FYI.

This story is over 5 years old.

Kehidupan Percintaan

Kenapa Perlu Ada Gerakan #AksiBelaIslan Jilid Dua

Aktris Chelsea Islan baru-baru ini membuka diri pada publik bahwa ia punya pacar yang lebih muda. Pacaran dengan brondong ngetren lagi?
gambar milik Daveblog dari Flickr

Romantika aktris muda Chelsea Islan lagi-lagi jadi sorotan. Dulu, aktris berusia 22 tahun ini sempat digosipkan pacaran dengan mantan personel Coboy Junior, Bastian Steel yang empat tahun lebih muda darinya. Mayoritas warganet geram, tidak rela. Akibatnya, warganet menggelar hajatan online #AksiBelaIslan, sebagai bentuk protes atas gosip Chelsea-Bastian. Namun, pekan lalu, netizen Pembela Islan kembali gempar, Chelsea berani muncul ke publik bersama pacar baru, Daffa Wardhana yang juga seumuran dengan Bastian. Netizen pun melabeli Chelsea 'doyan brondong'.

Iklan

Dalam bahasa pergaulan, "brondong" seringkali digunakan untuk menyebut anak yang masih kecil. Namun istilah ini bergeser dan cenderung berkonotasi buruk diartikan sebagai lelaki muda yang menjadi pasangan perempuan lebih tua

Duh ternyata ekspektasi masyarakat dari relasi heteroseksual ribetnya enggak sebatas di urusan "kapan nikah" atau "kapan beranak". Mau nikah, si laki dituntut harus mapan kerja mati-matian, eh si perempuan enggak boleh sekolah tinggi-tinggi karena ujung-ujungnya cuma ngurus urusan dapur dan kasur. Pas ada yang cocok, eh dicibir juga karena yang perempuan dianggap ketuaan dan yang lelaki lebih muda. Maunya apa wahai society? Kalian enggak capek apa?

Untuk membuktikan, aku pun bertanya pada psikolog Elizabeth Santosa, ia bilang bahwa ia mengatakan bahwa saat ini dalam lingkup hubungan heteroseksual, kecenderungan perempuan yang memilih lelaki lebih muda ataupun sebaliknya lebih banyak daripada era sebelumnya.

"Kalau dulu kan secara normatif lelaki dianggap sebagai pelindung perempuan karena asosiasinya kalau lebih tua ya lebih dewasa," kata Psikolog Elizabeth Santosa. "Ternyata, dari tahun ke tahun dengan adanya penelitian psikologis membuktikan bahwa usia tidak menjamin kedewasaan."

Mungkin hal ini membuktikan kenapa pasangan-pasangan dengan laki-laki yang jauh lebih muda jadi santai-santai saja. Perlu bukti? Ada Yuni Shara dan Raffi Ahmad yang beda 15 tahun; Sophia Latjuba dan Ariel Noah yang beda 11 tahun; juga Wanda Hamidah dan Daniel Schuldt yang beda 10 tahun

Iklan

Elizabeth juga bilang, ada banyak faktor yang memicu semakin maraknya pasangan semacam ini. Kini siapapun cenderung bebas memilih pasangan masing-masing terlepas dari urusan umur. Menurut Elizabeth, salah satu yang bisa jadi penyebab adalah pemberlakuan 'gender role' atau pembagian tugas rumah tangga berdasarkan gender di keluarga si anak lelaki. Dalam keluarga konvensional, ayah kerap berperan sebagai pihak yang bekerja, lebih sering di luar rumah. Sementara ibu jadi sosok yang ngemong dan ngurusin anak, jadi lebih banyak diam di rumah. Hal ini menyebabkan kekosongan peran ayah dalam diri si anak lelaki.

"Ada kekosongan peran ayah, sehingga anak laki-laki lebih dekat pada ibu," kata Elizabeth kepadaku. "Pada saat dia besar, dia mencari kenyamanan dari sosok-sosok ibu. Sosok ibu ini bisa jadi ditemukan dari sosok perempuan yang lebih tua."

