FYI.

This story is over 5 years old.

kesehatan

Kini Gigitan Semut Digunakan Buat Meredam Bengkak

Asumsinya bakteri yang ada di semut bisa jadi obat modern bagi penyakit manusia. Tapi apakah betulan manjur?
Foto ilustrasi oleh Manuel-F-O / Getty

Artikel ini pertama kali tayang di Tonic.

Pada 1968, Gunter Holzmann, seorang lelaki Jerman yang tinggal di hutan Amazon Bolivia sebagai operator perusahaan kayu dan pertambangan, mulai menderita radang sendiri. Lantas dia mencari pengobatan. Tapi bagi Holzmann, ini bukan berarti pergi ke dokter. Dia justru merayap masuk ke dalam hutan dan mencari sebuah jenis pohon yang biasanya penuh dikerubungi spesies semut menyengat. Holzmann sengaja membiarkan dirinya digigit semut karena dia meyakini bahwa racun semut bisa mengurangi rasa sakitnya.

Iklan

Holzmann ternyata masih waras. Dia meyakini bahwa racun semut bisa mengurangi gangguan radang atau pembengkakan lainnya. Ini mungkin terdengar aneh bagi banyak dari kita, terutama dalam komunitas yang mengandalkan obat-obatan modern. Tapi ternyata ini tidak segitu anehnya. Banyak budaya dunia telah lama mengandalkan semut sebagai obat penting dalam mengobati berbagai penyakit. Akan terlalu mudah menulis penggunaan semut sebagai obat sebagai takhayul belaka, tapi ada alasan kenapa binatang ini sering sekali digunakan sebagai penyembuh dalam sejarah. Dan mungkin mereka juga bisa berkontribusi dalam seni obat-obatan modern.

Berkat film Apocalypto dan beberapa acara reality show yang konsepnya bertahan hidup, banyak orang jadi mengetahui kalau capitan kepala semut bisa digunakan menjahit luka. Banyak akademisi dan pakar kesehatan mengkritik praktik yang dianggap tidak higienis ini. Nyatanya, pengobatan berbasis gigitan semut dapat kita ditemukan di beberapa wilayah Afrika, India, Amerika Latin, dan bahkan Yunani.

Di literatur klasik, banyak bukti menunjukkan bahwa semut bisa digunakan sebagai pengobatan untuk berbagai jenis gangguan. Obat-obatan tradisional Cina dan Tibet, sama seperti yang dilakukan Holzmann, masih menggunakan semut untuk mengobati radang. Berita baru-baru ini dari komunitas pedesaan di Odisha, India menunjukkan bahwa semut digunakan untuk meningkatkan penglihatan; beberapa dukun dari abad pertengahan Eropa juga melakukan hal yang serupa. Warga Maroko kabarnya menggunakan semut bagi mereka yang menderita kelelahan. Warga asli California menggunakan semut sebagai obat gejala emesis. Kaum aboriginal Australia menggunakan semut untuk mengobati sakit kepala. Dan ini baru tingkat permukaan saja. Semut juga beberapa kali muncul dalam obat-obatan Arabik, Asia Tengah dan Rusia. Ada juga berbagai tulisan tentang penggunaan semut sebagai obat perangsang, penghilang titik hitam di kulit, obat penyembuh segala gejala penyakit, dan bahkan beberapa kasus kelumpuhan.

Iklan

Namun tidak banyak bentuk pengobatan yang sengaja membiarkan penderita digigit semut, seperti yang dilakukan Holzmann. Biasanya, semut justru dikonsumsi, entah dalam bentuk cairan ataupun bubuk. Mereka bisa diseduh menjadi teh, dicampur ke dalam minuman anggur atau bir, atau disuling menjadi zat yang digunakan untuk membuat cuka atau alkohol. Mereka juga kadang dioleskan ke bagian tubuh yang lumpuh atau nyeri sebagai tapal, atau dimasukkan hidup-hidup ke dalam plastik, kemudian ditaruh di atas bagian tubuh yang kaku selama beberapa hari.

Penggunaan umum semut dalam obat-obatan tradisional sangat mudah dimengerti. Sepanjang sejarah, “Manusia menggunakan hal-hal di sekitar sebagai obat,” ujar Justin O. Schmidt, seorang peneliti semut di Southwestern Biological Institute di Arizona. “Mengingat semut bisa ditemukan di mana-mana, mereka menjadi subyek alami banyak kultur manusia.”

“Obat-obatan dan penyembuh, bahkan dalam masyarakat negara Barat sekarang, juga dibuat berdasarkan efek plasebo,” tambahnya. Jadi kalau kita mau bersikap sinis, bisa saja kita mengatakan bahwa semut digunakan dalam obat-obatan tradisional karena orang mengaku merasa lebih baik setelah menggunakan mereka, biarpun kalau sesungguhnya tidak ada efek sama sekali. “Tapi,” ujar Schmidt, “Saya rasa ini tidak sesederhana itu.”

