FYI.

This story is over 5 years old.

India

'Trumpistan': Tayangan TV Kabel Khusus Mengulas Trump di India

Rupanya penonton India sangat menyukai sosok Presiden AS kontroversial itu. Kira-kira kenapa ya?

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

"Sementara anda tertidur pulas, Trump lagi-lagi membuat gebrakan. Trump kembali membuat dekrit baru, membuat imigran tak bisa masuk AS, dan kembali ribut di telelpon. Di dunia Trump, semua kehebohan hanya bisa dipicu oleh satu twit saja."

Begitulah kira-kira kalimat pembuka acara 'Trumpistan," tayangan berita baru yang sedang populer di stasiun TV kabel berbahasa Inggris India: CNN News18. Tayangan tersebut khusus membahas semua menyangkut Presiden Trump. Ide Trumpistan yang ditayangkan pada pukul 8.30 pagi di hari kerja muncul setelah pejabat eksekutif CNN News18 mencermati bahwa jumlah penonton naik jauh setiap kali Trump jadi berita dalam liputan pelaksanaan pilplres lalu.

Iklan

Sejatinya, penduduk India—sekarang berjumlah 1,25 miliar orang—punya banyak stok berita dalam negeri yang bisa mereka ikuti tiap hari. Pun, Trump jarang mengeluarkan komentar tentang negera demokrasi terbesar di dunia itu. Lalu darimana munculnya ketertarikan besar warga India terhadap Trump? Jawaban pertanyaan ini sepertinya bakal terang benderang bagi mereka rajin menonton tayangan TV India—atau Amerika Serikat.

"Semua yang ramai pasti bisa dijual," ujar Katsuri Mittra, produser senior CNN News18 sekaligus orang di belakang layar "Trumpistan." "Lelaki paling berisik di Amerika Serikat kini tengah duduk di kursi nomor 1 AS. Trump sangat keras kepala…Trump adalah sebuah karikatur berjalan."

Tayangan berita di TV kabel mengalami perkembangan pesat 15 tahun terakhir di India. Negeri Sungai Gangga memiliki beberapa kanal berita yang siaran selama 24 jam per hari dalam berbagai bahasa. Mirip seperti kanal berita di Amerika, kanal-kanal berita yang tak pernah mati ini dipenuhi dengan acara debat panas yang menyuguhkan moderator tajam dan grafik yang enak dipandang. (tayangan berita di TV kabel India sering jadi bahan bullyan acara semacam "The Daily Show" dan "Last Week Tonight."). Tingginya minat program berita yang teatrikan, menurut Mittra, membuat Trump jadi subyek berita sangat digemari.

Di saat yang sama, "Trumpistan" menarik bagi penduduk India karena mau tak mau Trump mengingatkan mereka pada sosok Perdana Menteri Narendra Modi. Kedua pemimpin negara ini sering dibandingkan belakangan. Baik Modi atau Trump naik pamornya ketika sentimen anti kemapanan sedang meningkat. Keduanya—termasuk pendukung mereka—dituduh menyebarkan paham nasionalisme picik yang mengancam hak-hak kaum minoritas. Beberapa pendukung kebijakan kanan ektrem Modi tak sungkan menyebut Trump sebagai saudara jauh dalam "era kemunculan orang-orang kuat. Namun, persamaan keduanya berhenti sampai di situ.

Iklan

"Modi adalah politisi serius yang memiliki kekuatan," ujar Pallavi Basu, deputi editor berita yang kerap jadi pembaca acara "Trumpistan." "Banyak yang kini menganggap Trump dengan serius karena Trump tipe orang yang blak-blakan."

Sehari sebelum satu episode Trumpistan tayang, sekelompok produser di studio di Noida—terletak di pinggiran Delhi—bakal menyusuri apa yang dilakukan pemerintahan Trump hari itu. Hasil pencarian mereka bakal dijadikan bahan berita oleh Mittra esok hari ketika dia sampai di kantor pukul 7 pagi—atau pukul 8:30 malam waktu pantai timur AS. ketika akhirnya Trumpistan ditayangkan secara langsung 90 menit kemudian, apapun yang jadi bahan berita hari itu tentu saja sedang terus berkembang di Washington. Cara kerja macam inilah yang memungkinkan pemirsa Trumpistan mendapatkan update paling mutakhir mengenai konglomerat properti cum Presiden AS itu.

Tiap episode Trumpistan selalu menampulan foto Trumpistan naik sepeda dalam sebuah loop yang diputar di belakang anchor yang tengah menggelontorkan perkembangan terbaru Trump langsung dari Washington DC.. Kerap kali, Trumpistan juga menampilkan potongan komentar panelis-panelis CNN seperti  like Dana Bash dan Van Jones.

Rabu lalu, tayangan Trumpistan berbarengan dengan pidato Donald Trump di hadapan kongress Amerika Serikat selasa waktu Washington DC. Dalam pidato inilah, Trump pertama kali menyinggung penembakan dua lelaki India dalam sebuah kasus kejahatan kebencian (salah satu korban tewas.) Fakta bahwa Trump menyebut-nyebut kasus ini dalam pidatonya—dan bahwa dia butuh waktu seminggu sebelum akhirnya membahasnya—bikin jadi bahan perbincangan hangat di India.

Ini adalah kesempatan yang sangat langka bagi Trumpistan. Sepanjang penayangannya, Trumpistan jarang mendapatkan angle berita yang Indiasentris. Pidato Trump disiarkan secara langsung di CNN News18. Selama Trump membacakan pidatonya, sebuah gambar Trump yang menyeringai di depan bendera Amerika Serikat muncul dengan headline yang berganti-ganti dari "Trump: Maaf Kansas," "Trump Memulai Pidato Dengan Mengutuk Serangan di Kansas," dan "Trump: Serangan Terhadap Warga India Bermotif Rasis."

Episode Trumpistan itu menggambarkan kekhawatiran terpendam akan warga India akan keselamatan orang tercinta mereka di AS. kecemasan ini makin menjadi setelah penembakan warga India kembali terjadi—satu di North Carolina dan satu lagi di negera bagian Washington. Dalam kasus di Washington, seorang lelaki Sikh diteriaki "balik ke negara lu dah!" sebelum ditembak.

Warga India juga tengah was-was akan tindakan Trump menyangkut program H1-B visa. Sekitar 70 persen H1-B visa—yang bisa digunakan untuk pekerja terampil untuk bekerja di AS—diberikan pada warga India setahun lalu. Minggu lalu, pemerintah Trump melarang perusahaan Amerika Serikat untuk mengeluarkan lebih banyak dana untuk mempercepat keluar visa pekerja terampil. Selagi Trump terus membuat berita bombastis di India dan seluruh penjuru dunia, orang-orang di balik Trumpistan berencana untuk terus mengembangkan acara itu. Mitraa mengatakan bahwa acara itu bakal dibuat bikin "quirky" untuk menandingi kenyentrikan Presiden ke-44 Amerika Serikat itu. Di saat yang, Mitrra yakin bahwa acara TV-nya bakal terus konsisten meski cuma mengandalkan berita tentang seorang polisi Amerika angin-anginan dan dibenci banyak orang.

"Karena Donald Trump jadi presiden, berita tak akan berenti mengalir," ujar Mitraa."Selama Trump menjabat, kami tak akan kekeringan pasokan cerita."