membuat kami tak gentar terhadap siapaun atau apapun. Para Sicarios atau pembunuh bayaran di kawasan-kawasan menyerang kami, tapi kami bodo amat dan terus melakukan apa yang kami sukai. Begitu terus sampai dekade 90an tiba."

Selama kurun waktu antara tahun 1985 - 1993, Kolombia tak jauh berbeda dari lubang neraka. Pada tahun 1985, terjadi serangan tiba-tiba di Ibukota Kolombia, Bogotá. 35 gerilyawan marxist bersenjatakan M-19 menyerbu Palace of Justice, membunuh lebih dari 100 sandera. 11 di antaranya adalah anggota Kejaksaan Agung Kolombia. Di Medellín, Pablo Escobar memulai serangkaian serangan bom untuk membunuh lawannya. Guna mencapai tujuannya, Don Pablo mengerahkan sicarios berusia belasan tahun. Pemerintah Kolombia yang gerah dengan tindak-tanduk sang gembong mengancam akan mengekstradisi Escobar. Sebagai balasan, Escobar membantai polisi, tentara, bahkan jurnalis tanpa henti. Pada tahun 1989, Kolombia benar-benar menjadi negara yang dikangkai mafia. Kandidat presiden menemui ajal di tangan pembunuh di tahun yang sama. Sementara usaha pembunuhan terhadap politisi lainnya berakhir menjadi peledakan penerbangan Avianca flight 203. Seakan belum cukup mengenaskan, masih di tahun 1989, Kartel Cali dari daerah Valle del Cauca, mulai mengorbankan peperangan memperebutkan kekuasaan akan perdagangan kokain melawan Escobar.

Iklan

Tapi, kekerasan yang mewabah tak bikin perkembangan kancah musik di Kolombia kendur. Gerakan yang awalnya lahir di Medellín kini tumbuh hampir dua kali lipat. Nama-nama baru seperti Masacre, Astaroth, Nekromantie, Blasfemia, dan Reencarnación bermunculan. Band-band baru dibentuk di seluruh penjuru Kolombia: Neurosis, Darkness, dan La Pestilencia dan Bogotá, serta Krönös dan Inquisition di Cali. Gelombang metal juga menyebar ke kawasan lain di negara itu, sebagian besar lantaran konser yang sporadis diselenggarakan serta La Cortina Hierro [ dipandu oleh Mauricio "Bull Metal" Montoya] yang memiliki ratusan ribu pendengar. Di awal dekade 90an, Kolombia jadi negara yang diperhitungkan di kancah metal internasional dan para pionir di negara ini langsung memanen hasilnya. Kraken "lulus" dari kancah underground dan setelah diserang di Carlos Vieco Amphitheater, Medellín pada 1987, mereka mulai melakukan tur.

Masacre

Perkembangan metal yang pesat juga melahirkan band-band generasi baru dengan sound yang lebih beringas. Víctor Raúl Jaramillo alias "Piolin" dari band ultra metal Reencarnación mengingat hal itu dengan jelas : "Bung, saya cuma tahu tiga lagu Kraken lho. Percakapan saya dengan Elkin ya sebatas obrolan sekenanya. Elkin dan saya sepertinya tidak cocok. Tapi, saya sangat mengagumi karya, konsistensi dan perjuangan Elkin untk membawa musik Kraken sejuah mungkin. Dari dedikasinya, kami kamu musik Kraken adalah karya yang tak main-main."

Iklan

Harapan Kolombia sirna pada Agustus 1989 ketika politisi liberal Luis Carlos Galán dibunuh di hadapan 10,000 orang pada pawai di Soacha, suburban Bogotá. Galán mendeklarasikan perang melawan gembong narkoba di negeri itu, dan mereka tahu bisnis mereka akan segera punah jika dia terpilih. Pada salah satu pembunuhan publik paling dramatis di abad ke-20, Galán ditembak ketika sedang menaiki panggung, dikelilingi pendukungnya. 24 jam setelah pembunuhan itu, Kraken mengadakan konser tribut untuk Galán. Ramírez mengadakan prosesi mengheningkan cipta, atas nama " peace, respect, dan liberty" di atas panggung. Konser itu digelar di La Plaza del Toros La Macarena, tempat sama yang menolak mereka empat tahun sebelumnya. Tiga bulan setelahnya, band itu merilis album keduanya, Kraken II. Album itu merupakan albm virtuoso hard rock; musik mereka mendahului generasinya. Sound mereka menjadi lebih kompleks, progresif, dan sarat keyboard, mirip dengan Queensrÿche versi Latin. Lagu mereka "Vestido de Cristal" menjadi topik perdebatan sengit soal stasiun radio anak muda di negara itu, namun bahkan ketika mereka sedang naik daun dan tampil di hadapan 20,000 penonton di arena Poliedro, Venenzuela, tahun 1990, tidak ada yang bisa menuduh mereka tengil atau arogan.

