Pindah Negara

Kamu Takut Virus, Perang, atau Intoleransi? Ini Saran Negara Buat Kalian Tinggali

Dunia makin terasa tak aman, gara-gara virus sampai politik sayap kanan. Negaramu makin tidak terasa menyenangkan? Pindah aja mengikuti saran VICE berikut.
Yudhistira Agato
Diterjemahkan oleh Yudhistira Agato
Daftar Negara di Dunia Bebas Virus Perang dan Intoleransi Agama
Ilustrasi peta dunia yang semakin tidak aman saja. Foto via Wikimedia Commons.

Dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada serangan teroris sana-sini, penyebaran virus corona COVID-19, hingga politik sayap kanan yang menghasilkan intoleransi. Banyak hal-hal mengerikan di luar sana. Daripada repot-repot kita lawan, lebih baik kita hindari—dan minimalisasi risiko terpapar hal-hal yang kita takuti.

Duh kalo punya duit, pindah ke Islandia kayaknya mantap. Tapi, kalau Islandia kejauhan, berikut rekomendasi negara untuk ditinggali, untuk pembaca yang ingin pindah dari tempat tinggalnya sekarang.

Iklan

MENGHINDARI PENYAKIT MEMATIKAN

1583271347778-1600px-Coronaviruses_004_lores

Ini wujud COVID-19 yang sedang bikin heboh. Foto via Wikimedia commons.

Melihat kondisi dunia dua bulan belakangan, rasanya ancaman ini yang paling mengerikan. Dan di saat artikel ini ditulis, sebetulnya masih banyak area-area yang secara relatif belum tersentuh COVID-19. Misalnya: Amerika Latin (baru Brasil dan Ekuador yang resmi ada kasus positif corona); Sub-Sahara Afrika (baru positif dua kasus sejauh ini), Karibia (baru Republik Dominika yang melaporkan ada kasus corona), Eropa Timur seperti Polandia, Slovakia, Bulgaria, serta Greenland. Biarpun Asia Tenggara terkesan parah, tapi para pengidap corona di Kamboja dan Vietnam justru sudah sembuh lho.

Biarpun angka-angka ini pasti akan bertambah, secara statistik kita sebenarnya lebih terancam apa yang disebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai "non communicable diseases" (NCD) alias gangguan pada sistem peredaran darah tubuh kita sendiri. Empat penyakit yang paling mematikan adalah kanker, penyakit jantung, diabetes, dan gangguan sistem pernapasan kronis. Biarpun ini tipe penyakit yang tidak ditularkan orang lain, tetap saja lokasi geografis tempatmu tingggal akan memainkan peran. Tiap beberapa tahun sekali, WHO merilis laporan persentase risiko kematian setiap negara terhadap penyakit-penyakit tersebut. Korea Utara duduk di nomor satu peringkat negara paling aman. Tapi kalau kamu malas pindah ke Korut (yang dikuasai rezim otoriter), Jepang, Swiss, dan Australia bisa jadi opsi lain. Tiga negara itu berurutan menduduki peringkat kedua, ketiga dan keempat yang paling aman dari ancaman penyakit NCD, dengan angka kemungkinan di bawah 10 persen. Pastinya bisa bikin kalem kalian yang cemas terpapar penyakit parah.

Iklan

MENGHINDARI TERORISME

1583271456404-Islamic_terrorism

Merah artinya = ada potensi terorisme. Foto via Wikimedia Commons.

Emangnya ada negara yang benar-benar aman dari terorisme? Sebetulnya sih enggak, tapi hal kayak gini sebenarnya relatif. Indeks Terorisme Global menerbitkan ranking perkiraan risiko setiap negara di planet bumi terkena serangan terorisme, dan seberapa besar dampaknya bagi negara tersebut. Daftar ini menyimpulkan bila Portugal, Belarus, dan Mongolia adalah tiga negara yang paling tidak akan terpengaruh terorisme. Tapi laporan tersebut juga memberi info berlawanan dari berita di media yang menyiratkan negara-negara maju paling rawan diserang teroris.

Serge Sroobants, direktur Institusi Ekonomi dan Perdamaian asal Sydney, yang bertanggung jawab atas laporan tersebut, mengatakan ke VICE, bahwa "ketika kita melihat wilayah-wilayah yang paling terdampak oleh terorisme, 90 persen insiden sebenarnya terjadi di negara seperti Afganistan, Pakistan, Irak, Libya, dan beberapa wilayah Afrika. Persepsi bahwa negara-negara Barat paling berisiko diserang teroris itu hanya akibat pemberitaan media."

MENGHINDARI BENCANA ALAM

1583271580303-1600px-AirVanuatu_YJ-AV8

Vanuatu: indah tapi risiko bencananya tinggi. Foto via Wikimedia Commons.

