Perang Nuklir

Simulator Ini Menunjukkan Konsekuensi Buruk Perang Nuklir Bagi Dunia

Nuclear War Simulator enggak cocok disebut game, karena satu-satunya cara untuk menang yaitu tidak memainkannya sama sekali.
Nuclear War Simulator
Gambar: Kementerian Energi Amerika Serikat

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Sulit dipahami seperti apa jadinya jika perang nuklir global pecah dalam skala penuh. Satu peluncuran nuklir saja dapat memicu serangkaian peristiwa yang mampu mengubah kehidupan Bumi. Jutaan orang akan mati dalam ledakan awal, sedangkan jutaan lainnya kelaparan akibat perubahan iklim. Bagaimana caranya kita mengukur potensi kerusakan yang meluas seperti itu?

Iklan

Dengan menggabungkan program NUKEMAP dan video game Defcon, kalian dapat merencanakan dan menyimulasikan peledakan bom nuklir untuk melihat sebesar apa kehancuran yang diciptakannya. Kombinasi ini menghasilkan Nuclear War Simulator (NWS).

Diluncurkan awal 2020, simulator yang dikembangkan engineer Ivan Stepanov itu akan menghadapkan kita pada kenyataan mengerikan dari perang nuklir. Dalam NWS, pengguna dapat mengatur sendiri skala perang dan membangun hulu ledaknya.

Setelah itu, mereka mempelajari dampak kemanusiaan pada peta mirip Google Earth. NSW adalah simulator yang tepat bagi kalian semua yang penasaran seberapa banyak korban gugur dalam perang nuklir Rusia dan Amerika Serikat, atau seperti apa radiasinya jika Inggris melancarkan serangan nuklir ke Moskow.

“Simulasi interaktif ini memberikan gambaran realistis akan dampak kemanusiaan dari konflik nuklir,” Stepanov memberi tahu Motherboard. “Secara teknis, simulator ini bukan game karena tidak ada misi dan hadiah usai menjatuhkan bom nuklir. Ini adalah sandbox edukasi interaktif yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mengatur dan mengulang kembali skenario konflik sesuka hati.”

Dalam NWS, kalian dapat memperkecil peta dan menyaksikan kejadiannya dari posisi satelit, atau memperbesar untuk melihat dampak bom nuklir di kota asal. Simulatornya mencakup segala hal, mulai dari jumlah asap kota-kota yang terbakar hingga kematian akibat kebakaran, radiasi, dan kelaparan.

Iklan

Stepanov ingin semua orang sadar betapa menakutkan senjata ini. “Proyeknya bertujuan menciptakan alat interaktif yang dapat digunakan untuk memvisualisasi konflik nuklir berskala besar dan menjadikannya serealistis mungkin. Harapannya orang-orang menyadari bahaya yang ditimbulkan senjata nuklir bagi masyarakat luas,” katanya.

Nuclear War Simulator awalnya berupa mod Defcon, video game mengerikan yang memungkinkan pemain mengendalikan negara adikuasa selama konflik nuklir. Satu-satunya cara untuk menang yaitu tidak memainkannya sama sekali. Namun, Stepanov tidak dapat menjalankan simulator sebagai mod, karena ada banyak sekali yang ingin dijadikan model. Jadi, dia mengambil inspirasi dari NUKEMAP dan memutuskan untuk merilis NWS sebagai simulator.

“Saya memperkenalkan model dampak kemanusiaan terperinci, seperti yang digunakan Alex Wellerstein dalam NUKEMAP. Selain itu, saya ingin mengintegrasikan sistem senjata realistis untuk membuat alat yang dapat menceritakan konflik nuklir secara tepercaya,” terang Stepanov.

Stepanov adalah engineer Jepang yang bekerja dengan sensor Lidar untuk mengajarkan mobil tanpa awak. Sejak kecil, dia bercita-cita menciptakan perang nuklir. “Saya besar di Semipalatinsk, hanya 150 km dari situs uji coba senjata nuklir Uni Soviet,” dia menceritakan. Sewaktu kecil dulu, Stepanov menganggap nuklir sebagai bom raksasa super keren. Ketika berusia 12, dia mulai mengumpulkan artikel koran soal dampak kesehatan warga yang tinggal di sekitar lokasi. Pandangannya tentang nuklir berubah sejak saat itu.

“Ketika mulai belajar fisika, saya baru menyadari kita hidup di dunia yang saling berhubungan dan bergantung pada teknologi rapuh. Perang nuklir dapat mengganggu rantai pasokan dan mengarah pada musim dingin nuklir,” jelasnya.

NWS muncul pada saat kritis, mengingat dunia saat ini berada dalam ambang perang nuklir. Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah— yang membatasi jangkauan senjata nuklir antara Rusia dan AS—sudah berakhir. Diplomasi antara Korea Utara dan Amerika semakin memburuk. Perjanjian START baru, yang membatasi jumlah hulu ledak, berpotensi berakhir meski Moskow telah memohon-mohon agar Washington memperbaruinya.

“Konflik semacam ini memiliki konsekuensi menakutkan, dan bagi saya, menggambarkan ancaman terbesar bagi peradaban manusia,” Stepanov mengutarakan. “Saya berharap simulasinya dapat meningkatkan kesadaran publik tentang ancaman senjata nuklir, dan menekan politikus untuk membuat keputusan tepat.”