FYI.

This story is over 5 years old.

Lion Air Jatuh di Karawang

Menyaksikan Mereka yang Tak Kunjung Henti Mencari Korban Insiden Lion Air JT 610

Tim yang dipimpin Badan SAR Nasional bekerja 24 jam nonstop menyisir perairan Karawang, agar kotak hitam dan jenazah korban tak sampai terbawa arus laut. VICE mengikuti para pahlawan kemanusiaan ini bekerja.
Anggota TNI AL menyelam menembus lumpur di perairan Karawang untuk melakukan evakuasi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610.
Anggota TNI AL menyelam menembus lumpur di perairan Karawang untuk melakukan evakuasi korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610. Foto oleh Beawiharta/Reuters

Tak ada istilah rehat bagi petugas posko evakuasi Lion Air JT610 Tanjung Priok, Jakarta Utara. Operasi evakuasi dan restorasi tak pernah putus dilakukan oleh para penyelamat yang berasal dari banyak instansi dan kesatuan. Bahu-membahu mereka memastikan semua puing juga jenazah korban di lautan terangkut ke darat. Di satu sudut di terminal 2 pelabuhan, di antara ratusan kontainer dan gemeratak kapal kargo yang lalu lalang, para petugas menimbun, mengumpulkan, dan memilah apa yang telah mereka angkut dengan susah payah dari laut.

Iklan

Pagi-pagi buta pada Selasa 30 Oktober, sebelum matahari terbit, para petugas memulai kembali aktivitas pencarian. Sebanyak 34 kapal dikerahkan menuju rescue zone alias zona penyelamatan yang terletak di tengah laut. Salah satu kapal yang dilayarkan ke sana adalah kapal Bea Cukai yang melepas sauh pada 06:30, membawa sejumlah personel penyelam yang akan menyisir di kedalaman perairan Karawang untuk mengutip puing-puing serta korban dari insiden kemarin.

Muhammad Syaugi, kepala Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) yakin betul operasi hari kedua pencarian puing dan jenazah pesawat Lion Air JT610 berjalan lancar. "Tidak ada kesulitan bagi kami, karena cuaca juga sedang bagus," ujarnya di hadapan sejumlah awak media. Persoalan utamanya adalah waktu. Standar prosedur operasi merentangkan waktu kerja tujuh hari, namun untuk alasan kemanusiaan, Basarnas pencarian dilakukan secepat mungkin tanpa harus mengulur-ulur jadi tujuh hari. "Kami harus juga menghargai perasaan keluarga dari korban," kata Syaugi.

Pencarian yang dilakukan oleh Tim SAR dan TNI Angkatan Laut difokuskan kepada penemuan badan pesawat JT610, di mana black box kemungkinan besar masih berada. "Pencarian kami area-nya sekitar 15 nautical mile (27,8 km- red)," kata Syaugi. "Kami pertama kali menemukan puing pesawat 2 mil ke selatan dari titik pertama hilang kontak. Pencarian kami menggunakan pola khusus, sampai kemarin jam tujuh malam."

Iklan

Untuk misi pencarian bangkai pesawat ini, BASARNAS mengatakan bahwa mereka menggunakan peralatan dan teknologi khusus seperti multibeam echosounder dan remote underwater operated vehicle. Kedua teknologi ini sama seperti yang dipakai saat tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba.

Di tengah laut, sebuah kapal milik Basarnas dijadikan rescue zone tetap di perairan Karawang. Kapal itu mengapung-apung di lautan untuk dijadikan tempat pengumpulan sementara puing dan jenazah yang berhasil dievakuasi.

Letaknya hanya beberapa meter dari titik hilang kontak pesawat JT-610. Di rescue zone tersebut, semua puing puing pesawat dan korban yang baru ditemukan dikumpulkan sebelum diantar ke Tanjung Priok. Rescue zone ini juga menjadi titik temu semua personil yang turun tangan dalam proses restorasi, seperti Tim Katak, Indonesia Divers, dan TNI Angkatan Laut.

Koordinator penyelam BASARNAS, Putra Ardiyansah, mengatakan bahwa operasi penemuan bangkai pesawat ini bukan tergolong proses rescue, melainkan proses restorasi. "Dari pengamatan kami, kemungkinan besar tidak ada yang selamat. Jadi kami hanya ingin menemukan bangkai pesawat dan restorasi, bukan menyelamatkan," ucapnya. "Maka dari itu tidak ada keharusan untuk selesai sepecatnya, walau SOP kami 7 hari. Namun karena ada perintah dari Presiden, operasi kami jalan sampai tengah malam, dua puluh empat jam. Tapi dari tim penyelam tidak diharuskan sampai malam, karena gelap."

Iklan

Saat artikel ini ditulis, ada 26 kantong jenazah yang telah dikumpulkan di Tanjung Priok, walau tidak semua berisi jenazah korban. Puing-puing pesawat juga dikemas dengan kantong jenazah. Belum ada konfirmasi yang jelas mengenai jumlah jenazah korban penumpang sampai saat ini.

Temuan dari laut seterusnya dibawa oleh mobil-mobil yang telah parkir di pinggir lokasi evakuasi. Semua petugas sudah tahu, kantong jenazah langsung dibopong ke ambulans untuk diboyong ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Sementara pecahan pesawat dan barang-barang penumpang dibiarkan dulu di pelabuhan untuk difoto, dicatat, dan diberi kode.

Kepala kantor SAR Jakarta Hendra Sudirman mengatakan jika tak ada halangan berarti, operasi pencarian akan terus berjalan siang maupun malam. Petugas akan memaksimalkan pencarian dalam tiga hari ini sebelum serpihan meluas dibawa arus laut. "Golden hour di laut itu 3x24 jam," kata Hendra.