FYI.

This story is over 5 years old.

Music

Vokalis Sigmun Merilis Album Sendu Melalui Sosok Bin Idris

Haikal Azizi, vokalis/gitaris yang menjadi motor kreatif band psych rock Sigmun asal Bandung, menunjukkan sisinya yang lembut sekaligus melankolis lewat debut album solo.

Crimson Eyes, debut LP Sigmun, merupakan salah satu album terbaik 2015. Ke-11 lagu di dalamnya memamerkan riff-riff maut serta distorsi yang segera menempatkan Sigmun sebagai band patut diperhatikan dalam kancah rock/metal Indonesia. Di luar citra sebagai personel band muda berbahaya, ternyata sosok sang vokalis, Haikal Azizi, memiliki stok lagu-lagu personal yang sangat bertolak belakang. Lebih lembut, sendu, liriknya kebanyakan ditulis dalam Bahasa Indonesia, serta banyak diwarnai melodi pop khas Indonesia.

Iklan

Haikal di sela-sela kesibukannya bersama Sigmun, rajin mengunggah lagu-lagu gubahannya ke Soundcloud menggunakan persona Bin Idris (Idris adalah nama sang ayah). Lebih dari setahun setelah mengenalkan beberapa karya Bin Idris ke khalayak, akhirnya Haikal merilis album solonya menjelang akhir 2016. Album ini kental dengan lagu-lagu beraura sendu dan muram. Marcel Thee dari VICE Indonesia berbincang bersama Haikal, membahas apa saja kesulitan berkarya sebagai musisi solo, serta tantangan apa yang dia hadapi saat menulis lirik dalam Bahasa Indonesia.

VICE: Apa alasannya kamu berkarya sebagai musisi solo? 
Haikal Azizi: Ketika pertama kali memulai Bin Idris, saya tidak pernah membayangkan bakal merilis album. Tujuan saya dengan Bin Idris hanya untuk mewadahai lagu-lagu yang tidak bisa digunakan oleh Sigmun, sekaligus bereksperimen dengan bebunyian. Soundcloud akhirnya jadi sarana yang tepat untuk memfasilitasi ambisi pribadi saya. Selain itu, merilis album solo pastinya butuh banyak usaha dan tidak penting-penting amat. Pikiran saya mulai berubah setelah Crimson Eyes rilis. Saya menyadari produksi satu album tidak hanya soal mengumpulkan beberapa lagu untuk dijadikan satu kesatuan. Pengalaman membuat album memberi perasaan adanya "pressure" yang mendorong saya mencapai tingkat kualitas tertentu sebagai seniman. Saya terpaksa harus menggarapnya serius. Pada akhirnya, merilis album solo ini juga menegaskan minat saya pada publik, bahwa (Bin Idris) bukan hanya proyek sampingan.

Iklan

Apa ada eksperimen musik yang ingin kamu lakukan, tapi selama ini tidak bisa terwadahi melalui Sigmun?
Misalnya menulis lirik dalam Bahasa Indonesia. Itu satu hal yang tampaknya tidak bisa saya lakukan bersama Sigmun. Setelah menyelesaikan sesi rekaman Crimson Eyes, banyak orang bertanya, "bisa engga nulis liriknya dalam Bahasa Indonesia?" Saya tertantang menjawab pertanyaan itu. Selama menggarap Crimson Eyes, kami berempat berusaha menghasilkan karya terbaik, versi kami tentunya, dengan menambahkan bobot kedalaman dan lapis-lapis kompleksitas lainnya. Sementara untuk album solo ini, saya ingin mengurangi bobot-bobot yang berat semacam itu. Ada dorongan bagi saya untuk menghadirkan lagu-lagu yang lebih ringan dengan pendekatan  wabi-sabi.

Lagu-lagu di album solo Bin Idris seperti punya benang merah. Apakah diniatkan seperti itu? 
Saya sejak awal tidak merancang tema tertentu. Tapi saya kira hasilnya memang rata-rata punya nuansa sendu. Saya tidak bisa menjelaskan alasannya, mungkin ini lebih dipengaruhi 'aura' atau 'mood', daripada tema tertentu. Saya masih punya banyak lagu yang sudah selesai direkam, tapi saya memutuskan memasukkan 11 saja. Alasannya karena lagu-lagu itu lebih pas untuk album. Apakah proses penulisan lagu sebagai musisi solo sangat berbeda? Bagaimana rasanya tidak punya teman satu band untuk berbagi pendapat?
Memang agak sulit, tapi di saat bersamaan prosesnya jadi lebih mudah. Saya merasa mudah, karena saya sejak awal sudah tahu lagunya mau digimanakan. Sementara kesulitannya ketika saya sedang stuck, maka ya saya sendiri yang harus memikirkan solusinya. Saat di Sigmun, kalau ada personel yang sedang buntu ide, ya kami akan nge-jam lalu membangun struktur dasar lagu dari sesi jamming bareng itu. Karena di proyek solo ini tidak ada kawan jamming, ya artinya tidak banyak kejutan juga. Kerja sendirian artinya batasannya adalah kemampuan diri saya sendiri.

Punya lagu favorit dari album solo perdanamu ini?
Engga, setiap lagu sama-sama saya favoritkan [tertawa].

Apakah Bin Idris akan menjadi proyek yang berkelanjutan?
Tentu saja. Saya masih punya banyak ide yang bisa dijalankan, baik melalui Sigmun maupun Bin Idris. Salah satu keuntungan menjadi musisi solo, saya lebih mudah bereksperimen, mencoba hal-hal baru, misalnya kolaborasi dengan musisi lain. Proyek Bin Idris memberi kesempatan pada saya bersikap lebih bebas. Mungkin tidak selamanya proses kreatif bisa berjalan mulus, tapi selama saya punya waktu untuk melakukannya, saya pikir semua itu patut dicoba.