FYI.

This story is over 5 years old.

Dunia Kerja

Berikut Tips Untuk Meyakini Pekerjaanmu Ada Maknanya

Ada satu titik kalian pasti merasa "kerjaan gue kok gini-gini amat ya?" Nah, David Graeber, menulis buku yang membeberkan daftar profesi yang sebaiknya dihindari berjudul ‘Bullshit Jobs: A Theory’
Nana Baah
London, GB
Photo: VICE

Kamu tiba di kantor setengah jam terlambat tapi tidak ada yang peduli. Kamu bikin kopi, duduk, ngecek jam, dan tiba-tiba udah jam 1 siang aja. Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 5 sore dan seharian kamu kurang lebih enggak ngapa-ngapain selain numpang duduk dalam meeting dan tidak menyumbang sepatah katapun. Setelah beribu-ribu hari melakukan rutinitas yang sama, di suatu malam, ketika kamu sedang duduk di sofa dan menonton acara masak di TV, kamu mulai berpikir apabila pekerjaanmu sebetulnya sama sekali tidak bermakna.

Iklan

Apabila ini terdengar seperti gambaran yang akurat tentang hidupmu (kalau iya, turut berduka cita ya), antropolog dan aktivis David Graeber mengatakan kamu mungkin kurang beruntung dan memiliki “pekerjaan omong kosong” alias sampah alias tak bermakna.

Pada 2013, Graeber menulis sebuah artikel di majalah Strike! tentang pekerjaan-pekerjaan yang sesungguhnya tidak benar-benar berarti—artikel itu berjudul On The Phenomenon of Bullshit Jobs: A Work Rant. Sesudah tayang, artikel itu menjadi viral. Akibatnya, Graeber mendapatkan ratusan kisah dari orang-orang menggambarkan “pekerjaan omong kosong” mereka, yang kini dia kompilasi dalam sebuah buku dengan judul yang sama. Kisah-kisah ini datang dari seluruh penjuru dunia dan dari berbagai lapangan pekerjaan. Mulai dari seorang asisten post-production yang merasa bersalah akibat pekerjaannya, hingga seseorang yang terus ditawari kenaikan gaji biarpun sebetulnya dia berusaha dipecat.

Saya ngobrol dengan Graeber tentang cara mengindetifikasi apabila pekerjaanmu tidak bermakna dan apabila pekerjaan-pekerjaan ini seharusnya dimusnahkan.

VICE: Apakah ada pekerjaan yang memang secara kategori tergolong omong kosong?
David Graeber: Biar orang yang melakukan pekerjaan tersebut yang menilai. Di banyak pekerjaan bidang jasa, kesan yang saya dapat adalah banyak orang tidak menyukai apa yang mereka lakukan, tapi mereka sadar mereka melakukan sesuatu yang berguna, jadi saya tidak bisa bilang begitu seenaknya.

Iklan

Jadi buku ini semacam self help atau wacana pencerahan pribadi?
Saya tidak mau ada orang brengsek yang mengatakan, “Pekerjaanmu itu omong kosong.” Saya bukan seperti itu—justru kebalikannya. Apabila kamu merasa pekerjaanmu penting bagi dunia, maka saya tidak akan berargumen denganmu, tapi kalau kamu merasa pekerjaanmu tidak berarti sama sekali, saya juga tidak akan mendebatmu. Saya rasa sangat arogan untuk mengatakan saya lebih mengerti soal ini.

Kamu pernah melakoni pekerjaan omong kosong?
Saya pernah melakukan pekerjaan yang sifatnya hanya mengisi kuota harian saja, tapi memang saya tidak datang dari dunia kayak gitu. Justru karena itulah itu rasanya sangat aneh buat saya. Itulah alasan saya menyadarinya dan postingan blog saya menjadi populer. Gagasan antropologi adalah seseorang dari pihak luar akan menyadari hal-hal yang tidak disadari orang-orang yang berada di dalamnya. Saya tidak datang dari latar belakang pekerjaan profesional, jadi ketika saya tiba di sana, saya merasa, “Lah, mereka kayaknya kerjaannya gak sibuk-sibuk amat deh—kayaknya mereka cuman duduk-duduk doang.” Jadi bagi saya, ini adalah sebuah dunia yang baru.

Oke. Ada enggak sih cara memahami apakah pekerjaan kita cuma omong kosong?
Secara umum, orang tahu kok. Seringkali ini sangat jelas, apabila kamu hanya duduk di meja kantor sambil main ponsel. Banyak orang benar-benar enggak ngapa-ngapain seharian. Atau mereka hanya duduk, menunggu apabila ada kesalahan yang terjadi. Ini seperti memaksa orang untuk melakukan tugas yang sebetulnya mengganggu orang lain, dan itulah kenapa mereka merasa itu pekerjaan omong kosong. Ketika 90% pekerjaanmu hanyalah membuat orang lain merasa cemas atau berbohong ke orang, nah ini masuk ke ranah omong kosong.

