FYI.

This story is over 5 years old.

Mitos Kesehatan

Sori Banget Nih, Sendawa Habis Dipijat Ga Ada Manfaatnya Buat Tubuhmu

Kadang kenyataan harus kita terima, walau pahit. Termasuk kepercayaan sendawa habis dipijat bikin 'angin jahat' keluar dari tubuh. Begitu pula perkara transfer angin ke pemijat. Duh.
Foto ilustrasi oleh Hamza Butt via Flickr

Sudah hampir setahun belakangan Dessy Silitonga (25) tinggal dan bekerja di salah satu kantor agensi periklanan Jakarta. Dua minggu sekali, tiap akhir pekan, Dessy pasti menyempatkan pulang ke rumah orangtuanya di Serang, Banten. Ada dua 'sesajen' khusus yang pasti diminta Dessy pada ibunya setibanya di rumah: sambal dan servis pijat oleh 'Bu Susi Sendawa'.

Pijat 'Bu Susi Sendawa' sebetulnya hanya sebutan Dessy bagi pemijat yang jadi langganan keluarganya. Menurut Dessy, kebiasaan paling unik Bu Susi adalah bersendawa tanpa henti ketika memijat seseorang yang sakit.

Iklan

"Asli sumpah pas dia mijitin gue tuh langsung keluar gitu aja [sendawanya]," kata Dessy kepada VICE Indonesia. "[Kayaknya] angin yang ada di badan gue disalurin ke badan dia dan dikeluarin dari dia sendiri."

Dessy tidak sepenuhnya percaya penyakit dalam dirinya betul-betul bisa dikeluarkan lewat sendawa Bu Susi. Baginya, wajar jika seseorang yang sedang dipijat mengeluarkan gas dari dalam tubuhnya karena lancarnya aliran darah. Namun, jika ditempatkan dalam kondisi sebaliknya, yakni si pemijat yang mengeluarkan gas melalui sendawa sebagai simbol bahwa 'angin' atau penyakit ditransfer dari tubuh orang yang dipijat, maka Dessy berpikir, "mana bisa gas yang ada di dalam tubuhnya begitu saja ditransfer ke dalam tubuh Bu Susi dan dikeluarkan lewat sendawa kemudian Ia langsung merasa lebih sehat?" Ternyata, anggapan tersebut tidak hanya terjadi pada Dessy dan Susi. Aku pun pernah berada pada masa dimana aku percaya bahwa aku bisa mentransfer penyakit kawanku yang aku pijat. Duh.

Atas bantuan Dessy aku mendapatkan kontak Susi Herawati yang telah lima tahun terakhir ini membuka praktik pijat panggilan ke rumah-rumah. Susi memijat tak cuma di sekitaran Serang saja. Susi kerap dipanggil oleh klien ke luar kota, salah satunya Jakarta. Menurutnya, sendawa adalah kelebihan yang diberikan Tuhan kepadanya dengan bisa mendeteksi titik-titik penyakit seseorang.

"Pokoknya setiap yang saya pegang orangnya sakit, pasti langsung bunyi. Kalau enggak apa-apa mah enggak bunyi. Kalau penyakitnya parah mah bunyi gede banget," jelas Susi yang aku hubungi lewat telepon. "Misalnya ada orang mau diurut, penyakitnya parah dan sudah komplikasi. Saya baru lihat mukanya aja sudah bunyi, saya enggak berhenti sendawa, saya sampai capek, saya enggak bisa nahan [sendawa] soalnya kalau ditahan agak-agak eneg juga."

Iklan

Untuk mencari tahu lebih mendalam perkara sendawa dan pijat ini, aku mendatangi asisten terapis pijat dan totok darah profesional di Jakarta Selatan. Praktik totok darah tidak jauh berbeda dengan praktik memijat ataupun akupuntur. Totok darah berfungsi melancarkan aliran darah dalam tubuh seseorang dengan melakukan penekanan dan stimulasi menggunakan jari tangan di beberapa titik, yang disebut titik meridian atau titik-titik jalur lintas energi yang juga dilalui oleh aliran darah.

Fajar—seperti banyak orang Indonesia lainnya hanya punya satu nama—mengaku sering mendengar anggapan masyarakat awam soal terapis pijat yang bersendawa dan mengeluarkan penyakit milik orang yang dipijat. Beberapa rekan seprofesinya kadang mengalami hal serupa. Namun tidak pernah sekalipun Fajar mengalaminya.

