FYI.

This story is over 5 years old.

10 Pertanyaan Penting

10 Pertanyaan Yang Selalu Ingin Kalian Tanyakan Pada Sang 'Raja Sunat'

Gimana kalau mau dikhitan malah konak? Terus kulitnya dikemanain sih? Berikut obrolan kami sama dokter yang sudah lebih dari 10 tahun menyunat perkakas cowok, di klinik bernama 'Raja Sunat'.
Foto oleh penulis.

Bagi lelaki di negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, sunat adalah sesuatu yang tak terelakkan. Beruntunglah mereka yang sudah disunat pas masih kecil banget atau malah bayi. Kalau kau baru melakukannya di bangku SMA, seperti kawanku yang sunat di usia 17 tahun, bisa dibayangkan horor yang menimpanya. Membayangkan kulit kelamin kita dirampas paksa sangat mengerikan. Kebanyakan sih, yang mau disunat itu karena wajib oleh agama atau berdasar alasan kesehatan, bukan karena kesenangan pribadi, apalagi iseng pengen membentuk perkakas supaya lebih ((estetique)).

Iklan

Sunat hanya menyenangkan satu hari setelah melakoninya. Kita dapat uang angpau dari saudara, hadiah-hadiah, malah kalau dirupiahkan kita mungkin saja meraup pendapatan harian yang jauh lebih besar dibanding orang tua kita. Tapi datang ke lokasi sunatnya menunggu antrean atau melihat anak sebelum kalian berteriak kesakitan dari ruang khitan? Hmm… Mustahil kalian yang sudah sunat mau mengingat-ingatnya lagi. Belum lagi seminggu setelah disunat. Aaarrgghhh, kenangan saat perban dibuka kembali menyelinap ke ingatan. Sunat adalah pengalaman traumatis. Makasih. Sekali udah cukup.

Gara-gara traumatis, seluk beluk sunat tak banyak diketahui para lelaki. Mereka ingin kenangan itu cepat pergi, tanpa mau tahu bagaimana perkakasnya berubah bentuk. Tentu saja, dampaknya, kita melupakan jasa orang yang sudah merelakan diri membentuk ulang burung kita: para mantri, dokter sunat, atau juru supit.

Padahal ada beberapa pertanyaan yang bikin penasaran loh soal sunat, misalnya gimana sih caranya jadi tukang sunat? Mungkin ga kita memperbaiki hasil khitan kalau pasien tidak suka?

Nah, VICE langsung tanya-tanya ke ahlinya nih, yaitu Purnanto. Dia adalah dokter yang khusus menangani sunat dan rutin mengkhitan orang di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Dia sudah berkarir lebih dari satu dekade. Klinik tempatnya bekerja bernama "Raja Sunatan", melayani khitan hampir setiap hari. Hmmm… kira-kira apa yang membedakan raja sunat, dibanding mantri yang barangkali cuma hamba sahaya dalam dunia sunat menyunat? Untuk itu, kami memberinya 10 pertanyaan yang selama ini disimpan para lelaki dalam hati, tapi tak pernah ditanyakan gara-gara kita ingin segera melupakan trauma sakitnya disunat. Simak obrolan VICE dengan dokter Purnanto soal duka-dukanya memotong kelamin ribuan lelaki selama ini.

Iklan

VICE : Gimana sih awalnya anda bisa jadi spesialis sunat?
Purnanto: Awalnya saya dari dokter umum, cuma punya minat mendalami tentang sunat. Kebetulan juga saya pernah ikut kursus bedah dasar. Kalau di Jakarta marketnya untuk sunat, khususnya sunat dewasa, kan banyak. Jadi banyak peluang.

Peluang macam apa yang membuat seorang dokter beralih fokus nyunat? Uang dan kekuasaan?
Ya bukan. Karena, anu, kegemaran hehehe. Jadi seperti hobi ya, tapi hobi yang ternyata menghasilkan juga. Seriusan anda suka banget emang motong kulup tititnya cowok?
Karena kan setiap tahun jumlah pasiennya meningkat, selalu ada anak-anak yang baru mau disunat, orang dewasa juga ada sih. Jadi jumlah pasien enggak akan ada habis-habisnya selama ada laki-laki di dunia ini.

Awal belajar nyunat kayak apa? Ada enggak sih alat peraganya?
Awalnya kan saya sekolah kedokteran dulu. Terus biasa ada asistensi, saya jadi asisten dokter yang biasa nyunat orang. Di situ saya perhatikan sambil belajar. Lalu saya praktik, sambil didampingi oleh dokter yang biasa nyunat itu. Kalau alat peraga sih enggak ada, kalau sudah cukup lama jadi asisten langsung praktik aja.

