FYI.

This story is over 5 years old.

Seputar Keluarga

Faktor Genetis Ternyata Bisa Memicu Perceraian

Penelitian dari Virginia Commonwealth University menyatakan faktor genetis berpengaruh pada keputusan cerai. Bukan sekadar tidak cocok, genmu emang udah emoh sama pasangan.
Cuplikan gambar serial 'the Simpsons' dari Youtube.

Kalau orang tuamu, seperti orang tua saya, sudah bercerai, pasti tidak mengejutkan lagi bahwa kita lebih rentan bercerai atau berpisah dibandingkan kawan-kawan kita yang orang tuanya masih bersama.

Sebagian besar teori dan kepercayaan yang ada menganggap salah satu faktor yang jadi penentu adalah aspek lingkungan: saat anak-anak menyaksikan atau mengalami perceraian orang tua mereka, perceraian menjadi konsep yang sudah ternormalisasi. Selain itu, saat anak-anak memandang perceraian sebagai tak terelakkan atau bahkan bermanfaat, perceraian tak lagi menjadi momok. Namun menurut sebuah penelitian baru-baru ini, perceraian boleh jadi lebih umum di kalangan keluarga tertentu akibat gen. Department of Psychiatry at Virginia Commonwealth University menggunakan data registri Swedia untuk menentukan apakah perceraian dipengaruhi faktor biologis. Penelitian ini menyelidiki orang-orang yang dibesarkan oleh orang tua angkat, dan menemukan bahwa orang-orang lebih mirip orang tua biologis mereka ketimbang orang tua angkat dalam hal perceraian dan perpisahan. Mereka yang orang tua biologisnya mengalami perceraian, kemungkinan besar juga bercerai dengan pasangan hidupnya. Jessica Salvatore, Ph.D., yang mengerjakan penelitian ini berkata bahwa para peneliti berupaya mencari tahu mengapa perceraian bisa diwariskan secara turun-temurun dalam sebuah keluarga. "Ini adalah penelitian yang terbesar saat ini," ujarnya. "Dan kami menemukan bukti yang kuat dan konsisten bahwa faktor genetik ada hubungannya dengan warisan perceraian intergenerasi." Temuan-temuan mereka mengindikasikan bahwa kepribadianmu lah yang memengaruhi kemungkinan kamu bercerai, termasuk faktor-faktor seperti keterampilan menyelesaikan masalah, kenyamanan saat berkomitmen, dan tingkat empati. Salvatore bilang hal ini amat signifikan karena dapat mempengaruhi cara psikiatris melakukan pendekatan dalam sesi terapi pasangan. "Jika seorang terapis sedang menangani pasangan dan mendapati bahwa salah satu dari mereka memiliki orang tua yang bercerai, maka sang terapis bisa memperbaiki komitmen mereka atau menguatkan keterampilan interpersonal sebagai fokus upaya penyembuhan klinis mereka," katanya. Colek Issy di Twitter untuk ngobrol langsung dengan dia.