Ilustrasi karya Ruby Jones​ merespons teror di Selandia Baru
Ilustrasi karya Ruby Jones merespons teror di Selandia Baru

FYI.

This story is over 5 years old.

Teror di Selandia Baru

Cerita di Balik Ilustrasi Mengharukan Sebagai Respons Terorisme Christchurch

Ribuan orang dari seluruh dunia membagikan hasil karya Ruby Jones setelah terjadinya serangan teror di Selandia Baru.

Pada 15 Maret, ilustrator 25 tahun Ruby Jones merasa tak berdaya setelah mendengar berita dua serangan teroris berturut-turut yang terjadi di masjid kawasan Christchurch, Selandia Baru. Perempuan asal negeri kiwi tak yakin bagaimana caranya mencerna atau bereaksi terhadap berita itu. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah menggambar untuk para komunitas Muslim di sana. “This is your home and you should have been safe here (Ini rumahmu, kamu harusnya aman di sini),” tulis Jones di gambar buatannya.

Iklan

Ini bukan kali pertama dia menggambar sebagai respons atas peristiwa mengerikan. Dia kemudian akan membagikan hasil karyanya ke akun media sosial pribadi yang dulunya hanya diikuti oleh “keluarga dan teman dekat”. Ilustrasi Jones sebelumnya berupa sekumpulan tanggapan bergambar dari berbagai kejadian, mulai dari gempa bumi Kaikoura sampai serangan teror di Bourke Street, Melbourne. “Cuma itu yang bisa kulakukan,” katanya.

Kebalikan dari rekaman siaran langsung penembakan yang tersebar di seluruh platform media sosial, goresan Jones menjadi motif yang tak terduga untuk serangan itu, untuk dibagikan di media sosial oleh orang-orang di seluruh dunia dan digambar ulang saat penghormatan. Time Magazine bahkan menugaskan Jones menggambar ilustrasi serupa untuk liputan Selandia Baru mereka.

Jones menggambar bukan untuk memamerkan keterampilannya, melainkan karena dia yakin orang butuh semacam pegangan. Sembari komunitas Muslim di seluruh dunia terus bereaksi terhadap serangan tersebut, dia harap ilustrasi sederhananya bisa terus digunakan dan dibagikan tiap kali orang merasa mereka tak mampu berkata-kata.

i-D menyempatkan waktu berbincang dengan Jones tentang ilustrasi yang menurutnya sudah jadi “milik dunia.”

i-D: Sejak kapan kamu mulai menggambar?
Ruby Jones: Seingatku sudah sejak dulu kala. Masa kecilku dihabiskan dengan menggambar bersama saudara laki-laki di lantai. Saya belajar otodidak dan menggambar di kertas sampai saya mulai menggambar secara digital dua tahun lalu.

Iklan

Apa yang kamu lakukan setiap hari berhubung pekerjaanmu bukan ilustrator?
Saya mendalami terapi okupasi, tapi akhirnya bekerja di TV. Saya sangat menyukai pekerjaan ini. Saya sekarang sedang sibuk memantau media dan menggambar di akhir pekan.

1553533025081-image1-2

Apa yang membuatmu tertarik menggambar tanggapan serangan teror?
Gambar ini mungkin ilustrasi ketiga atau keempat yang merespons peristiwa. Saya harus menggambar kalau sedang emosi. Jadi ketika ini terjadi, saya merasa sangat tak berdaya sampai-sampai saya ingin merangkul seluruh masyarakat.

Bisa ceritakan apa yang kamu rasakan waktu itu?
Saya buka medsos dan menyaksikan kalau orang-orang tak tahu bagaimana harus menanggapi kejadiannya. Mereka pokoknya diliputi kebingungan dan ketidakpercayaan. Saya sama seperti mereka, dan berpikir ‘Bagaimana saya harus menangani perasaan ini?’ Saya mulai menggambar dan menyelesaikan ilustrasinya saat serangannya masih terjadi. Saya mengerjakannya sambil mendengarkan berita.

Apakah kamu berharap gambarnya bisa berarti besar bagi banyak orang seperti sekarang?
Tidak sama sekali, dan saya bilang responsnya cukup gila. Selama ini saya cuma punya berapa ratus pengikut saja, dan mereka temanku. Kegilaannya dimulai pada hari Jumat, yang mana kebanyakan dari mereka berasal dari Selandia Baru. Gambarku mulai dibagikan ke seluruh dunia setelah itu. Saya benar-benar tidak bisa memercayainya.

1553533056832-image3

Apa reaksimu saat ternyata karyamu jadi populer banget?
Banyak yang menyukai karyaku, dan saya merasa tidak pantas mendapatkan pujian ini. Saya cuma membuat gambar sederhana. Tapi rasanya sangat spesial karena semua orang memikirkan negara kami. Saya juga sangat terkesan saat mendapat tanggapan positif dari umat Muslim di seluruh dunia. Mereka bilang gambarnya amat berarti bagi mereka, meskipun ilustrasi itu menunjukkan bahwa komunitas Muslim jarang terwakili.

Iklan

Menurutmu, kenapa banyak orang merasa dekat dengan pesan dari gambarmu?
Saya rasa orang-orang butuh sesuatu untuk menenangkan diri saat itu, dan efeknya menjadi lebih besar kemudian. Mereka juga menganggap gambarnya relevan karena karakter di ilustrasinya menunjukkan kedekatan/keakraban. Itu menunjukkan betapa hebat pengaruh yang didapat dari sebuah gambar sederhana.

Apakah kamu akan lanjut menggambar pengalaman yang membuatmu “mati kutu”?Reaksinya harus tulus, tapi sepertinya itu perlu memengaruhiku atau orang-orang, sehingga saya merasa mesti diekspresikan. Saya tentu akan terus melakukannya. Saya bukan bermaksud mengambil kesempatan. Cuma itu yang bisa kulakukan.

1553533085272-image2

Orang-orang di Selandia Baru mulai mencetak atau menggambar ulang ilustrasinya untuk ditaruh di tempat penghormatan. Apakah kamu punya niatan melanjutkan gambarnya dengan cara tertentu?
Bagiku gambarnya sudah jadi milik dunia. Gambarnya membawa pesan penting dan saya hanya membagikannya ke siapa saja. Banyak yang menghubungiku dan menyarankan untuk menggunakan gambarnya sebagai penggalangan dana di sekolah. Ada juga yang menjadikannya pin, lencana atau kaus untuk mengumpulkan uang bagi para korban dan keluarga mereka. Gambar ini bakal terus dimanfaatkan untuk hal-hal baik.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D