"Elkin adalah seorang gentleman—bukan rockstar atau anak skena. Dia tidak egois," ujar Andrés Castro, promoter asal Bogotá. "Dia mewakili harapan dan Kraken sangat dihargai dan dihormati. Pada era itu, menjadi metalhead tidak seperti sekarang dan pesan dia adalah 'Jangan khawatir. Kita bisa kok'."

Sekurang-kurangnya satu dekade selanjutnya sebelum era narko-terorisme berakhir. Pada 2012, banyak gembong narkoba di sana telah dibunuh atau dipenjara, dan Kolombia kini sedang dalam perjalanan menuju kedamaian. Kokain kini dijauhi oleh kancah metal hari ini dan gembong narkoba merupakan sumber rasa malu dan kejijikan nasional. Bahkan sekadar menyebut nama Escobar dapat membuat sebagian besar warga Kolombia murka.
David Rivera, gitaris Tenebrarum, berbagi sudut pandangnya: "Saya mesti bilang… Pablo Escobar adalah aib kami sebagai masyarakat. Dia bukan pahlawan rakyat miskin—dia adalah seorang kriminal. Saya rasa banyak orang di sini memanfaatkan bagian sejarah Kolombia yang ini untuk menarik perhatian. Tentu saja, sejarah metal di Medellín bersinggungan dengan kekerasan, namun semua orang terkena imbasnya, bukan hanya kancah metal. Kami tidak bisa membicarakan perkembangan metal dengan Pablo Escobar pada pusatnya." Metal "Amerika Latin" menarik perhatian banyak penggemar secara global pada 1985-1993. Bahkan musisi Barat seperti Øystein "Euronymous" Aarseth dari band black metal Mayhem sangat tertarik pada otentisitas dan suara brutal band-band Kolombia. Betapapun "bengis" para perintis black metal Norwegia, mereka hanyalah remaja kelas menengah ngehek di utopia Skandinavia. Kebengisan mereka bukan apa-apa dibandingkan realitas sehari-hari di Kolombia, yang memproduksi pendekatan lirik dan suara yang tidak bisa dipalsukan atau dibayangkan. Band Masacre, dikenal karena judul-judul kelam dan menggugah sepertiKolombia: Imperio del Terror [Kolombia, Kerajaan Teror], Cáncer de Nuestros Días [Kanker pada Keseharian Kita] and Ola de Violencia [Gelombang Kekerasan] adalah cerminan berani atas zaman mereka.

Selama 1980an akhir, Euronymous mulai berkoresponden dengan drummer Masacre, Mauricio "Bull Metal" Montoya untuk menyebarkan musik dan mencari band-band untuk labelnya, Deathlike Silence Productions. Bahkan beberapa orang menyarankan bahwa temuan Euronymous, yaitu Parebellum, bapak dari ultra metal, memiliki pengaruh langsung terhadap Mayhem dan kebangkitan black metal Norwegia. Entah betul atau keliru, Masacre akan menjadi band Kolombia pertama yang memiliki pengaruh global dan pada 1991, mereka merilis album debut Reqviem melalui label Perancis, Osmose Productions. Bahkan jika sound mereka berbeda secara radikal, vokalis mereka mengakui terinspirasi Kraken.

