Kriminalitas

Komplotan Maling di Jatim Rajin Pakai Google Maps untuk Analisis Rumah Korban

Maling dari Magetan ini rutin tur virtual dulu sebelum beraksi. Teknologi turut memberi kepraktisan bagi para pencuri.
Komplotan maling magetan jatim pantau rumah calon korban pakai google maps
Ilustrasi polisi menampilkan pelaku tindak pidana dalam gelar perkara. Foto via stringer/AFP

Sering dong kita dengar berita soal jasa besar Google Maps pada kemanusiaan. Mulai dari menangkap pelaku pencurian, menemukan mobil yang udah puluhan tahun hilang, atau mempertemukan sanak famili yang telah lama berpisah. Tapi, gimana pun yang namanya teknologi pasti ya pedang bermata dua. Di Magetan, Jawa Timur, contohnya. Jumat (27/11) hari ini, Polres Magetan menangkap dua anggota komplotan pencuri spesialis perumahan, AJ (30) dan AH (38). Menurut pengakuan pelaku, mereka menggunakan Google Maps sebagai langkah awal menentukan target.

Iklan

“Komplotan ini melakukan pencarian dengan Google Maps, yang diketik perumahan,” ujar Kapolres Magetan AKBP Festo Ari Permana, dilansir Kompas. Tertangkapnya AJ dan AH diawali ketika pencurian mereka di Perumahan Royal Bukit Kencana pada 5 Agustus silam yang dilaporkan warga setempat. Penelusuran polisi membuahkan hasil. Kedua pelaku digerebek di Bandung. Pelanggaran KUHP Pasal 65 membuat pelaku ditunggu hukuman tujuh tahun penjara.

Dari penjelasan Festo, komplotan sebenarnya terdiri dari empat orang, dua masih buron. Mereka menggunakan aplikasi pemberi arah paling populer itu untuk melihat-lihat calon rumah yang akan dibobol. Menggunakan fitur Street View dalam aplikasi, pelaku berkeliling virtual untuk melihat-lihat beberapa perumahan potensial.

Begitu udah mengunci target, keempatnya berkeliling kompleks untuk mencari rumah yang sedang kosong. Ponsel, laptop, perhiasan, dan benda-benda yang mudah dibawa jadi incaran utama.

Kejadian serupa pernah terjadi di Chicago, Amerika Serikat pada 2011. Seorang pencuri dilaporkan mengambil perhiasan senilai 100 ribu dolar AS setelah mencari-cari perumahan elite yang bisa dibobol lewat Google Earth dan Google Maps. Pencarian pelaku di aplikasi tersebut lantas membawanya pada Chicago Village of Indian Head Park sebab disimpulkannya memiliki pengamanan yang paling mudah dimasuki.

Penggunaan teknologi navigasi yang kebablasan enggak cuma dilakukan untuk mencuri. Pada 2008, sekumpulan remaja melek teknologi di Bournemouth, Britania Raya menemukan kolam renang besar berakses mudah lewat Google Earth.

Dari sana, mereka lalu mengorganisir pesta kolam renang tanpa izin yang punya kolam sambil mengundang 500 orang lewat Facebook. Meski yang datang akhirnya cuma 16 orang, kejadian ini cukup bikin yang punya rumah kaget gara-gara mendadak ngeliat tumpukan kaleng bir di sekitar area kolam renang. 

Selain itu peristiwa apes lain yang seringkali muncul akibat aplikasi peta virtual adalah terlalu percaya panduan aplikasi. Pada 2013, Apple Maps sempat eror, bikin banyak pemakainya di Alaska, AS, malah diarahin ke jalur pesawat di Fairbanks International Airports. Contoh lain pada 2012, turis Jepang malah nyeburin mobilnya ke Samudera Pasifik gara-gara disuruh GPS