Pertama kali nyunat orang perasaannya gimana?
Ya, gugup sih karena kan itu kelamin orang. Tapi enggak geli, karena kita sebagai dokter enggak boleh ngerasa geli atau gimana. Kan niat kita untuk membantu pasien. Kalau pertama kali nyunat sih, sudah lupa ya nyunat siapa, tapi sepertinya sih dulu waktu di UGM ada sunatan massal saya ikut bantu. Sudah lama banget soalnya pertama kali saya nyunat mungkin 10 tahun yang lalu.

Iklan

Mana lebih susah, nyunat anak kecil atau orang dewasa?
Tergantung, kadang enak nyunat anak kecil, kadang enak nyunat orang dewasa. Kalau kita ahli lebih enak orang dewasa, karena mereka kooperatif, jadi udah ngerti gitu. Enggak rewel. Kalau anak-anak suka tendang sana tendang sini. Selain teknik, kita juga harus pinter membujuk anak supaya mau dan enggak berontak. Kalau anestesinya, itu sudah baal [mati rasa- red] gitu separuh pekerjaan dianggap selesai. Tapi orang dewasa juga ada yang kurang kooperatif. Mungkin takut jarum, gunting, atau ngelihat darah, minta dibius total. Itu kasus langka sih, biasanya cuma bius lokal aja.

Pernahkah anda gagal menyunat, bentuknya jadi aneh gitu?
Kalau gagal sampai pendarahan hebat enggak pernah. Paling gagal dalam artian kulit kulupnya kepanjangan atau kependekan aja motongnya. Tapi itu kan sebenarnya enggak terlalu serius karena masih bisa diperbaiki.

Nah, kalau sampai gagal nih, mungkin ga anunya kita diperbaiki lagi?
Ya kalau kulit kulupnya kependekan motongnya kan berarti kulupnya itu masih nutupin kepala penisnya. Itu sih ya tinggal dipotong lagi kulit lebihnya. Nah, ini kalau orang dewasa biasanya terasa ngilu kalau kepala penisnya enggak dilapisi kulit kulupnya, soalnya biasa ada kulit kulupnya kan. Tapi kalau motong kulit kulupnya kepanjangan, harus ada yang dijahit karena berarti ada yang luka. Kalau kasusnya terjadi pada anak-anak sih lebih mudah ya karena kulitnya pasti cepat menyesuaikan karena masih di masa pertumbuhan. Tapi ada juga yang gagal dalam artian ada kulit kulup yang menempel, lengket gitu ya mungkin karena kotoran atau keringat. Jadi ya kita buka rekatannya lalu kita bersihkan.

Dari dulu penasaran nih dok, ada ga sih pasien yang ngaceng pas anda sunat?
Sebaiknya sih [kelamin] dalam keadaan lemas, karena kalau tegang itu kan pembuluh darah di penis lagi terisi banyak darah. Salah potong bisa bahaya, pendarahannya bisa gawat. Jadi kalau kebetulan waktu mau disunat penisnya sedang ereksi kita tunggu sampai lemes. Tapi saya pernah punya pengalaman. Waktu itu saya mau nyunat orang dewasa, saya sudah semprot penisnya dengan anestesi supaya baal, begitu saya pegang penisnya tiba-tiba ereksi. Ya mungkin karena birahinya tinggi, mungkin teringat istri atau pacarnya. Jadi saya harus tunggu sampai lemes lagi, sampai saya tinggal keluar ruangan. Begitu sudah lemes, ternyata pengaruh baalnya sudah hilang, harus saya bius lagi. Begitu saya pegang penisnya, eh ereksi lagi. Lumayan repot karena itu terjadi berulang-ulang beberapa kali.

Nah ini juga pertanyaan yang sejak lama kita ingin tahu. Kulit kulup itu sebenarnya disimpan para mantri dan dokter, atau dijadikan bahan tas branded ?
Hahahaha… Ya langsung dibuang. Soalnya kan itu limbah medis. Sama seperti darah, atau kulit sehabis operasi kalau kecelakaan. Langsung dibuang aja, dimasukkin ke wadah. Enggak ada proses khusus buat buang kulit kulupnya sih, karena enggak mengandung racun apa-apa ya. Itu kan kulit manusia biasa.