FYI.

This story is over 5 years old.

Covering Climate Now

Begini Kronologi Skandal Kebocoran Limbah Kimia Beracun yang Gegerkan Malaysia

Lebih dari 3.000 orang telah dirawat di rumah sakit karena terpapar uap beracun sejak awal Maret 2019. Insiden ini jadi salah satu pencemaran terburuk sepanjang sejarah negeri jiran.
Korban keracunan uap limbah kimia di Malaysia, dibawa ke Rumah Sakit Pasir Gudang pada 14 Maret lalu
Korban keracunan uap limbah kimia di Malaysia, dibawa ke Rumah Sakit Pasir Gudang pada 14 Maret lalu. Foto oleh Muhammad Syukri / AFP

Selama bertahun-tahun, warga Malaysia—seperti penduduk negara-negara tetangganya—terbiasa mengubah aliran sungai sebagai tempat sampah pribadi. Program-program pembersihan daerah aliran sungai oleh pemerintah tak ada gunanya. Sampah terus melimpah tak lama setelah sungainya dibersihkan. Sungai yang buntu dan berair hitam tidak banyak diperhatikan, sampai ada hal buruk yang terjadi. Itulah yang dialami warga Negeri Jiran.

Iklan

Dua minggu lalu, lebih dari 3.000 warga di kota kawasan industri Pasir Gudang di Malaysia, terletak di Negara Bagian Johor, dirawat di rumah sakit. Mereka terpapar uap beracun dari kimia-kimia beracun yang dibuang ke sungai. Polisi Malaysia menahan sembilan orang tersangka berkaitan dengan kelalaian membuang bahan kimia berbahaya ke sungai.

Insiden ini bermula pada 7 Maret, ketika belasan murid dan staf dari dua sekolah berbeda dilarikan ke rumah sakit. Mereka mengalami masalah pernafasan dan mual. Kedua sekolah tersebut terletak sekitar setengah kilometer dari situs pembuangan kimia sebuah pabrik. Sepekan terakhir, jumlah orang yang dirawat karena gejala keracunan terus naik. Sebanyak 111 sekolah, termasuk TK dan playgroup di kawasan Johor ditutup sementara.

Pada 18 Maret, Menteri Pendidikan Malaysia Maszlee Malik berkata sekolah di kawasan Pasir Gudang akan tetap tutup hingga 30 Maret, setelah liburan sekolah selesai.

"Kementerian pendidikan mengikuti saran lembaga-lembaga lingkungan. Maka semua sekolah di kawasan ini akan terus tutup sampai liburan sekolah," ujarnya kepada media lokal.


Tonton dokumenter VICE yang menunjukkan beratnya upaya membersihkan perairan yang tercemar tumpahan minyak:


Penyidik dari Departemen Lingkungan Malaysia mengidentifikasi jenis limbah yang ditemukan di sungai. Ternyata itu minyak yang sering digunakan untuk melumasi mesin kapal. Minyak tersebut mengeluarkan uap metana dan bensin yang mengotori sungai. Sebanyak 40 ton zat beracun ini diperkirakan terbuang ke sungai. Manusia sangat mungkin tewas ketika terpapar metana dalam dosis tinggi. Untungnya, sejauh ini tidak ada yang meninggal di Malaysia.

Iklan

Hingga Rabu, 20 Maret 2019, Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit karena terpapar methane sudah menurun secara drastis. Akhir pekan lalu tingggal tersisa 29 orang di rumah sakit, berkurang jauh dibandingkan 120 orang pada hari sebelumnya.

Pakar limbah beracun sekarang berusaha membersihkan sungai di Pasir Gudang. Situasinya dilaporkan mulai stabil. Relawan bekerja 24 jam memastikan polusi minyak tidak menyebar.

"Sekitar 28.000 liter limbah telah dikeluarkan dari sungai menggunakan dua truk pengisapan, dan kini disimpan sebelum dibuang," kata Hee-Loy Sian, pejabat setempat yang bertanggung jawab atas isu-isu lingkungan, kepada the Straits Times.

Ternyata ada banyak situs pembuangan limbah ilegal ditemukan dekat Pasir Gudang. Akibatnya empat sampai lima sungai lain di kawasan tersebut juga tercemar. Kepala Daerah Johor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, menyatakan pemerintah negara bagian harus memulai menegakkan hukum agar orang yang bertanggung jawab membuang limbah ke sungai dihukum berat.

"Bila perlu, undang-undang harus diciptakan untuk menjatuhkan hukuman penjara pada pelaku yang bersalah karena mempolusi sungai di Selangor,” ujar Sultan Sharafuddin saat diwawancarai media lokal.

Ini bukan pertama kalinya seorang kepala negara atau pejabat pemerintah mendorong dijatuhkannya hukuman lebih berat bagi pencemar lingkungan di Malaysia. Pernyataan serupa pernah diungkapkan beberapa kepala daerah, tapi sejauh ini tak ada perubahan nyata yang terwujud di Negeri Jiran.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.