"Mereka menginspirasi Masacre dan semua orang lainnya," ujar Alex Oquendo. "Lirik mereka, seperti saya bilang, amat menarik—gaya penulisan yang puitis yang menarasikan banyak hal yang kita alami di Amerika Latin dan terutama Kolombia. Saya juga berkawan baik dengan Elkin dan kita sering ngobrol soal ini. Dia amat tertarik dengan segala hal yang terjadi di dalam negeri, terkait isu-isu sosial dan politik dan dia mahir dalam hal ini. Saat ini adalah masa-masa sulit," ujarnya: "Setiap pagi saya bangun dan hal pertama yang saya pikirkan adalah Elkin. Kami ngobrol setiap hari, dan dia sering ngirimin pesan audio lewat WhatsApp. Saya terus-menerus memainkan pesan itu, dan istri saya bilang saya sebaiknya berhenti kayak begitu… tapi sulit banget kalau saya tidak bisa mendengar suaranya lagi." Seperti esai dan fiksi sastrawan kenamaan Kolombia, Gabriel Garcia Marquez, lirik Elkin Ramírez kental nuansa realisme magis. Liriknya pun padat metafora maupun makna ganda bagaikan mimpi. Kefasihan berbahasa dipakainya membahas penyakit sosial, korupsi, gerilya, dan penderitaan warga adat. Kritik sosialnya subtil, puitis, dan jarang gamblang.

"Elkin sering membaca, yang juga mempengaruhi lirik-liriknya," kenang gitaris Kraken Hugo Restrepo, yang kini menjalankan sekolah musik bernama Solo Rock. "Dia amat baik, dan terbuka, dan tidak pernah punya pikiran dan pendapat buruk tentang orang lain. Dia menghadapi masalah-masalahnya dan menyelesaikannya dengan kekuatan karakter."

Medellín saat ini memiliki wajah berbeda. Tidak sempurna, tapi jauh lebih baik ketimbang 1980-an. Musik Kraken masih menyalak dari bar dan parches favorit para metaleros, dan mereka yang sempat melemparkan batu kini mengklaim sebagai pemuka suara heavy metal "sesungguhnya." Pengaruh band ini juga bisa ditemukan pada musisi Kolombia di luar negeri. Drummer Mauricio Chamucero, dari band heavy metal Inggris Rogue Male, adalah salah staunya. "Elkin bermimpi pada sebuah negeri di mana mimpi-mimpi hampir mustahil diwujudkan saat itu," ujarnya. "Sementara ketika saya meninggalkan negara itu dan segala hal terkaitnya supaya dapat mewujudkan mimpi, Elkin memutuskan untuk tinggal dan berjuang. Dia menunjukkan kepada kita semua bahwa apapun mungkin terjadi terlepas dari asalmu."
Jaime Gomez Arellano, kini salah satu produser musik ekstrem terbesar, berkata, "Saya rasa semua orang di kancah metal Kolombia menganggap Kraken sebagai salah stau band terbaik di negara itu, dan saya tidak akan pernah lupa dampak yang mereka ciptakan." Ketika prajurit Kolombia dalam transisi menuju perdamaian dan kesejahteraan, Elkin Ramírez mewariskan dunia yang lebih baik. Ramírez diteruskan oleh anaknya, Andrés, dan musiknya terus menginspirasi banyak orang untuk mewujudkan dan memperjuangkan mimpi mereka, apapun tantangannya. Rock, punk, dan heavy metal tetaplah genre paling populer di Colombia, dan dia akan selalu memiliki penggemar di berbagai tempat. Salah satu dari mereka bahkan sempat menuliskan surat untuk keluarganya, setelah dia meninggal dunia. "Turut berduka cita atas kematian anak Anda, Elkin Ramirez, perintis Rock Nacional dan duta penting dalam warisan budaya negara kita. Karya-karyanya selama lebih dari tiga dekade memang fundamental, tak diragukan lagi, dalam pelebaran batasan-batasan musik dan mewariskan jejak yang tak terhapuskan pada beberapa generasi Colombia yang tumbuh besar bersama Kraken. Kita mengingatnya sebagai interpreter dan komposer hebat, namun di atas segalanya, dia adalah contoh kemerdekaan dan kejujuran sebagaimana yang dia terapkan selama hidup. Meski suaranya tak lagi bersama kita, peninggalan sang Titan rock akan menemani kita selamanya."

Pernyataan tersebut ditulis oleh Juan Manuel Santos, Presiden Republik Colombia.