FYI.

This story is over 5 years old.

musik digital dan privasi

Ngeri, Spotify Akan Pakai Hasil Tes DNA untuk Mengkurasi Playlist

Layanan musik streaming ini berkolaborasi dengan Ancestry untuk bikin playlist berdasarkan garis keturunan pengguna.
KC
Queens, US
Daniel Ek: Toru Yamanaka/AFP/Getty Images, Double Helix: Nationa Human Genome Research Institute 

Boleh dibilang bikin playlist itu susah-susah gampang. Kita tidak bisa asal pilih lagu. Semuanya harus menyesuaikan tema atau konsep yang diinginkan. Belum lagi urutan lagunya harus diatur sedemikian rupa. Kita akan merusak momen kalau sampai salah langkah.

Spotify baru saja bekerja sama dengan sebuah perusahaan online untuk memudahkan pengguna dalam urusan bikin playlist. Mereka nantinya akan menciptakan playlist khusus untukmu dengan menggunakan DNA.

Kolaborasi terbaru Spotify x Ancestry memungkinkan pengguna untuk memasukkan hasil tes DNA-nya ke akun Spotify untuk membuat playlist berdasarkan silsilah keluarga. “Kolaborasinya tidak hanya mengandalkan statistik, data dan rekam jejak,” kata Vineet Mehra, Executive Vice President Ancestry, kepada Quartz. “Apa yang bisa kita lakukan supaya orang bisa lebih memahami budaya mereka selain dengan membaca? Musik tampaknya mampu melakukan itu.”

Sudah ada 10.000 pengguna Spotify yang mendaftar sejak kolaborasinya diluncurkan Kamis lalu. Mereka menggunakan kewarganegaraannya untuk mendapatkan rekomendasi musisi yang mungkin diminati. Kamu juga bisa mengikuti program ini kalau belum pernah tes DNA. Playlistnya berdasarkan pola genre yang biasa kamu dengar.

Kita mungkin bisa punya playlist yang unik dengan kolaborasi ini, tapi apakah tidak menyeramkan kalau layanan musik streaming seperti Spotify menggunakan hasil tes DNA penggunanya? Perwakilan Ancestry menjelaskan kalau pengguna Spotify akan memasukkan daftar “wilayah keturunannya,” berdasarkan hasil tes DNA, yang katanya “tidak akan disimpan di server manapun.” Meskipun begitu, kita masih harus mewaspadai cara kerja perusahaan teknologi terkait data DNA. Polisi melacak keberadaan Golden State Killer, pembunuh dan pemerkosa berantai pada ‘70 dan ‘80-an, melalui situs silsilah keluarga third-party. Meskipun platform seperti Ancestry.com dan 23andMe menegaskan kalau mereka tidak akan memberi informasi kepada pihak berwenang tanpa perintah pengadilan, orang yang hidup di negara dengan sistem pengawasan tinggi tetap akan takut privasinya bocor ke pihak lain.

Selain itu, masih ingat American Horror Story: Apocalypse? Serial TV ini menceritakan hari kiamat bagi semua orang, kecuali mereka yang tajir melintir atau yang punya hasil DNA terpilih. Seram banget, kan?