Mistis

Warga Melanggar Swakarantina di Sragen? Siap-Siap Dikurung dalam Rumah Angker

Memanfaatkan ketakutan masyarakat Indonesia sama hal mistis selama pandemi adalah taktik cerdas Bupati Sragen, dan warga kampung yang pakai kostum pocong tempo hari.
Bupati Sragen Kurung Warga Pelanggar Karantina Corona di Rumah Hantu
Ilustrasi rumah kosong dianggap berhantu. Foto oleh Rizky Rahadianto/VICE

Kesimpulan kita masih sama, penanganan pandemi corona di level pemerintah daerah selalu lebih progresif ketimbang pemerintah pusat. Ketika Presiden Jokowi baru hari ini mengumumkan bahwa mudik kini tegas dilarang, Pemkab Sragen udah selangkah di depan dengan menyiapkan hukuman buat pemudik yang nekat melanggar protokol pencegahan virus corona.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati meminta kecamatan-kecamatan di Sragen agar menyiapkan rumah khusus karantina bagi penduduk bandel. Rumah bukan sembarang rumah, rumah yang dipilih adalah yang tidak berpenghuni dan memiliki kesan angker. Kalau ada warga yang wajib swakarantina tapi tetap aja ignorant, harapan kini digantungkan kepada genderuwo.

Iklan

Dalam keterangan Presiden di rapat terbatas hari ini, dikutip dari CNN Indonesia, dari keseluruhan calon pemudik tahun ini, sebanyak 7 persen sudah pulang ke kampung halaman. Sisanya, 68 persen sudah menyatakan tak akan mudik, 24 persen lain masih berniat pulang.

Menurut Jokowi, larangan mudik yang tegas dikeluarkan hari ini ditujukan untuk mencegah kaum 4 persen ini benar-benar melaksanakan niat mereka. Katadata Insight Center memprediksi jumlahnya sebesar 3 juta orang. Ada lima kasus positif virus corona di Sragen dan kelima-limanya memiliki riwayat perjalanan dari luar Sragen.

Bupati tidak melarang para pemudik untuk pulang, namun meminta mereka untuk mengurung diri di rumah selama 14 hari sebelum nongki-nongki di pinggir sawah. Kalau belum sampai 14 hari udah ngeyel keliling kampung, baru doi akan dijebloskan ke rumah angker sampai masa inkubasi selesai.

"Salah satu desa di [Kecamatan] Plupuh tadi pagi melapor. Ada dua warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri tetapi di tengah jalan melanggar komitmen itu. Akhirnya, dua warga itu dimasukkan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar. Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampai dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar,” kata Kusdinar geram kepada Suara.

Untuk menunjukkan keseriusan, Kusdinar udah meminta camat-camat di bawah naungannya untuk menyiapkan rumah berhantu di masing-masing wilayah. Di Kecamatan Miri misalnya, udah disiapkan rumah kosong di tengah sawah Desa Jeruk sebagai (((venue))). Di Desa Sepat, udah ada tiga orang yang dikarantina di rumah angker.

Iklan

"Karena kemarin konsultasi sama bupati, kita dibolehkan melakukan karantina para pemudik yang bandel. Akhirnya dipilih lokasi itu. Gedungnya lama enggak dipakai sehingga kesannya rumah hantu gitu. Kita bersihkan, kita kasih tempat tidur bersekat," kata Kepala Desa Sepat Mulyono.

Salah satu yang lagi ketiban nasib sial serumah dengan yang tak kasatmata adalah Heri Susanto. Baru pulang kampung, ia memutuskan keluar rumah demi anaknya. Kepada Detik, doi mengaku menyesal setelah tertangkap.

"Anak saya minta mainan, semacam tenda-tendaan gitu. Lalu, saya antar beli ke Sragen [kota]. Pulangnya saya ketangkap sama satgas. Saya ditarik gitu aja. Saya ikut aturan, lah [untuk dikarantina]. Saya menyesal. Terpaksa enggak bisa ketemu sama keluarga, tapi saya tahu ini demi keamanan," kata Heri Susanto dilansir Detik.

Memanfaatkan ketakutan masyarakat kepada yang mistis-mistis sebelumnya udah terjadi di Dusun Tuk Songo, Purworejo, Jawa Tengah. Di sana, beberapa warga nyamar jadi pocong yang jaga pintu masuk kampung biar warga ketakutan dan memutuskan tetap di rumah selama corona. Belum ada data pasti apakah cara ini efektif menekan laju aktivitas warga di luar rumah mengingat pocong sudah dimanfaatkan juga agar orang tak keluar rumah selama pandemi corona. Yang pasti, aksi ini sukses bikin pocong go international.

Semoga habis corona bakal ada film Hollywood soal pocong. Pemeran pocongnya? Tentu saja Reza Rahadian, kok masih nanya.