kesehatan

Jangan Terlalu Larut Euforia Penemuan Obat Kanker Bajakah oleh Pelajar SMA Palangkaraya

Mereka membuktikan di lab bahwa kayu bajakah bisa membunuh sel kanker. Namun, sebaiknya tak berharap terlalu tinggi. Khasiatnya pada manusia masih perlu diuji.
Jangan Terlalu Larut Euforia Penemuan Obat Kanker Bajakah oleh Pelajar SMA Palangkaraya
Kolase oleh VICE. Ilustrasi obat kanker via Shutterstock [kiri]; kayu bajakah yang tumbuh di Kalimantan via screenshot YouTube.

Sebuah karya ilmiah menggemparkan disusun tiga siswa SMAN 2 Palangka Raya bernama Aysa Aurealya Maharani, Anggina Rafitri, dan Yazid Rafli Akbar. Mereka meneliti khasiat pohon bernama bajakah yang berpotensi membunuh sel kanker. Pada Juli 2019, karya ilmiah tersebut meraih medali emas kategori life science di World Invention Creativity Olympic (WICO) 2019 di Seoul, Korea Selatan.

Ketiga meneliti bajakah setelah salah satu anggota tim, Yazid, mengatakan kepada teman-temannya bahwa 40 tahun lalu, sang nenek berhasil sembuh dari kanker payudara setelah mengonsumsi seduhan kayu bajakah. Daldin, ayah Yazid, memperkuat cerita itu dalam wawancaranya program Aiman di Kompas TV.

Iklan

Ibu Daldin sempat mengidap kanker payudara selama sepuluh tahun. Setelah divonis dokter bahwa kankernya masuk stadium 4, ayah Daldin berupaya mencari obat alternatif. Ia kemudian mendapat informasi bahwa akar pohon bajakah berkhasiat menyembuhkan kanker. Ajaib, hanya setelah dua minggu mengonsumsi minuman rebusan bajakah, sakitnya berangsur pulih dan sebulan kemudian, sel kanker musnah total.

Cerita tersebut segera ditindaklanjuti Aysa, Anggina, dan Yazid dibantu oleh Helita, guru Biologi sekaligus pembimbing mereka di proyek ekskul sekolah ini. Di laboratorium sekolah, keempatnya menguji coba khasiat bajakah pada mencit, alias tikus kecil berwarna putih, yang disuntik sel kanker.

"Kami memberikan dua penawar atau obat yang berbeda terhadap kedua mencit tersebut, satu mencit diberikan bawang dayak dalam bentuk cairan yang diminumkan, sementara satu satu ekornya diberi air rebusan yang berasal dari kayu bajakah tersebut. Setelah memasuki hari kelima puluh, mencit yang diberikan air penawar dari bawang dayak tewas, sementara mencit yang diberikan cairan kayu bajakah tetap sehat, bahkan justru bisa berkembang biak," urai Helita dikutip Kompas.

Melihat hasilnya positif, mereka melakukan penelitian lanjutan ke Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan untuk mengecek kandungan bajakah.Sebenarnya ada kandungan apa sih sampai bisa menghilangkan sel kanker?

"Disimpulkan bahwa sesungguhnya bajakah mengandung senyawa fitokimia, yang berperan sebagai anti kanker, ada kanin (mampu melepaskan senyawa hidroksin yang bisa mengikat sel kanker sehingga menghambat pertumbuhan kanker itu sendiri), ada flavonoid, dan steroid, maupun senyawa lainnya," ujar Eko Suhartono, peneliti Universitas Lambung Mangkurat, kepada program Aiman Kompas TV.

Iklan

Karya ilmiah ketiga siswa tersebut kemudian dilombakan di Youth National Science Fair 2019 di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat Mei lalu. Mereka juga membawa akar bajakah yang sudah diolah menjadi bubuk siap seduh. Karya ilmiah ini kemudian mendapat medali emas di kompetisi tersebut, membuat mereka lanjut mengikuti kompetisi internasional di Korea Selatan.

Helita mengatakan, pohon bajakah hanya ada di Kalimantan Tengah dan tidak bisa dibudidayakan. Kesimpulan ini muncul karena bajakah dianggap memerlukan zat hara khusus yang hanya bisa disediakan hutan Kalimantan. Hutan tersebut berjarak dua jam dari kota Palangka Raya dan dirahasiakan kepada publik dengan alasan khawatir dieksploitasi.

Sayang, usaha media untuk menyelidiki lebih lanjut soal kebenaran klaim ini mengalami benturan. Pasalnya, pihak sekolah sangat tertutup untuk wawancara dengan media, seperti Detik yang ditolak wawancara dengan alasan kesibukan. Satu-satunya media yang mendapatkan konten eksklusif hanyalah Kompas TV, itu pun dengan syarat mereka tidak boleh menyebutkan lokasi tempat tumbuhan tersebut berada.

Keluarga Daldin juga menutup akses media kepada nenek Yazid, satu-satunya orang yang sejauh ini diketahui pernah merasakan khasiat bajakah. Daldin menolak keinginan Kompas TV untuk wawancara sang nenek, memakai alasan yang menurut saya sih rada nggak jelas ya (cek video di atas menit ke-56).

Selain itu, meskipun mencit yang dijadikan alat uji coba sembuh total dari sel kanker setelah diberi ramuan bajakah, fakta itu tidak menjamin efek yang sama akan berlaku pada manusia. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Pusat Prof. Dr. dr. Aru Sudoyo meminta masyarakat tidak terlalu berlebihan, bahkan sampai berharap ketinggian, menanggapi berita ini.

"Karena uji coba awal dengan tikus itu berbeda dengan uji coba kepada manusia. Sering kali penelitian itu berhasil digunakan untuk tikus, tetapi ketika [diuji coba] pada manusia hasilnya nihil, dan itu banyak terjadi," kata Aru saat dikonfirmasi media.