Semut mengandung banyak unsur kimia, yang mereka gunakan untuk berkomunikasi dengan satu sama lain, melemahkan mangsa, atau membela diri dari predator atau infeksi, jelas James Trager, seorang peneliti semut lainnya yang bekerja di Kebun Raya Missouri. “Mungkin saja unsur-unsur kimia ini mengandung zat yang bisa menyembuhkan,” tambahnya.

Iklan

Beberapa bukti mendukung spekulasi ini. Holzmann, misalnya, berhasil menarik perhatian beberapa dokter lewat pengalamannya. Para dokter ini, akhirnya menghasilkan penelitian sepanjang dekade 1970an dan 1980an, menunjukkan bila racun semut dari gigitan memang bisa memulihkan pembengkakan tubuh. Holzmann mengamankan hak paten berdasarkan penelitian tersebut, tapi biarpun menerima beberapa dukungan di 1980an, produk bikinannya, Zonex gagal diluncurkan. Biarpun begitu, beberapa penelitian terbaru di Cina tentang spesies semut masih terus mendukung fungsi mereka untuk mengobati pembengkakan.

Ada juga rangkaian penelitian dalam beberapa tahun terakhir, berfokus ke bakteria yang tumbuh di tubuh semut dan dikembangkan di sarang mereka, sebagai perlindungan terhadap jamur dan spesies predator lainnya. Menurut Ethan van Arnam, seorang profesor di Claremont McKenna College dan salah satu peneliti yang mengeksplor topik ini, pertumbuhan bakteria ini muncul di lebih dari 200 spesies semut Amerika yang dia teliti. Mikroba yang serupa juga muncul dalam koloni semut dunia yang lebih jarang diteliti. Mikroba yang dia teliti nampaknya semacam agen anti-jamur yang ampuh, dan bisa digunakan untuk mengobati infeksi ragi manusia. Van Arnam masih ragu-ragu untuk menarik hubungan antara penelitiannya dengan penggunaan semut dalam obat-obatan tradisional, karena dia merasa kurang ahli dan penelitiannya lebih berfokus kepada molekul dalam lab alih-alih gerombolan semut di alam bebas.

Iklan

Berbagai anekdot dan bukti-bukti lainnya bahkan menunjukkan zat kimia dalam dan di atas semut bisa memberikan berbagai efek lainnya. Misalnya fakta racun semut api, lewat gigitan, bisa menimbulkan lesi kornea. Atau fakta bahwa semut merah, apabila dimakan hidup-hidup dalam jumlah banyak, bisa menghasilkan halusinasi dalam upacara spiritual seperti yang dilakukan komunitas asli California, di pinggiran Gurun Mojave di awal abad 20.

Mengingat banyaknya penggunaan semut dalam sejarah, penelitian kontemporer, dan spekulasi, tidak heran bahwa berbagai pengobatan berbasis semut muncul di negara Barat dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari pengobatan disfungsi ereksi, memberikan dorongan energi dan meningkatkan kesehatan secara umum. Tapi sebelum kamu mulai mengkonsumsi suplemen semut atau bahkan melempar semut ke dalam mulut untuk mengobati penyakit, ingatlah bahwa bukan berarti obat-obatan tradisional semut selalu sukses mengobati penyakit. Kesimpulannya hanyalah bahwa semut memang memiliki nilai pengobatan.

Schmidt juga mengingatkan kita semua untuk tidak mengabaikan pengobatan medis modern demi penggunaan obat semut, karena mekanismenya belum jelas sepenuhnya. Tapi apabila seseorang ingin melahap semut dengan harapan itu bisa membantu, “itu sah-sah aja, karena semut memang mengandung nutrisi, dan serat, dan tidak berbahaya,” ujarnya.

Trager juga mengingatkan kita untuk berhati-hati, karena kita belum mengerti kandungan kimia sepenuhnya dari kebanyakan spesies semut di dunia. Jadi kita tidak tahu apabila memakan jenis semut tertentu, atau mengoleskan mereka di tubuh, atau meminum mereka dalam bentuk cocktail atau obat batuk, akan menimbulkan efek negatif atau tidak, terutama jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dalam jangka waktu yang lama.

Yang kita harus lakukan adalah menggunakan obat semut tradisional sebagai pintu masuk ke berbagai penelitian semut dan zat kimia yang terkandung di mereka. Penelitian Van Arnam juga idealnya bisa menghasilkan penemuan obat anti-jamur yang lebih efektif dan lebih aman dibanding obat anti jamur lainnya yang sekarang beredar di pasaran. Satu dekade terakhir, dunia semakin sadar akan manfaat dari bakteria serangga. Tren tersebut semoga saja bisa menghasilkan penemuan revolusioner atau mengembangkan obat-obatan baru yang efektif.