Budaya Pop

Rencana Konser Merayakan 50 Tahun Woodstock Kacau Balau, Inilah Alasannya

Promotor bersikeras acaranya tidak dibatalkan. Tapi semua indikasi obyektif menunjukkan Woodstock 50 gagal total. Reputasi konser legendaris ini makin hancur saja.
Drew Schwartz
Brooklyn, US
Penonton menggila dalam konser Woodstock 94 yang legendaris
Foto Woodstock 1994 via Time & Life Pictures / Getty Images 

Panitia Woodstock 50 sudah heboh menggembar-gemborkan kebangkitan “festival yang memulai semuanya” sejak beberapa bulan terakhir. Rumornya banyak musisi hebat yang didatangkan untuk menarik 125.000 orang ke bagian utara New York. Iklannya menjanjikan sensasi berpesta penuh peace, love, and music selama tiga hari berturut-turut. Namun, semuanya menjadi berantakan awal pekan ini.

Investor terbesar Woodstock 50, Dentsu Aegis, mengumumkan bahwa festivalnya telah dibatalkan karena alasan kesehatan, keamanan, dan logistik. Akan tetapi, beberapa jam kemudian, para penyelenggara bersikeras konsernya tetap berlangsung. Mereka bahkan mengancam akan menuntut Dentsu karena mengatakan sebaliknya.

Iklan

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana bisa konser bernilai jutaan dolar yang sudah lama dipersiapkan mendadak kacau dalam waktu satu hari?

Festival ini sebenarnya memang sudah bermasalah sejak awal. Penyelenggara Woodstock 50 tidak bisa memakai lokasi yang mereka inginkan—lapangan sebesar 800 hektar di Bethel, New York yang merupakan tempat Woodstock pertama kali diadakan pada 1969. Akhirnya, mereka harus pindah ke tempat balapan sejauh 241 kilometer di Watkins Glen.

Lokasi baru ini susah diakses. Variety melaporkan pada Maret, sempat tersiar kabar festival tersebut mengalami “masalah keuangan”. Dan pekan lalu, penjualan tiketnya tidak dimulai pada hari yang telah ditentukan. Para promotor beralasan penjualannya “ditunda”, tetapi sampai sekarang tiketnya masih belum bisa dibeli.

Situasinya semakin ruwet ketika Dentsu Aegis mengeluarkan pengumuman pada Senin kemarin. Pasalnya, mereka telah mengucurkan dana lebih dari $30 juta (Rp428 miliar) untuk Woodstock. Menurut Variety dan Vulture, Dentsu tidak yakin Woodstock 50 dapat diselenggarakan. Promotor menjanjikan tiketnya akan terjual sampai 100.000 lebih, padahal mereka mengajukan izin untuk menampung 75.000 orang saja. Izinnya pun bahkan belum berhasil dikantongi. Seorang narasumber di Dentsu memberi tahu Variety bahwa perusahaan khawatir dengan infrastruktur arena balapan itu. Lokasinya tidak menyediakan banyak air bersih, dan memiliki masalah sanitasi. Pintu masuk dan keluarnya juga sulit diatur. Masalah-masalah ini tidak mungkin bisa diselesaikan sebelum tanggal festival dimulai, yaitu pada 16 Agustus.

Iklan

Pilihan bintang tamunya juga tidak masuk akal. Meskipun musisi ternama seperti Jay-Z, The Killers, dan Janelle Monáe sudah menyanggupi tawaran untuk tampil di Woodstock 50, beberapa pengisi lineup lainnya tidak pernah memasukkan festival itu ke dalam jadwal tur mereka. The Black Keys, yang seharusnya menjadi band headline, tiba-tiba batal manggung tanpa alasan.

“Terlepas dari semua waktu, kerja keras dan komitmen yang telah kami curahkan, dengan berat hati kami mengumumkan festival Woodstock tidak akan diselenggarakan. Kami khawatir acaranya tidak dapat menjamin kesehatan dan keselamatan bintang tamu, mitra, dan penonton,” bunyi pernyataan Dentsu. “Mitra Woodstock 50, Amplifi Live Dentsu Aegis Network, memutuskan untuk membatalkan festivalnya.”

Dan anehnya, penyelenggara Woodstock ngotot acaranya akan tetap diadakan. Mereka “dengan semangat” menyangkal pembatalan tersebut, dan bersumpah akan menuntut Dentsu. Namun, promotor tidak menjelaskan bagaimana mereka akan menjalankan festival berdurasi tiga hari yang akan dikunjungi ratusan ribu orang tanpa bantuan investor terbesar.

Variety menjelaskan bahwa sejumlah besar investasinya telah dipakai untuk membayar headliner, yang masing-masing biaya sewanya berada dalam kisaran $1-3 juta (Rp14-42 juta). Sementara itu, harga tiketnya terus naik. Padahal tiket-tiket tersebut tidak jelas akan dijual atau tidak. Berdasarkan info dari narasumber Variety, harga 3 day pass-nya dimulai dari $500 (Rp7 juta).

“Kami berkomitmen untuk memastikan hari jadi Woodstock ke-50 ditandai dengan festival paling ikonik dalam sejarah dan budaya Amerika. Walaupun investor mengundurkan diri, kami tentu akan melanjutkan perencanaan festival dan mencari mitra lain,” Woodstock menyatakan. “Intinya, Woodstock 50th Anniversary Festival akan diselenggarakan sebagaimana mestinya.”

Kita lihat saja bagaimana mereka akan mengatur Woodstock 50 nanti. Para penyelenggara belum menyusun rencana konkret dalam mendanai acaranya. Michael Lang sendiri, penyelenggara Woodstock asli yang memimpin festival tahun ini, belum angkat bicara sejak kekacauannya dimulai.

Follow Drew Schwartz di Twitter.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.