Sains

Robot Magnetis Untuk Masuk ke Otak Mulai Dibuat

Para ilmuwan MIT tengah mengembangkan robot yang bisa mengirim laser dan obat ke daerah bermasalah dalam otak.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID

Memasukkan robot mirip ular ke dalam otak mungkin kedengarannya aneh, tetapi para ilmuwan MIT melihatnya sebagai alternatif mengobati stroke dan aneurisma. Dalam studi yang diterbitkan Rabu di Science Robotics, mereka menjelaskan prototipe robot lunak dapat dipandu secara magnetis untuk membersihkan gumpalan darah neurologis.

Gumpalan darah bisa terbentuk di bagian tubuh mana saja, tetapi tingkat bahayanya lebih tinggi di otak dan dapat menyebabkan sakit kepala parah, pendarahan otak, dan stroke. Gumpalan ini dapat diobati, tetapi juga bisa dibersihkan dengan prosedur trombektomi mekanik.

Iklan

Perangkat mini akan dimasukkan ke dalam arteri femoralis yang berada di paha atas pasien, dan akan dituntun secara manual menggunakan benang kawat logam untuk membersihkan gumpalan di otak. Prosesnya sangat melelahkan, dan hanya bisa dilakukan oleh ahli bedah khusus yang mampu melacak perangkat dalam tubuh pasien dengan sinar X. Masalahnya, orang yang terlalu sering terpapar radiasi dosis tinggi dari sinar X dapat meningkatkan risiko kerusakan jaringan.

Tim yang dipimpin Yoonho Kim, mahasiswa pascasarjana jurusan teknik mesin di MIT, mengusulkan metode trombektomi baru menggunakan robot fleksibel yang dapat dikendalikan magnet. Itu berarti dokter bisa menjalankan robotnya dari jarak jauh, dan mengurangi risiko terpapar radiasi sinar X.

Kerangka robot terbuat dari paduan nikel-titanium fleksibel yang diselimuti pasta berisi manik-manik magnetis kecil, dan dilapisi polimer yang memungkinkan robot meluncur melalui arteri tanpa ada gesekan.

Tim peneliti berhasil memandu prototipe robot melalui model struktur pembuluh darah otak seukuran aslinya. Mereka berharap dapat mengecilkan konsepnya supaya bisa diuji dalam pembuluh darah hidup.

Suatu saat nanti, dokter bisa saja melengkapi robot dengan obat-obatan atau laser yang dapat dimasukkan ke daerah bermasalah di otak. Xuanhe Zhao, peneliti yang merupakan associate professor di MIT, menjelaskan jenis teknik invasif minimal ini juga berguna mengurangi kerusakan akibat gangguan neurologis seperti stroke.

“Jika stroke akut bisa diobati dalam 90 menit pertama, maka tingkat kelangsungan hidupnya dapat meningkat secara signifikan,” kata Zhao dalam pernyataan. “Kami dapat menghindari kerusakan otak permanen kalau mampu merancang perangkat yang mengurangi penyumbatan pembuluh darah dalam ‘waktu emas’. Kami berharap berhasil menciptakannya.”

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard