Kerusakan Lingkungan

Separuh Kawasan Terumbu Karang Terbesar Dunia Mati Karena Ulah Manusia

Kondisi Great Barrier Reef di Australia memburuk selama 25 tahun terakhir, akibat limbah dan perubahan iklim dipicu aktivitas industri.
Gavin Butler
Melbourne, AU
Separuh Terumbu Karang Terbesar Dunia di Great Barrier Reef Mati Karena Ulah Manusia
Banyak terumbu karang mati di Great Barrier Reef Australia. Foto via Getty, Kyodo News / Kontributor

Kawasan Karang Penghalang Besar, atau di negaranya disebut Great Barrier Reef, kehilangan separuh terumbu karangnya selama 25 tahun terakhir. Kawasan terumbu karang terbesar sedunia di utara Australia itu rusak parah akibat kombinasi limbah, polusi, serta aktivitas industri yang memicu perubahan iklim.

Laporan terbaru mengenai nasib Great Barrier Reef yang rusak dirilis lembaga Australian Research Council’s Centre of Excellence for Coral Reef. Terumbu karang berukuran kecil, sedang, maupun besar, sama-sama mengalami kerusakan parah di area seluas 2.300 kilometer persegi tersebut. Terumbu karang di perairan dangkal dekat permukaan laut jadi yang paling banyak mati.

Iklan

Andreas Dietzel, yang memimpin penelitian tersebut, menyebut pemicu utama kerusakan ekosistem laut ini disebabkan ulah manusia.

“Koloni terumbu karang di [Great Barrier Reef] menurun tajam setelah kami bandingkan datanya selama seperempat abad terakhir,” ujarnya. “Adanya pembuangan cairan kimia dari sisa aktivitas industri terbawa hingga kawasan tersebut, terutama di sisi utara dan tengah Great Barrier Reef.”

Periode kerusakan terparah terjadi pada 2016 dan 2017. Data ini belum mengambil pemantauan terbaru tahun ini, sehingga kemungkinan area terumbu karang yang rusak bisa jauh lebih besar. Kawasan Great Barrier Reef selama ini menjadi lokasi wisata unggulan bagi turis yang datang ke Australia.

Kematian terumbu karang merupakan persoalan lingkungan serius, karena efeknya berantai pada biota laut lainnya. Ikan, udang, hingga bintang laut mengandalkan terumbu karang untuk bertahan hidup. Kerusakan terumbu karang itu berarti menghancurkan tempat tinggal ribuan biota laut.

“Selain polusi dan pencemaran kimia, meningkatnya suhu bumi juga berpengaruh pada kematian terumbu karang secara massif di Great Barrier Reef,” kata Dietzel saat diwawancarai ABC.

Adanya laporan ini tidak segera mengubah sikap pemerintah Australia, yang dikenal sangat pro pada industri tambang. Pertambangan batu bara, termasuk yang berlokasi di kawasan utara Australia, menjadi salah satu tersangka pemicu kerusakan Great Barrier Reef.

Iklan

Pemerintah Negeri Kanguru baru saja memberi izin angkut bagi tambang perusahaan Adani Carmichael, sehingga kapal mereka bisa melewati perairan di atas kawasan terumbu karang terbesar Australia. Kapal macam itu berisiko besar menambah kerusakan terumbu karang, karena jangkar dan lambung kapalnya dapat merusak ekosistem yang berada dekat permukaan.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison sampai sekarang juga berkukuh mengandalkan batu bara serta migas sebagai sumber energi di negaranya, dan belum mendukung energi terbarukan.

Dietzel menilai, sikap pemerintah itu menyumbang percepatan dampak buruk perubahan iklim di Australia. Great Barrier Reef, yang masuk kawasan cagar budaya UNESCO, jadi korban pertama sikap pemerintah.

"Saya merasa frustrasi, karena pemerintah tidak melakukan apapun kendati sudah banyak penelitian dilakukan,” ujarnya. “Mereka tutup mata dan menganggap semua kerusakan ini seakan-akan tidak pernah terjadi.”

Follow Gavin di Twitter