FYI.

This story is over 5 years old.

Dilarang Joget

Kisah Pembakaran Mobil Polisi di Buton Bisa Jadi Slogan 'Joget Ditolak, Massa Bertindak'

Insiden di Sulawesi Tenggara itu menyerupai plot film 'Footloose'. Polisi melarang warga yang sedang bahagia berjoget. Hasilnya malah rusuh.
Pembakaran mobil polisi di Desa Lawele Buton akibat warga dilarang joget oleh aparat.
Kolase foto oleh VICE Staff. Poster via Wikimedia Commons; pembakaran mobil polisi Buton via Youtueb.

Penduduk Desa Lawele pada 22 Oktober lalu terlibat dalam insiden yang sekilas mirip cerita film hollywood klasik Footloose. Anak-anak muda di pelosok Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara itu dilarang berjoget oleh otoritas setempat. Bedanya, yang sudah nonton pasti tahu kalau di film endingnya adalah pesta gila-gilaan dan anak muda bersuka cita, sebaliknya di Lawele satu mobil dan tujuh sepeda motor milik aparat hangus dibakar.

Iklan

Dalam Footloose, yang dibintangi Kevin Beacon semasa muda, pihak yang melarang anak muda mengikuti tren menari adalah pendeta karismatik dan anggota dewan kota. Sementara di Lawele, polisi lah yang jadi antagonis utama, gara-gara tidak memberikan izin penyelenggaraan pesta di tengah prosesi syukuran panen.

Jadi, di Buton, masyarakat petani setempat biasa menggelar syukuran ketika hasil panen bagus. Sebutannya adalah Maataano Santa. Para tetua adat mengenakan pakaian garis warna-warni. Penduduk Lawele malam itu menggelar acara di lapangan desa, dihadiri lebih dari 3.000 orang. Pengunjung datang dari berbagai daerah, antara lain, Kabupaten Buton, Kota Baubau, dan Kabupaten Buton Utara. Syukurannya lintas wilayah lah.

Pesta adat dimulai sejak sore, jelang mahgrib. Ada kombinasi pengajian serta pelaksanaan posambia alias tukar-menukar makanan. Namun, bagi anak-anak muda, yang ditunggu adalah pentas tari lapambai. Tiap penari harus pakai selendang di tengah lingkaran besar, diiringi gendang. Namun, Kapolsek Inspektur Satu Yutaman yang hadir di lokasi menolak acara syukuran panen diteruskan sampai dini hari. Anak muda tidak sekadar mau menari lapambai, tapi juga ada hiburan joget dangdut. Polisi menuntut masyarakat memindah lokasi acara kalau memang ngotot tetap menggelar jogetan, mengingat jumlah manusia cukup banyak. Alhasil, puluhan anak muda merasa 'kentang'. Mereka terlanjur minum alkohol, tapi tidak bisa berjoget sesuai rencana. Akhirnya sebagian kecil warga yang tersuult emosi tetap 'joget' dengan cara melempari polisi pakai batu. Dalam waktu singkat, acara budaya yang penuh kebahagiaan itu beralih rupa jadi medan tempur pembangkangan sipil. Polisi yang berjaga dengan kapolsek sempat kalah jumlah dari massa yang beringas. Karena terdesak, sebagian aparat akhirnya membalas pakai tembakan gas air mata. Warga terus melempari polisi pakai batu. Massa bahkan mengejar polisi yang kocar-kacir lantas membakar satu mobil patroli dan tujuh sepeda motor milik petugas Polres Buton.

Iklan

Kalian dapat melihat sendiri betapa pelaku yang memprovokasi dan warga sangat-sangat emosional, hanya karena dilarang joget, lewat video sebelum dan sesudah mereka membakar mobil polisi berikut:

Setelah tambahan pasukan pengendalian masyarakat datang dua jam menjelang ganti hari, perlawanan warga berakhir. Tujuh orang, rata-rata berusia 20-an, dicokok atas tuduhan menjadi provokator kerusuhan. Pelaku paling muda masih 17 tahun, sementara yang tertua 32. Koalisi millenial dan Gen-Z yang sangat bersifat ACAB. Total kerugian akibat bentrokan kemungkinan Rp1,8 miliar, kalau mengacu pada harga motor dan mobil polisi.

"Tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut namun amuk massa mengakibatkan kerugian materi karena fasilitas negara," kata Ajun Komisaris Besar Polisi Goldenheart, selaku juru bicara Kepolisian Sulawesi Tenggara. Jika dilihat-lihat lagi, polisi jadi pihak yang paling dirugikan, sebab fasilitas yang dimaksud adalah mobil dan motor patroli semuanya.

Kalau sudah begini, membiarkan anak muda berjoget malam itu ongkosnya lebih murah. Kalaupun ribut, paling banter jotos-jotosan, tidak sampai bakar mobil polisi. Inilah barangkali insiden yang kelak akan dikenang dalam slogan: 'Joget Ditolak, Massa Bertindak'.