Iklan

Orang-orang yang mungkin melakukan pekerjaan omong kosong namun tidak menyadarinya adalah orang-orang yang bekerja dalam organisasi birokrasi besar dan tidak benar-benar sadar apa sebetulnya yang mereka lakukan.Mereka hanya mengira pekerjaan mereka pasti ada tujuannya. Dan mungkin memang ada fungsinya dalam operasi yang lebih besar, tapi bisa saja operasi tersebut sebetulnya tidak berarti. Banyak yang seperti ini dalam bank-bank.

Apakah kamu mendapat banyak reaksi negatif akibat postingan blogmu?
Setiap tahun selalu ada seseorang yang menulis ke saya dan mengatakan, “Ah bacot doang lo. Kenapa juga orang memperkerjakan seseorang yang tidak mereka butuhkan?” Dan ini hampir selalu datang dari pemilik bisnis yang merasa diserang. Ada paham bahwa bisnis tidak akan memperkerjakan seseorang kecuali dibutuhkan.

Kalau memang tidak ada tujuannya, kenapa jenis pekerjaan kayak gini masih ada?
Semua pekerjaan ini ada untuk membuat orang-orang tajir merasa lebih baik tentang dirinya sendiri—pegawai lari kesana kemari untuk membuat mereka merasa penting.

Jadi apakah pekerjaan-pekerjaan ini seharusnya dihapus saja?
Saya tidak mau ini digunakan sebagai alasan para manajer memecat karyawan-karyawan mereka, tapi untuk menghapus pekerjaan-pekerjaan ini, kita harus mereformasi masyarakat. Orang bilang kemunculan robot akan mencuri pekerjaan kita: apa yang akan kita lakukan ketika lapangan pekerjaan menipis? Bukankah inti dari teknologi agar kita tidak harus bekerja segitu kerasnya? Kalau masalah begini saja tidak bisa diselesaikan, berarti memang sistem pasar kita belum efisien.

Iklan

Kita semua meyakini bahwa semua orang akan bersikap malas apabila diberi peluang, atau paling tidak orang-orang miskin. Ada yang mengatakan bahwa pengangguran itu buruk karena biarpun orang diberikan uang, tingkat kejahatan dan penggunaan narkoba meningkat apabila mereka tidak bekerja 9 to 5. Kalau gitu taruh aja mereka di dalam penjara seharian, biar mereka tidak memulai masalah? Nah pemikiran macam inilah yang harus diubah—inilah salah satu hal yang saya berusaha lakukan.

Dari pesan-pesan yang kamu terima, bagaimana orang-orang menghadapi pekerjaan omong kosong?
Orang-orang langsung mengerti kok. Mereka tidak tahu bagaimana harus bertindak atau merasa. Seakan mereka diberikan sesuatu untuk tidak melakukan apa-apa, bahwa mereka seharusnya senang. Rasanya seperti dipaksa menjadi parasit melawan kehendakmu sendiri, jadi orang bingung secara moral. Apakah seharusnya mereka merasa bersalah? Enggak dong seharusnya, karena mereka juga tidak ingin melakukan pekerjaan itu. Tapi bisakah mereka mengeluh? Rasanya seperti orang brengsek apabila mengeluh. Orang jadi bingung.

Apakah semua orang pasti akan mengalami satu pekerjaan omong kosong dalam hidupnya?
Ada pekerjaan-pekerjaan bagus yang bermakna, memuaskan dan gajinya oke. Tapi untuk mendapatkan pekerjaan macam ini, kamu harus sudah tajir, atau sanggup magang tidak dibayar di perusahaan besar di kota besar. Jadi pilihannya memang antara mengambil pekerjaan berguna tapi dibayar sangat kecil dan pastinya kamu akan kesulitan berkeluarga. Kamu akan bahagia mengetahui bahwa kamu berkontribusi ke dunia, contohnya bekerja di panti jompo, tapi pastinya secara finansial kamu harus berkorban. Atau kamu bisa mengambil pekerjaan omong kosong—dan yang ini tidak sulit didapat; ada di mana-mana. Tapi konsekuensinya jelas: kamu harus melakukan pekerjaan yang penuh dengan kebohongan. Pilihan mana yang lebih baik? Saya tidak bisa bilang, itu penilaian yang harus kamu ambil sendiri.


Follow penulis artikel ini lewat akun @nanasbaah

Artikel ini pertama kali tayang di VICE UK.