Krisis Daur Ulang di Australia Ini Menjelaskan Kenapa Sampah Sampai Diimpor ke Indonesia
Reporter VICE Gavin Butler tengah mengamati 10.000 ton sampah daur ulang di gudang Derrimut, Kota Melbourne. Semua foto milik Ben Thomson.
Environmental Extremes

Krisis Daur Ulang di Australia Ini Menjelaskan Kenapa Sampah Sampai Diekspor ke Indonesia

Pada 2018, Tiongkok berhenti menerima sampah daur ulang Australia. Akibatnya, Negeri Kanguru membiarkan sampah menumpuk di TPA dan gudang sampah. VICE memotret kondisi gudang tersebut.
Gavin Butler
Melbourne, AU
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
JP
Diterjemahkan oleh Jade Poa

Artikel ini merupakan bagian dari kolaborasi redaksi VICE lintas negara mengulas isu kerusakan lingkungan ekstrem, yang mengancam masa depan anak muda. Awak redaksi dari Indonesia, India, Filipina, hingga Australia menghadirkan laporan mengenai peristiwa paling penting yang butuh perhatian segera dari masyarakat dan politisi. Untuk membaca laporan lain kami tentang isu-isu tersebut, silakan klik Environmental Extremes.

Iklan

Pada awal 2018, pemerintah Tiongkok mengumumkan tak akan lagi menerima permintaan daur ulang dari Australia. Akibatnya? Kalian bisa lihat sendiri di foto awal. Berhubung sampah kertas, plastik dan kaca harian Australia melebihi kemampuan pengolahan sampah domestiknya, perusahaan daur ulang terpaksa menyimpannya di dalam gudang atau membiarkannya menumpuk di TPA tanpa memiliki solusi jangka panjang.

1568616494535-DSCF1313

Dua setengah tahun lalu perusahaan daur ulang Australia SKM memenuhi sebuah gudang di Melbourne dengan sampah yang dibiarkan begitu saja di sana.

Kalian mungkin bertanya-tanya, kenapa harus dikirim ke negara lain? Kenapa tidak didaur ulang di Australia saja? Alasannya apalagi kalau bukan karena biaya yang lebih murah.

Istilahnya begini. Kalian habis minum susu kotak, tapi sampahnya dibuang begitu saja tanpa dicuci terlebih dulu dan dipisahkan ke tempat sampah khusus karton. Kalian membiarkannya tercampur dengan sampah lain karena mengira ada orang lain yang akan melakukannya untukmu.

Asal kalian tahu saja, sampah campuran ini takkan bisa didaur ulang tanpa proses pra-pengolahan keras. Sampah kertas yang sudah tercampur dengan kaleng dan botol plastik bakalan sulit dihancurkan. Kaca yang sudah dipecahkan pun tidak bisa dilelehkan apabila masih ada label, lem, atau cairan yang menempel di sana. Teknologi daur ulang menuntut agar sampah kaca, plastik, dan kertas dicuci dan dibuang secara terpisah. Kalau tidak, sampahnya tidak dapat didaur ulang.

Karena alasan ini, satu ton kubik sampah daur ulang campur Australia bernilai rendah. Bagi tiga pendaur ulang besar di sana—SKM, Polytrade, dan Visy—kegiatan daur ulang dilakukan bukan karena mereka peduli lingkungan. Ini proses yang menguntungkan, dan setiap pra-pengolahan bisa mengurangi keuntungan. Itulah mengapa Australia memilih kirim sampah ke Tiongkok untuk didaur ulang. Rendahnya biaya tenaga kerja dan lemahnya peraturan lingkungan hidup membuat perusahaan Australia bisa meraup laba besar.

Iklan

Baru ini kita mengetahui kalau Australia tak siap mendaur ulang keseluruhan sampahnya. Pertama, Negeri Kanguru tidak memiliki kapasitas pengolahan lokal. Kedua, prosesnya menghabiskan uang.

1568608187937-DSCF1286

Carly Whitington, project coordinator for Marwood Constructions, the company that owns the warehouse

Alhasil, sampah daur ulang menumpuk tanpa tujuan. Itulah mengapa gudang yang dimiliki perusahaan daur ulang Australia ini terpaksa likuidasi. Dua setengah tahun lalu, gudang di Derrimut disewakan ke SKM. Pendaur ulang tersebut dikontrak oleh beberapa dewan kota di sekitar Melbourne. Setelah Tiongkok berhenti menerima sampah dari SKM, bisnis mereka jadi berantakan.

"Harusnya gudang ini disewa 12 bulan saja," kata Carly Whitington selaku koordinator proyek Marwood Constructions, selaku perusahaan pemilik gudang. "Setelah 12 bulan, sampahnya disimpan di gudang. Saat kami menanyakan ada apa, SKM bilang semuanya baik-baik saja. Kami meminta mereka mengosongkannya akhir September ini, tapi sepertinya mustahil terjadi."

Prediksi Carly kemungkinan benar. Bulan lalu, SKM dikendali likuidator, dan perusahaannya selama berbulan-bulan tidak membayar uang sewa gudang. Oleh karena itu, Carly terpaksa mengurus segudang penuh sampah yang secara legal tidak boleh dipindahkan.

“Itu bukan stok kami,” kata Carly. “Itu milik SKM, yang masih beroperasi. Jadi, secara legal, kami tidak boleh menyentuh sampah mereka, meskipun sampahnya menimbulkan resiko lingkungan dan kebakaran.”

Maksud Carly dengan istilah “resiko kebakaran” adalah bahwa Derrimut mendauran ulang ribuan ton plastik dan kertas yang diabaikan selama bertahun-tahun, sehingga ia mengering dan mudah terbakar.

Iklan

"Makanya sama sekali tidak boleh ada percikan api di sini," kata Carly dengan serius. "Kami berharap SKM memantau situsnya untuk risiko kebakaran."

1568608259286-DSCF1287

A Persentase kecil limbah SKM telah disortir. Foto ini menunjukkan tumpukan plastik

Sampai saat ini belum ada solusi yang pas. Marwood Constructions telah menyoroti dilemanya melalui media untuk menarik perhatian pemerintah. Itu alasan kami diberi akses pada gudang mereka. Kemungkinan besar, sampahnya akan dibuang ke TPA setelah SKM dan Marwood Constructions mencari solusi yang cocok untuk mereka.



Dimanapun kamu berada di Australia, kemungkinan sebagian besar banyakan sampah daur ulang rumah tangga sedang dibuang ke TPA atau disimpan di gudang seperti yang di Derrimut.

Krisis pendauran ulang ini menyoroti betapa tidak siapnya Australia untuk menangani sampahnya sendiri. Pasar untuk kemasan sekali pakai semakin bertumbuh, tetapi sistem pendauran ulang sebetulnya didasarkan pada outsourcing. Tanpa intervensi atau inovasi domestik—atau pun keprihatinan tulus untuk melestarikan lingkungan—Australia pada dasarnya tidak memiliki program pendauran ulang.

Semua foto oleh Ben Thomson. Follow dia dan lihat foto-foto dari Ben lainnya di Instagram

1568608297010-DSCF1288

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia