arti istilah 'daddy' lelaki dewasa tampan dan seksi
Ilustrasi julukan 'daddy' oleh Brandon Bird.
Seks

Penyebab Kata 'Daddy' Jadi Terkesan Mesum dan Rutin Dipakai Cewek Horni

Istilah ini sekilas terdengar menakutkan buat sebagian lelaki matang (sori ya Vincent Rompies). Menurut psikolog, 'daddy' ternyata tak ada hubungannya sama 'daddy issues' lho.

Pasangan kekasih biasanya punya nama panggilan sendiri untuk pujaan hati, terutama saat sedang bercinta. Panggilannya pun macam-macam, bisa baby, honey, sayang, dan lain-lain. Tapi, ada satu nama kontroversial yang cukup sering diucapkan perempuan: Daddy.

Yap, kalian mungkin sering lihat istilah ini di medsos. Tapi apa sebenarnya alasan cewek memanggil pasangan atau idola mereka "daddy"? Bahkan 'daddy' sekarang sering dipakai netizen semi-horni, rata-rata cewek, untuk menjuluki cowok yang 'matang pohon'. Kalau di Indonesia, pesohor yang sering jadi korban julukan 'daddy' misalnya Vincent Rompies, Marcelino Lefrandt, atau Jeremy Thomas.

Iklan

"Cukup banyak cowok yang enggak suka sama istilah itu kalau sampai terucap di ranjang, sebab mereka khawatir pasangan mereka memiliki ‘daddy issues,’" kata psikolog seks Vanessa Marin. "'Daddy' bisa berarti ‘ayah’, tapi kita sering menggunakan istilah itu kepada ‘bosnya’ kita, atau seseorang yang bisa melindungi dan mampu melakukan sesuatu dengan baik. Itulah yang dimaksud para perempuan ketika mereka [menyebut ‘daddy’] saat berhubungan intim. Bisa dibilang ala-ala film dewasa era 70-an. Saya enggak pernah, tuh, bertemu perempuan yang memanggil pasangannya ‘daddy’ karena membayangkan ayahnya sendiri di ranjang."

Sigmund Freud, psikonalis kenamaan, mencetuskan teori semua anak ingin bersetubuh dengan orang tuanya. Dia juga memopulerkan "kecemburuan terhadap penis", yang berarti perempuan terobsesi memiliki penis. Meski diabaikan banyak psikologi modern, teori Freud masih sering dikaitkan dengan kesehatan mental. Warganet pun banyak yang setuju sebutan ‘daddy’ enggak ada hubungannya dengan daddy issues.

"Saya suka memanggil mantan ‘daddy’ karena terdengar seksi," ujar seorang pengguna Reddit. "Padahal saya enggak punya ayah, apalagi ‘daddy issues.’"

Para pengguna Reddit sepakat panggilan ‘daddy’ menunjukkan perempuan tunduk pada figur otoritas laki-laki. "Habisnya manggil pak/master kurang pas buatku," tulis Redditor lain. "Sejumlah perempuan memanggil pasangannya ‘daddy’ bukan karena ayah mereka, melainkan ingin menunjukkan mereka tunduk pada kejantananmu,” pengguna lain menimpali. Istilah ‘daddy’ mencapai level ekstrem dalam komunitas DDlg atau Daddy Dom/little girl.

Iklan

Laki-laki akan memperlakukan pasangannya seperti “anak kecil”. Mereka akan menghukum little girl jika enggak menurut, dan memberi hadiah atau mainan ketika pasangan mengikuti keinginan mereka.

Seperti julukannya, little girl bertingkah polos dan kekanak-kanakan. Komunitas DDlg sangat menjamur di Tumblr. Banyak blog yang didedikasikan untuk membahas rahasia dan kehidupan pribadi DDlg. Selain itu, ada juga blog-blog perempuan yang menggambarkan diri mereka sebagai “anak-anak di dalam tubuh orang dewasa.”

why-women-like-to-call-men-daddy-during-sex-body-image-1463548930

Aku pribadi merasa lebih jijik dengan DDlg daripada perempuan yang ingin berhubungan seksual dengan ayahnya. Alasannya mungkin karena aku lebih suka dihormati sebagai orang dewasa. Kink ini juga patut dipertanyakan karena seperti menseksualisasikan anak-anak dan memperlakukan perempuan dewasa layaknya anak kecil. Masyarakat macam apa yang memiliki fetish terhadap ketidakberdayaan dan tunduk pada kehendak orang lain?

Biar enggak bias, saya menanyakan soal ini pada ibu, Dr. Margaret Squires, yang sudah 35 tahun lebih menjadi terapis pasangan. Tak hanya itu, dia sudah 30 tahun lebih menangani penyintas kekerasan seksual semasa kecil.

Dia berujar panggilan daddy enggak terkesan pedofil sama sekali. "Istilah itu kemungkinan besar muncul dalam hubungan yang sehat." Ibu juga enggak melihat ada yang salah dengan dinamika hubungan DDlg. “Orang-orang terkadang memiliki pola tertentu dalam hubungan mereka. Kita menjalin hubungan untuk saling mengandalkan satu sama lain. Tak semua orang harus sama-sama kuat dalam segala hal."

Iklan

Namun, pola ini bisa menjadi kaku atau yang disebut de-selfing. "[Mereka yang menjalin hubungan semacam ini] mengubur bagian dari diri mereka yang enggak disukai pasangan. Mereka tak menyadari bahwa mereka punya hak."

Ibu mengatakan Daddy sangat mungkin menghapus bagian kekanakan mereka, tapi “ de-selfing cenderung dialami perempuan, karena itulah yang didiktekan masyarakat kepada mereka. Sejak kecil perempuan diajarkan untuk mementingkan kebutuhan orang lain, dan mengecualikan diri sendiri dari berbagai situasi."

“Kakekmu dulu sering memanggil istrinya Slug,” lanjut ibu. “Yang paling penting bukan panggilannya, tapi mengenali kepribadian diri dan menemukan pasangan yang mendukungmu.”

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US