Dari parit yang dipasangi senapan di bukit terletak di atas kota Baghuz, Suriah, Pasukan Kurdi yang didukung tentara Amerika Serikat bersama milisi sipil Arab—koalisi ini kerap dijuluki Syria Democratic Forces atau SDF—memuntahkan peluru dari senapan mesin. Mereka memberondong wilayah kekhalifahan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) yang masih tersisa.ISIS memang sudah sangat terpojok, didorong mundur hari demi hari oleh serangakaian perlawanan sengit. Jika sebelumnya ISIS menduduki nyaris semua wilayah Suriah di luar Damaskus dan Homs, kini kekuasannya tinggal sekelumit wilayah di tepi Sungai Eufrat, tak jauh dari perbatasan Irak.Salah satu Komandan SDF, Adnan Afrin, mengatakan kemenangan menyeluruh pasukannya atas ISIS akhirnya sudah di depan mata."Kelompok teroris yang pernah menggegerkan dunia itu sekarang sepenuhnya runtuh dan hampir kalah. Pertarungan yang kami jalani beberapa tahun terakhir memang menyakitkan dan tak mudah dilalui," kata Afrin. "Setidaknya sekarang ujung perjuangan kami mulai nampak."Pergerakan pasukan SDF sedikit melambat selama Maret 2019, karena mereka harus mengevakuasi anak-anak dan perempuan yang berduyun-duyun menyelamatkan diri dari wilayah yang dibom SDF. Lebih dari 60.000 penduduk sipil meninggalkan daerah kekuasaan terakhir ISIS, sejak SDF melakukan pengepungan.Rabu pekan lalu, petinggi SDF mengaku hampir menguasai kantong-kantong milisi ISIS. mereka juga memastikan kekuatan khilafah Islamiyah kini sudah jauh berkurang. Yang tersisa hanya segelintir pasukan yang jumlah jelas kalah jauh dari SDF.Dari atap-atap bangunan pinggiran Baghuz, penembak jitu SDF sering menghabisi satu demi satu sasaran jihadis yang mencoba kabur. Di saat yang sama, peluru terus diberondongkan dari senapan mesin kalier .50 ke arah para teroris. Pesawat Jet AS terlihat mondar-mandir berpatroli di udara.Saga melawan ISIS sudah memasuki tahap akhir. Kini, tantangan bagi koalisi SDF tinggal menghajar segelintir pejuang ISIS. Militan yang tersisa mati-matian mempertahankan secuil kekhalifahan yang mereka dirikan lewat teror dan kekerasan tujuh tahun lalu.Semua itu terekam dalam dokumenter VICE yang bisa kalian saksikan di awal artikel ini. Selamat menonton.Artikel dan dokumenter ini pertama kali tayang di VICE News
Iklan
