Film

Boikot Film 'Mulan' Diyakini Takkan Berdampak Signifikan Bagi Disney

Perusahaan raksasa hiburan itu dianggap menjilat pemerintah Tiongkok. Namun pengamat menilai reaksi negatif terhadap film live-action 'Mulan' takkan merugikan raksasa hiburan itu sama sekali.
Aktris Liu Yifei
Aktris Liu Yifei menghadiri pemutaran perdana live-action ‘Mulan’ di Dolby Theatre, Hollywood, pada 9 Maret 2020. Foto: AFP / Frederic J. Brown

Seruan boikot terhadap film live-action dari animasi klasik Disney, Mulan, semakin menguat sejak tayang perdana pada platform Disney+ dan sejumlah bioskop terpilih akhir pekan lalu. Aksi boikot tersebut dilatarbelakangi kekecewaan aktivis pro-demokrasi Hong Kong terhadap dua bintang utama film yang dinilai mendukung Beijing.

Aktris Amerika keturunan Tionghoa Liu Yifei memerankan Hua Mulan, sosok pahlawan perempuan yang menyamar sebagai prajurit untuk menggantikan posisi ayahnya yang sedang sakit di medan perang. Sementara itu, aktor Hong Kong Donnie Yen berperan sebagai Komandan Tung yang melatih Mulan. Film remake Mulan juga diramaikan nama-nama terkenal lainnya seperti Gong Li, Jet Li dan Jason Scott Lee. Film senilai 200 juta Dolar AS (Rp2,9 triliun) itu memperoleh ulasan yang cukup beragam dari kritikus dan pencinta film.

Iklan

Pemeran utama Mulan mulai memancing kontroversi tahun lalu, setelah dia menyatakan dukungannya kepada polisi Hong Kong yang menggunakan kekerasan saat mengawal demo. “Sungguh memalukan bagi Hong Kong. Saya mendukung sikap polisi, silakan jika kalian ingin menyerangku,” bunyi postingan Weibo-nya ketika membagikan berita seputar demonstrasi dari media pemerintah.

Komentar Liu memicu amarah warga Hong Kong, yang ratusan di antaranya ditangkap belum lama ini karena memprotes UU Keamanan buatan Beijing yang melarang segala bentuk pemisahan diri, subversi, terorisme dan kerja sama dengan negara asing. Siapapun yang melanggar kebijakan ini terancam hukuman penjara seumur hidup.

Donnie Yen juga tak luput dari kritik. Dia tampak begitu loyal kepada Partai Komunis Tiongkok, sama seperti aktor laga Jackie Chan yang sangat setia dengan Beijing.

Aktivis Hong Kong masih gencar memboikot Mulan meski sudah setahun berlalu sejak Liu membuat postingan kontroversial. Tagar #BoycottMulan bahkan trending di Twitter pada hari pertama perilisannya di Disney+. Banyak orang menyuarakan ketidaksukaannya pada film tersebut, dan mengecam “pandangan memalukan” dari para bintangnya.

Aktivis terkemuka seperti Joshua Wong dan Jeffrey Ngo ikut andil dalam aksi boikot ini. Mereka mengajak warga Hong Kong untuk tidak menonton Mulan.

“Kami mendesak semua orang yang membela HAM untuk memboikot Mulan karena Disney tak ayal lagi penjilat Beijing dan Liu Yifei dengan bangga mendukung kekerasan polisi di Hong Kong,” bunyi twit Joshua yang viral pada platform medsos itu.

Iklan

Dia menyebut Liu “simbol otoritarianisme” dan Donnie “pendukung berat kepolisian Hong Kong”. Aktivis muda ini juga me-retweet sebuah twit yang menyoroti dugaan “keterlibatan” Partai Komunis dalam pembuatan film Mulan. Pengunggah asli memposting end credit yang berisi ucapan terima kasih kepada pemerintah Tiongkok karena sudah “memberikan izin” untuk syuting di wilayah barat laut Tiongkok, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Xinjiang — tempat tinggal penduduk Muslim Uighur yang ditindas.