Dalam masyarakat ada anggapan konvensional bahwa perempuan cenderung lebih cepat dewasa daripada lelaki. Anggapan tersebut memicu berbagai riset yang menganalisis pendewasaan manusia berdasarkan gender. Salah satunya adalah riset yang dilakukan peneliti dari Newcastle University, Inggris, yang kemudian dipublikasikan oleh Cerebral Cortex. Penelitian ini menyatakan bahwa semakin dewasa, otak semakin mengecil dan efisien sehingga manusia dengan sendirinya memangkas sel-sel yang tidak diperlukan. Anak perempuan mulai memangkas sel-sel yang tidak diperlukan otaknya 10 tahun lebih cepat daripada lelaki. Para peneliti berkesimpulan bahwa inilah salah satu faktor yang menjadikan perempuan cenderung [lebih cepat dewasa](http://. http://healthland.time.com/2013/12/19/why-girls-brains-mature-faster-than-boys-brains/) daripada laki-laki

Iklan

Elizabeth bilang bahwa ada penelitian yang menyatakan perempuan lebih cepat dewasa daripada lelaki. Ada pula yang menganggap perempuan memiliki coping strategy yang lebih efektif dalam mengatasi stres. Namun menurut dia, penelitian berdasarkan gender ini masih harus diinvestigasi lebih lanjut mengingat faktor kedewasaan bukanlah satu-satunya penentu dalam sebuah relasi.

"Enggak tergantung sama usia, dalam sebuah hubungan intinya the maturity level from each other ya… Also the level of understanding, compromising the agreement that is already made," jelas Elizabeth. "Itu prinsipnya dalam relasi apapun ya,"

Apa yang dikatakan Elizabeth senada dengan yang diungkapkan sosiolog Universitas Padjadjaran, Yusar. Ia mengaku memang dalam sistem masyarakat terutama di Indonesia pada umumnya, lelaki muda yang berpasangan dengan perempuan yang lebih tua masih sering dianggap aneh. Menurut Yusar, pengaruh mengenai anggapan bahwa 'lelaki semestinya lebih tua dari pasangan perempuan' telah berakar dan tertanam jauh dalam cerita-cerita sakral agama, mitologi, dan folklore yang berkembang di Indonesia.

Yusar menjelaskan, bahwa kisah yang berakar dari agama soal Adam yang merupakan lelaki yang diciptakan terlebih dahulu daripada Hawa yang perempuan, merupakan salah satu kisah yang paling tertanam dalam alam bawah sadar masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, Yusar merasakan betul bahwa lelaki selalu ditempatkan dalam derajat yang lebih tinggi dan selalu jadi pihak yang dituakan.

Iklan

"Kebetulan istri saya lebih tua daripada saya, tapi dia memanggil saya 'kang'," jelas Yusar kepadaku sambil sedikit tertawa. "Jadi di sini masalahnya adalah posisi laki-laki yang dianggap lebih tinggi daripada perempuan. Aspek patriarkis itulah yang mengemuka, bukan masalah umurnya."

Seri Brama Kumbara atau Tutur Tinular, atau kisah seri kolosal lain jadi pengingat paling jelas di mana lelaki cenderung dipanggil "kakanda" atau "kang mas". Lain dengan perempuan yang disebut "adinda", terlepas dari perbedaan umur kedua belah pihak.

Yusar pun menyinggung bahwa aspek patriarki tersebut secara tidak sadar mempengaruhi kebijakan hukum di Indonesia yang ehm… seksis. Salah satunya soal aturan usia minimal pernikahan. Di Indonesia usia minimal pernikahan bagi lelaki adalah 19 tahun, sedangkan bagi perempuan masih bertengger di angka 16 tahun. Inilah yang saat ini sedang diperjuangkan para aktivis dan organisasi kesetaraan gender di Indonesia. Berupaya menaikkannya ke angka 18 saja sulitnya minta ampun!

"Usia nikah minimal (pernikahan) lelaki lebih tinggi daripada perempuan, seakan-akan menandakan bahwa lelaki harus lebih tua daripada perempuan. Sehingga muncullah anggapan bahwa 'idealnya pasangan beda sekian tahun', tentunya dengan aturan tetap usia lelaki lebih tua," jelas Yusar.

Ternyata, dikotomi tua-muda yang kita ciptakan dalam masyarakat berujung pada kerugian kita sendiri. Berujung pada beban berat yang ditujukan pada salah satu pihak saja semata-mata karena gender, karena perempuan harus begini dan lelaki harus begitu. Jadi, masih mau menghakimi kisah cinta Chelsea dan Daffa sebatas karena usia? Aku sih enggak.