Virus Corona

Indonesia Masuk Daftar Negara-Negara di Asia yang Minim Lakukan Tes Virus Corona

Filipina dan India menjadi dua negara dengan jumlah tes COVID-19 paling sedikit.
Koh Ewe
oleh Koh Ewe
SG
Indonesia Masuk Daftar Negara-Negara di Asia yang Minim Lakukan Tes Virus Corona
Alat tes coronavirus. Joseph Prezioso / AFP

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.

Negara-negara dan tenaga medis di seluruh dunia kelimpungan menghadapi penyebaran COVID-19 yang sangat cepat. Tes virus corona secara massif menjadi salah satu tantangan terberat untuk dilakukan beberapa pekan ke depan.

“Memutus rantai penyebaran adalah cara paling efektif mencegah penularan dan menyelamatkan hidup. Itulah mengapa tes dan isolasi sangat penting dilakukan,” Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan dalam konferensi pers 16 Maret.

Iklan

Sayangnya, tak semua negara mampu atau bersedia memeriksa rakyatnya secara meluas. Ketidaksiapan ini terjadi di banyak negara Asia.

Data yang dikumpulkan Statista menunjukkan Filipina dan India adalah dua negara di Asia yang jumlah tesnya sangat sedikit, sedangkan Korea Selatan dan Taiwan adalah negara paling rajin menjalani tes dan cekatan menangani wabah.

Coronavirus Testing ASIA

Informasi dari Statista

Sementara Korea Selatan memeriksa 5.567 per satu juta orang pada 17 Maret, India hanya menjalani empat tes untuk setiap satu juta orang pada 13 Maret. Orang jadi bertanya-tanya melihat perbedaan kontras ini. Sebenarnya, seberapa masif penyebaran COVID-19 di negara-negara yang minim tes virus corona?

India

Pejabat India meyakini hasil tes virus corona tidak menunjukkan tanda-tanda penularan yang luas. Namun, pakar kesehatan berpendapat ini disebabkan oleh kurangnya tes skala penuh di India.

Penduduk India yang memenuhi syarat untuk dites yaitu mereka-mereka yang habis bepergian ke negara berisiko tinggi, berhubungan dengan pasien, dan tenaga medis yang menunjukkan gejala virus corona. Setelah dikritik habis-habisan karena hanya memiliki 52 tempat pemeriksaan, negara berpenduduk terbesar kedua (1,3 miliar orang) di dunia ini akhirnya menugaskan laboratorium swasta di seluruh negeri.

Sejauh ini, India memiliki 511 kasus, 10 kematian, dan 37 pasien pulih.

Filipina

Menurut data Kementerian Kesehatan Filipina, mereka hanya memeriksa sembilan per satu juta populasi pad 17 Maret. Padahal, penduduk Filipina berjumlah 109 juta orang.

Filipina sempat mengalami kekurangan alat tes, tapi sekarang menerima sumbangan dari negara-negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan.

Iklan

Akan tetapi, ada keluhan pemeriksaannya tidak adil. Menteri Kesehatan Francisco Duque III mengklaim alat tes COVID-19 mereka terbatas, tapi malah mengecek pejabat pemerintah yang tidak memiliki gejala virus corona.

Laporan penularan di Filipina telah mencapai 501 kasus, dengan 33 pasien meninggal dan 19 pasien pulih.

Indonesia

Menteri Kesehatan tercinta kita Terawan Agus Putranto sibuk ngeguyon ketika wabah virus corona menular ke negara-negara selain Tiongkok. Ketika profesor Harvard menyebutkan ada kemungkinan lima kasus di Indonesia, dia malah menantangnya dan menyebut sang ilmuwan “mengada-ada”. Pemerintah yakin Indonesia bebas corona karena “kekuatan doa”, sampai akhirnya kasus pertama dan kedua dilaporkan pada 2 Maret.

Dari situ, terungkaplah fakta Indonesia tidak memiliki alat tes COVID-19 hingga Februari. Negara mengandalkan alat yang biasa digunakan untuk memeriksa penyakit berbasis virus corona lain, seperti MERS, SARS, dan flu biasa.

Pada 13 Maret, Presiden Joko Widodo menyebut pemerintah sengaja menyembunyikan informasi penularan virus corona karena tidak ingin masyarakat panik. Namun kenyataannya, warga justru malah panik karena pemerintah tidak transparan sejak awal. Ditambah lagi, kini anggota DPR diprioritaskan dalam pemeriksaan virus corona.

Sudah ada 579 orang yang tertular COVID-19 di Indonesia, dengan total 49 kematian dan 30 orang pulih.

Jepang

Tak seperti Indonesia dan India, tak mau bikin sistem kesehatan kewalahan menjadi alasan jumlah tes di Jepang terbatas.

Iklan

Menurut Reuters, negara dengan jumlah penduduk 126 juta orang itu menggunakan seperenam dari kapasitas pengujiannya. Meski sebenarnya bisa mengerahkan 7.500 tes per hari, Jepang hanya melakukan 1.190 tes setiap hari akibat strategi penjatahan yang ekstrem.

“Kapasitasnya cukup bukan berarti harus menggunakan sepenuhnya,” kata menteri kesehatan Jepang pada 17 Maret, menurut Reuters. “Tak perlu melakukan tes hanya karena orang-orang khawatir.”

Sejauh ini, Jepang melaporkan 1.140 kasus dengan angka kematian 42 dan 285 pasien pulih.

***

Tes virus corona sangat penting dilakukan menjangkau seluas-luasnya populasi penduduk.

“Api takkan bisa dipadamkan dengan mata tertutup. Pandemi corona takkan mungkin dihentikan jika kita tidak tahu siapa saja yang terinfeksi,” kata Tedros. “Pesan kami sederhana. Lakukan tes sebanyak mungkin. Periksa semua ODP.”

“Satu-satunya cara mengetahui tingkat keparahannya yaitu dengan memeriksa orang dalam jumlah besar,” ujar Marc Lipsitch, guru besar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat T.H. Chan di Universitas Harvard, kepada South China Morning Post.

Korea Selatan mendapat apresiasi karena penyebaran tesnya yang besar-besaran, dan betapa sigapnya mereka menangani wabah. Pada puncaknya, mulai akhir Februari hingga awal Maret, Korea Selatan melaporkan 800 lebih kasus baru dalam satu hari. Tapi sejak itu, angka laporannya berkurang di bawah 100.

Banyak orang percaya luasnya pemeriksaan dan upaya keras karantina di Korea Selatan menjadi alasan kasus penyebarannya melambat secara drastis, bahkan tanpa lockdown sekalipun.

Pemerintah KorSel menyediakan klinik drive-through, sehingga warga bisa dengan mudah menjalani tes dari dalam mobil. Kliniknya kini ditiru Amerika Serikat, Prancis dan Spanyol.

Follow Koh Ewe di Instagram.