SAD BOI

Lord Didi Kempot Bersama Sad Boi Indonesia Merayakan Hati yang Luka

Video Viral yang direkam saat Didi Kempot manggung dua minggu lalu memicu sejumlah sad boi Solo bikin perkumpulan. Bisa jadi, ini preseden bagus buat kampanye kesehatan mental di Indonesia.
Didi Kempot Sad Boi Indonesia
Didi Kempot, Bapak Patah Hati Indonesia. Ilustrasi oleh Farraz Tandjoeng

Warganet baru saja mendaulat seorang penyanyi campursari kawakan sebagai The Godfather of the Broken-Hearted garis miring Bapak Patah Hati, Juni ini. Ia laki-laki asal Solo berambut gondrong bermata sayu yang kerap tampil necis sambil menangisi tragisnya nasib percintaan. Kita tampilkan: Lord Didi Kempot.

Nama aslinya Didik Prasetyo. Kemudian, ia mendapat nama “Kempot” yang diambil dari akronim nama grup musik Kelompok Penyanyi Trotoar yang ia gawangi. Namanya akhir-akhir ini sudah jarang terdengar di kancah musik nasional, bisa jadi generasi Z yang baru gede tidak pernah sekalipun mendengar namanya. Lantas, bagaimana bisa videonya tiba-tiba viral pekan lalu di media sosial sekaligus menjadi Wali Orang-Orang Patah Hati?

Iklan

Ceritanya, 9 Juni kemarin Didi tampil sebagai penghibur di penutupan festival Bakdan ing Balekambang di Solo. Sekumpulan pemuda menonton acara itu larut dalam lantunan lagu penuh perasaan. Aksi itu direkam, lalu diunggah ke akun Twitter @trialdinoo.

Boom! Video itu viral. Ditonton 500 ribu kali dan tak hanya sampai situ, video tersebut berhasil menyentuh sanubari pencinta Didi Kempot pada khususnya, dan kawula muda patah hati pada umumnya. Sebuah nostalgia berjamaah langsung digelar di media sosial.

Orang-orang jadi sadar kalau rupanya ada banyak banget anak muda yang memuja lagu-lagu Didi Kempot. Penyanyi gondrong itu langsung didaulat jadi The Godfather of the Broken-Hearted walau nggak semua setuju juga sih sama sebutan itu.

Dan nggak cuma sampai situ. Enam hari setelah setelah konser Didi, cowok-cowok di video tadi sepakat bikin acara berjudul Musyawarah Nasional (Munas) Pengukuhan Awal Solo Sad Bois Club Umat Lara Ati Lord Didi.

Munas di Solo disambut baik dan berbonus kejutan tak terduga, kehadiran Didi Kempot himself yang datang ibarat garam yang ditabur di luka hati para sad bois yang menganga. Acara itu diisi dengan wawancara massal penggemar ke idola dan diakhiri dengan hal yang pasti dilakukan sekelompok manusia patah hati saat bersama: nyanyi bareng.

Inisiator Sad Bois Club Fajar Romadona bilang, maunya sih Solo Sad Bois Club itu jadi wadah perkumpulan cowok-cowok korban patah hati yang menjadikan diskografi Didi Kempot sebagai wakil suara mereka. Setelah terbentuk, agenda mereka ialah bikin diskusi bedah karya Lord Didi dan menyusun bank data jadwal manggungnya.

Iklan

Inisiatif cowok-cowok sentimental Solo segera diikuti rekan bucin mereka di Ponorogo dan Malang. Anak-anak Pekalongan bahkan cekatan bikin spanduk bergambar hati retak dengan keterangan identitas diri “Pekalongan Sad Bois Club” untuk menyambut manggungnya Didi Kempot di kota itu, 12 Juni kemarin.

Efek sedahsyat itu mungkin nggak bisa dipahami oleh kamu yang nggak kenal siapa itu Lord Didi, begitu netizen menyebutnya sekarang. Singkatnya, Didi Kempot itu penyanyi campursari senior dari Solo yang sudah rekaman sama label mayor sejak 1989. Di belantika musik campursari ia ibarat Dewa 19 bagi pendengar musik pop Indonesia, atau Iwan Fals yang menjadi ikon lagu-lagu realitas sosial.

Kebanyakan lagu Lord Didi memang bertema patah hati, misalnya “Suket Teki” (yang dinyanyikan ulang pedangdut Nella Kharisma), “Tanjung Mas Ninggal Janji”. Mungkin kita mesti setuju ya dengan ungkapan "bersama Didi Kempot nggak perlu jatuh cinta buat mencicipi patah hati".

Ini contoh lirik menyayat hati Lord Didi dalam lagu “Suket Teki”.

Aku tak sing ngalah Trimo mundur timbang loro ati Tak oyako wong kowe wis lali Ora bakal bali. Paribasan awak urip kari balung Lilo tak lakoni Jebule janjimu jebule sumpahmu Ra biso digugu

Aku saja yang mengalah Bersedia mundur daripada sakit hati Kukejar pun kau sudah melupakanku Tak mungkin kembali Ibarat hanya hidup ini tinggal tulang Rela kujalani Tapi ternyata janjimu, sumpahmu Tak bisa dipercaya

Iklan

Dijamin bikin teringat dengan mantanmu yang brengsek itu.

Lagu berbahasa Jawa memang nggak ada matinya. Ada 82 juta penutur menurut data 2007, hampir tiga kali populasi Kanada. Itu baru angka penutur di Indonesia, belum menghitung diaspora Jawa di belahan dunia lain. Sebagai contoh, lagu berbahasa Jawa lainnya berjudul “Sayang” yang dibawakan Via Vallen menjadi video musik paling banyak ditonton kedua di YouTube Indonesia pada 2017.

Didi Kempot sepertinya nyaman-nyaman saja dengan gelar barunya, meskipun menurutnya ia tidak menyangka akan mendapat respon luar biasa masyarakat.

”Enggak masalah kalau dinobatkan sebagai Bapak Patah Hati Nasional, asal jangan disebut Bapak Patah Semangat saja. Sebab patah hati itu masih baik untuk menjadi pengalaman hidup, sebab patah hati itu indah. Tapi, kalau sudah patah semangat, itu yang susah.”

Mengkuti pesan dari Lord Didi, tak masalah sepertinya para sad bois merayakan patah hati. Malah kita mesti merayakannya biar nggak jadi patah semangat. Lantas sama siapa kita rayakan?

Tentunya bersama Lord Didi Kempot!