"Kalau [sendawa] dari badan pasien sendiri kan karena proses asam lambung. Terkadang hal seperti itu terjadi karena asam lambungnya tinggi, terus dengan totok darah ini yang ditekan titik meridiannya, sehingga aliran darah menjadi lancar kemudian keluar lewat sendawa," kata Fajar kepada VICE. "Saya sih sampai sekarang enggak pernah berbalik begitu anginnya. Kalau menurut saya itu karena sugesti saja. Saya juga bingung menjelaskannya karena belum pernah."

Waduh, Fajar saja yang seorang terapis saja bingung menjelaskannya, apalagi diriku. Apa perlu aku menghubungi dokter yang bisa menjawabnya dari segi medis. Apakah benar, ada yang namanya transfer penyakit atau transfer 'angin' dalam praktik pijat-memijat?

Iklan

Tak ingin kebingungan, aku menghubungi Mahesa Paranadipa dari Ikatan Dokter Indonesia. Mahesa menjelaskan padaku dalam praktik kedokteran, praktik pijat dikenal bisa membantu melepaskan hormon endorfin sehingga tubuh terasa menjadi lebih rileks. Selain itu, pijatan berfungsi untuk melancarkan aliran darah dalam tubuh. Tak heran bila dokter pun sering memanfaatkan pijatan dalam terapi fisiologi.

Masalahnya, Mahesa menyoroti kebiasaan masyarakat di Indonesia menganggap gas yang keluar dari tubuh merupakan angin, seakan-akan tubuh seseorang dipenuhi udara. VICE pernah menelusuri kepercayaan keliru tentang masuk angin. Penyakit masuk angin sebetulnya hanya hasil tradisi di negara kita. Kebiasaan oversimplifikasi penyakit tersebut bisa berujung bahaya. Banyak orang menyepelekan penyakit ke dalam bentuk 'masuk angin', sehingga tanpa disadari ada potensi penyakit lain yang terbaikan dan dampaknya jauh lebih berbahaya.


Baca juga artikel-artikel lain dari VICE yang membuktikan kekeliruan bermacam mitos kesehatan di Indonesia:

"Bersendawa itu dari lambung dan karena ada pelepasan zat asam di lambung," ujar Mahesa kepadaku. "Pada orang-orang yang dipijat, dengan adanya reaksi endorfin itu akan mempengaruhi hormon-hormon yang lain, termasuk pengeluaran zat asam di lambung, makanya orang bersendawa."

Aku bisa terima fakta bahwa sebagai orang yang dipijat, seringkali mengeluarkan gas dalam bentuk sendawa. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi dengan orang yang memijat. Aku masih bingung apakah mungkin penyakit tersebut ditransfer dan dikeluarkan dalam bentuk sendawa orang lain?

"Dalam pijat sebetulnya enggak ada korelasinya. Gimana caranya ya?" kata Mahesa yang malah melontarkan pertanyaan retoris padaku.

Sejurus kemudian Mahesa menjelaskan kemungkinan terbesar pemijat ikut bersendawa karena ikut mengalamai momen relaksasi. Dia buru-buru menambahkan bahwa pernyataannya sebatas asumsi, mengingat belum pernah ada peneliti yang mempelajari reaksi tubuh pemijat macam Susi Sendawa.

"Orang yang memijat itu kan menggerakan tubuhnya. Bisa jadi, karena dia menggerakan tangannya, menggunakan minyak dengan bebauan aroma therapy, sehingga ada stimulasi di permukaan tangannya, sehingga dia rileks juga jadinya," ungkap Mahesa. "Jadi, kadang yang memijat bersendawa juga. Orang menganggap anginnya keluar dari yang memijat, padahal kedua hal itu enggak ada korelasinya."

Ah begitu rupanya. Aku jadi ingat banyak tukang pijat menggunakan minyak-minyak wewangian aroma terapi yang baik untuk relaksasi. Belum lagi tangan sebagai bagian tubuh pun bergerak, dan memungkinkan adanya rangsangan pada beberapa titik penting aliran darah di tangan. Setelah dipikir-pikir lagi, rasanya memang mustahil memindahkan penyakit orang ke dalam tubuh untuk dikeluarkan dalam bentuk sendawa. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku, dan pemijat-pemijat yang kukagumi, tidak sesakti itu.