Entah itu banjir, kebakaran hutan, atau badai, nampaknya tidak ada negara yang lolos sepenuhnya dari kemarahan alam. Tapi menurut Laporan Risiko Dunia 2019, sebuah survei global perihal bencana alam, maka pulau-pulau Pasifik seperti Tonga dan Vanuatu yang paling rentan mengalami peningkatan air laut, siklon, dan gempa bumi. Sementara, beberapa negara mengejutkan seperti Qatar dan Arab Saudi justru tergolong sangat aman, bersama dengan pulau-pulau tropis di Karibia selatan. Tapi ingat, perubahan iklim membuat semua analisis menjadi tidak menentu.

Iklan

"Kami tahu bahwa atmosfer yang lebih hangat akan berisi lebih banyak air, jadi rasanya insiden seperti banjir di Inggris akan semakin parah akibat perubahan iklim," ujar ilmuwan atmosfer Dann Mitchell dari Institusi Cabot Universitas Bristol kepada VICE. "Kepulauan terutama sangat rentan karena siklon tropis berisikan lebih banyak air, jadi hujan akan semakin deras, dan tingkat air laut meninggi, dan badai bisa masuk semakin dalam ke pulau. Tapi ada pertanyaan juga sebetulnya seberapa aman negara seperti Arab Saudi. Dalam perihal kekeringan dan panas, area Timur Tengah sangat rentan, dan biarpun ada banyak orang yang cukup kaya di beberapa area negara tersebut, banyak juga daerah yang sangat miskin, dan mereka akan terdampak paling besar."

Satu-satunya area yang masih lumayan tidak tersentuh dampak perubahan iklim sampai sekarang, sepertinya adalah pulau-pulau Karibia di selatan sabuk siklon tropis. "Tetap ada masalah tingkat ketinggian permukaan air laut di pulau-pulau tersebut," ujar Mitchell, "tapi apabila sabuk siklon tropis bergerak, masalah level air akan pindah ke utara, karena siklon harus menjauhi khatulistiwa."

MENGHINDARI POLITIK SAYAP KANAN

1583276842411-Donald_Trump_displays_the_signed_Executive_Order_promoting_Agriculture_and_Rural_Prosperity

Trump, alasan banyak orang AS mau pindah ke negara lain. Foto via Wikimedia Commons.

Kalau kita menyelami detail mendalam Indeks Teror Global, ada satu angka yang bikin ngeri. Serge Sroobants mengatakan: "Antara 2014-2018, ada peningkatan sebesar 320 persen serangan teror sayap-kanan terjadi di Eropa Utara, Amerika Utara, dan Oseania. Dan angka-angka ini masih terus bertambah."

Iklan

Tentunya bukan kebetulan bahwa kebangkitan populisme sayap kanan, didorong oleh terpilihnya Presiden Donald Trump di AS dan kebijakan Brexit di Inggris (sampai-sampai figur alt-right, Boris Johnson menjadi perdana menteri) seakan memberi legitimasi bagi munculnya gerakan-gerakan sayap kanan ekstrem di banyak negara. Kalau kalian termasuk yang benci kaum ultranasionalis, harapan mencari area yang lebih kalem dan toleran tentunya itu bisa dimengerti. Sayangnya, di Indonesia pun ada gerakan kayak gini. Buktinya intoleransi dan populisme agama menguat selama lima tahun terakhir.

Menurut analisis dari watchdog demokrasi global berbasis AS, Freedom House, negara Skandinavia seperti Finlandia, Norwegia dan Swedia, dengan rating 100, duduk di perangkat teratas (biarpun baru-baru ini partai sayap kanan ekstrem baru memenangkan pemilu di Swedia). Islandia juga menduduki peringkat atas, berkat terpilihnya Perdana Menteri Sayap Kiri pendukung kelestarian lingkungan Katrin Jakobsdottir sejak 2017.

Sementara itu, Selandia Baru justru mengarah ke sisi yang lebih konservatif, berkat kepemimpinan tegas PM Jacinta Ardern. Adapun di Kanada, Justin Trudeau mendapatkan banyak sekutu dari teman-teman liberal ketika menjabat sebagai ketua kabinet Kanada. Tentu saja, orang-orang fasis bisa ditemukan di manapun, tapi rasanya lebih nyaman ketika tahu bahwa tidak semua negara memfasilitasi kepercayaan mereka yang lebay dan mematikan soal nasionalisme (apalagi yang dioplos fanatisme agama).

Iklan

MENGHINDARI PERANG

1583271685051-Icelandic_Landscape_near_Neskaupstadur_July_2014

Perdamaian di bumi tampaknya cuma bisa tercapai di… Islandia. Foto via Wikimedia Commons.

Dunia kesannya sedang tidak damai, bahkan mengerucut pada Perang Dunia III gara-gara AS membunuh jenderal Iran. Ini mungkin pendapat masyarakat awam. Sejatinya, Institusi Ekonomi dan Perdamaian (IEP) bisa mengonfirmasi bahwa ketakutan itu ada dasarnya. IEP mengolah Indeks Perdamaian Global setiap tahunnya, yang hasilnya lumayan mengkhawatirkan.

"Ketika kita melihat Indeks Perdamaian," ujar direktur Serge Sroobants, "kita melihat bahwa dunia sekarang 3,78 persen lebih tidak damai dibanding satu dekade lalu. Ini sebagian besar disebabkan konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara."