Jeffrey Ngo, aktivis Hong Kong yang tinggal di Washington, ikut menyerukan boikot. Kepada VICE News, dia mengaku tidak pernah menonton film animasinya dan juga tidak tertarik dengan film live-action ini.

“Sama seperti kebanyakan warga Hong Kong, saya ogah menonton film ini karena Liu Yifei dan Donnie Yen mendukung rezim diktator dan membanggakannya demi keuntungan pribadi.”

Kampanye ini tak hanya terjadi di Hong Kong saja. Aktivis pro-demokrasi di Bangkok, seperti Netiwit Chotiphatphaisal, bahkan berpose di depan iklan film Mulan sambil menenteng poster bertuliskan #BanMulan.

“Kami takkan pernah melupakan kenyataan pemeran Mulan mendukung kekerasan polisi terhadap warga Hong Kong yang memperjuangkan kebebasan dan demokrasi. Kita wajib memboikot Mulan agar Disney dan pemerintah Tiongkok menyadari kekerasan negara terhadap rakyatnya adalah perbuatan keji,” tulisnya di Twitter.

Aksi boikot ini menyoroti bagaimana perusahaan hiburan Barat menghadapi pilihan sulit ketika harus berurusan dengan Tiongkok saat menggarap film. Mereka harus siap kehilangan pasar yang sangat menguntungkan di Tiongkok jika berani menyinggung pelanggaran HAM yang dilakukan negara itu.

Iklan

Versi remake ini jauh lebih serius tanpa adegan musikal dan menghiburnya, serta terkesan sengaja dibuat untuk memuaskan penonton di Tiongkok Daratan.

Akademisi John Lee dari Hudson Institute di Washington D.C. mengatakan kesuksesan dunia perfilman Barat semacam Disney dan Hollywood sangat bergantung pada mereka. Jangan berani-berani menyinggung orang Tiongkok jika tidak mau mengucapkan selamat tinggal kepada pendapatan box office-nya yang begitu besar — saat ini mencapai 10 miliar Dolar AS atau setara Rp147 triliun.

John menduga aksi boikotnya takkan menyebar luas, dan Disney harus “berhati-hati” dengan situasi di Hong Kong apabila tidak mau merusak reputasinya di mata internasional.

“Reaksi terbaru di Hong Kong akan memicu minat global terhadap nilai dan maksud sesungguhnya Beijing. Reputasi Disney bisa tercoreng jika ketahuan membela atau memaafkan pandangan politik Liu Yifei. Sangat kebetulan Disney tidak dapat menggelar acara peluncuran Mulan yang dihadiri Liu,” John memberi tahu VICE News.

Mulan dijadwalkan tayang akhir Maret lalu, tapi terpaksa diundur setelah bioskop di seluruh dunia ditutup gara-gara pandemi.

Stanley Rosen, pakar Tiongkok yang berprofesi sebagai guru besar ilmu politik dan hubungan internasional di University of Southern California, berujar pasar film Amerika Utara sedang mati-matian berjuang untuk kembali normal, sehingga “mereka sangat membutuhkan bantuan Tiongkok”.

Iklan

“Ini adalah ujian terberat Disney. Pemerintah Tiongkok menyukai reputasi Disney yang ramah keluarga — bisa dilihat dari didirikannya Disneyland Shanghai — dan Disney telah melakukan berbagai cara untuk menyenangkan hati Tiongkok. Mantan CEO Bob Iger bahkan pernah bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Disney disambut hangat di sana,” terangnya.

Walaupun seruan boikot menyebar luas di internet, aksi ini takkan berarti apa-apa bagi Disney.

“Aksi boikot Mulan takkan memengaruhi Disney, apalagi sekarang gerakan protes Hong Kong semakin terhambat UU keamanan. Ini hanya akan meningkatkan ketertarikan orang Tiongkok pada Mulan, terutama bagi mereka yang berjiwa patriot,” lanjut Stanley.

Ucapan Stanley bisa dibuktikan. Film live-action Mulan ramai diperbincangkan di Weibo — tagarnya telah didiskusikan jutaan kali pada platform medsos itu. Banyak orang Tiongkok penasaran ingin menonton filmnya setelah melihat reaksi negatif dari Hong Kong.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.