Biarpun begitu, penduduk negara maju berasaskan demokrasi masih lebih aman dari ancaman perang atau konflik sektarian. "Negara-negara demokrasi masih menduduki Indeks, terutama anggota Uni Eropa."

Jadi apabila itu cukup menjadi alasan bagi orang Inggris yang muak akan Brexit untuk meninggalkan negaranya, paling tidak penduduk Britania Raya tidak perlu bepergian jauh demi lingkungan yang lebih aman. Berada di urutan bawah Indeks Teror Global IEP, Portugal dan Islandia juga berada di posisi tinggi Indeks Perdamaian. "Dua negara ini tidak terlibat dalam konflik atau berinvestasi di militer dan masyarakat mereka cenderung menanggapi masalah sosial dengan cara non-kekerasan," ujar Sroobants.

MENGHINDARI KEJAHATAN SIBER

1583271783971-1600px-Backlit_keyboard

Ini ilustrasi yang selalu dipakai buat menggambarkan peretasan. Ilustrasi via Wikimedia Commons.

Di abad 21, sulit untuk kabur dari rasa takut satu ini, mengingat serangan siber yang terencana dengan baik bisa melumpuhkan infrastruktur negara manapun. Sebuah kajian ilmiah yang dirilis sebuah perusahaan teknologi meneliti seberapa sering infeksi malware terjadi di ponsel dan komputer, dibandingkan dengan insiden crypto-mining, dan seberapa kuat infrastruktur negara tersebut mampu menanganinya.

Iklan

Jepang dan Prancis berada di dua posisi teratas survei, dan Kanada di posisi tiga sebagai negara berbahasa Inggris teraman dari risiko serangan siber.

SARAN BILA KALIAN FOBIA LABA-LABA

1583271883694-1600px-Spider_middle_of_web

Australia, where else. Wikimedia Commons.

Laba-laba menjadi salah satu binatang paling ditakuti pengidap gangguan kecemasan. Menjauhi daerah penuh laba-laba, seperti Australia dan negara tropis, tentu saja membantu. Menariknya fobia akan serangga—atau insectofobia—ternyata diidap banyak orang. Termasuk yang tinggal di kawasan tropis seperti Indonesia.

Tapi ada satu jurus yang bisa diikuti: kalau kamu takut serangga, khususnya laba-laba, carilah iklim yang kering dan/atau dingin. Maka dari itu, Islandia lah opsi paling baik.

Islandia enggak dingin-dingin amat sebetulnya, karena Arus Teluk menjaga suhu udara negara tersebut, namun iklim oseaniknya menyebabkan hampir tidak ada nyamuk sama sekali. Sengeri-ngerinya, paling ketemu sedikit lalat hitam di musim panas, dan itu pun hanya di area rural dan wilayah Lakeland.

BUAT YANG FOBIA CUACA BURUK

1583271972952-1600px-ParmaMelor_AMO_TMO_2009279_lrg

Cuaca kayak gini enggak mungkin cerah kan?! Foto via Wikimedia Commons.

Rasa takut akan badai ternyata masuk 10 besar daftar fobia masyarakat menurut survei ABC news beberapa tahun lalu. Petir dan guntur bisa menimbulkan rasa teror bagi manusia-manusia rasional sekalipun.

Badai petir jarang terjadi di negara-negara belahan utara Bumi seperti Islandia, Skandinavia, dan kawasan Baltik, biarpun bukan berarti mereka tidak pernah terdampak angin kencang. Tapi kalau kamu secara spesifik takut akan petir, ada negara-negara yang cocok untukmu. Pada 2018, proyek pendeteksian petir Vaisala mengumpulkan data lima tahun, lantas menyimpulkan bila daerah pantai Chile dan area Patagonia, Argentina, sepenuhnya bebas dari petir. Mesir juga bebas cuaca buruk, berkat iklim gurunnya.

Iklan

Namun tidak lama setelah laporan ini dirilis, badai petir rupanya menghantam Kairo dan Luxor di musim semi 2018, dan akibat kurangnya saluran got dan antisipasi akan cuaca basah, kekacauan pun terjadi.

SARAN BUAT YANG PARNO SAMA ULAR

1583272077274-1599px-The_Grass_Snake_-_Natrix_natrix

Ular tuh padahal imut lho. Foto via Wikimedia Commons.

Biarpun Australia adalah rumah bagi 9 dari 10 ular paling beracun di dunia, negara tetangganya Selandia Baru, justru dikenal sebagai salah satu negara paling bebas ular sedunia. Namun, ular laut kuning kadang-kadang bisa ditemukan terdampar di pantai Selandia Baru.

Kalau kamu benar-benar mencari ketenangan hati, maka Irlandia, Islandia dan Hawaii adalah tiga wilayah cenderung bebas ular. Kata legenda yang diyakini umat Katolik Irlandia, Santo Patrick memusnahkan semua makhluk melata dari negara tersebut di masa lampau. Namun para ilmuwan meyakini bahwa Zaman es dan iklim yang tidak bersahabatlah yang menjadi penyebab Irlandia bebas ular.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Australia