Ilustrasi pekerja bersembunyi di bawah meja kerja dengan tatapan putus asa
Ilustrasi me oleh Evan Weselmann
Dunia Kerja

Inilah Strategi Terbaik Saat Kita Harus Bertahan di Pekerjaan yang Dibenci

Apa sebaiknya kita bermalas-malasan saja agar dipecat dan dapat pesangon? Atau justru tetap bekerja seperti biasa, meski sebetulnya tidak betah? Berikut tips dari praktisi HRD.

Curhatan pembaca: Saya menjalani profesi yang relatif baru buat saya pribadi, tapi cukup menyukainya. Tapi karena satu dan lain hal, saya jadi agak malas dengan atasan. Gaji saya rendah, ada banyak halangan untuk sukses, dan secara keseluruhan saya kurang menyukai manajemen dan posisi ini. Saya sering mencari lowongan kerja di tempat lain, dan sudah menemukan dua yang menjanjikan.

Iklan

Akan tetapi, kita semua sudah tahu proses perekrutannya tidak cepat. Saya yakin bisa diterima di salah satu perusahaan, tapi saya tidak mau berekspektasi terlalu tinggi. Masalahnya, belakangan ini saya semakin kesulitan mempertahankan kinerja setiap harinya. Saya merasa burnout karena berbagai alasan. Manajer bahkan telah menyampaikan keluhan di beberapa area—yang sebetulnya bisa saya tangani, tapi dalam hati saya berteriak “BODO AMAT!”

Saya menjawab keluhan mereka dengan baik, bahwa saya akan membuat action plan yang nantinya ditinjau bersama, tapi ini benar-benar lambat. Saya tidak bisa berhenti begitu saja karena masih butuh uang. Jadi, apa yang sebaiknya saya lakukan? Haruskah saya bekerja seadanya dan berharap dipecat? Atau tetap bekerja seperti biasanya sambil mencari di tempat lain, di industri lain? Saya tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan ketika saya tidak bisa berhenti dari pekerjaan yang tidak saya sukai.


Sulit sekali memang bertahan di pekerjaan yang tidak disukai, dan bahkan kamu telah memutuskan ingin keluar. Keadaannya benar-benar sudah mengkhawatirkan kalau manajer sampai menegur dan meminta kamu bikin action plan untuk memperbaikinya.

Biasanya cara terbaik menghadapi pekerjaan yang membuatmu tidak bahagia adalah bertahan sampai diterima bekerja di tempat lain. Kamu mungkin akan membutuhkan referensi dari tempat kerjamu sekarang di masa depan. Kalau pun kamu berencana pindah ke bidang lain yang tidak ada hubungannya dengan posisi saat ini, bisa saja perekrut menghubungi kantor lama untuk mengetahui kinerjamu selama di sana. Kalau sampai mereka mengetahui kamu malas-malasan dan bekerja seadanya sebelum resign, ini bisa merusak kesempatan yang lebih baik di tempat lain. Rekan kerjamu saat ini juga bisa menjadi koneksi yang bagus di masa depan, seperti memberi info terkait prospek pekerjaan atau perusahaan yang ingin kamu lamar.

Iklan

Kita takkan pernah tahu kapan akan bertemu lagi dengan bekas rekan kerja. Kamu mungkin mengira takkan lagi menemui mereka setelah keluar… tapi ternyata dua tahun kemudian mereka mewawancarai kamu di perusahaan lain, atau bos barumu berteman dengan manajer di kantor lama.

Jika kita mempertimbangkan ini, mempertahankan kinerja bagus akan sangat menguntungkan kamu saat keluar dari pekerjaan ini. Reputasimu yang bagus akan mempermudah pencarian kerja. Hal ini juga memberikanmu pilihan ketika berhadapan dengan pekerjaan yang tidak disukai. Kamu akan lebih mudah mencari pekerjaan baru yang lebih baik.

Dipecat dari pekerjaan yang kamu benci mungkin terdengar seperti pilihan terbaik, tapi saran saya jangan sampai ini beneran terjadi padamu. Dipecat bukanlah hal terburuk di dunia, tapi dapat mencoreng reputasimu dengan siapa pun yang melakukan pekerjaan ini—baik karena pemecatan itu sendiri maupun sikapmu yang menyebabkan pemecatan ini. Kompensasi yang diterima pun hanya sebagian kecil dari gaji sekarang.

Ada beberapa pengecualian untuk ini. Kalau kamu baru beberapa bulan bekerja di sana, maka akan lebih mudah untuk menghapusnya dari riwayat pekerjaan. Tetap ada kemungkinan bertemu dengan bekas rekan kerja dan menghilangkan koneksi yang mungkin dibutuhkan, tapi kamu bisa menyimpulkan kalau ini sepadan.

Apabila kejadiannya tidak seperti itu, kamu bisa mengingat ini: bekerjalah sebaik mungkin supaya bisa keluar. Kamu pasti akan meninggalkan perusahaan ini suatu saat nanti, tapi balik lagi… mempertahankan kinerja akan membuat hidupmu jadi lebih mudah, mungkin untuk jangka panjang.

Ada beberapa tips yang bisa kamu ikuti untuk menjaga reputasi. Pastikan kamu tetap terlibat dengan aktivitas kantor, seperti ikut rapat dan membuat rencana jangka panjang (meski sebenarnya kamu tahu sudah tidak ada di sana saat rencana itu dilaksanakan). Jangan pernah sengaja masuk terlambat dan pulang lebih cepat. Kamu juga bisa diam-diam mendokumentasikan pekerjaan untuk orang yang akan menggantikan posisimu nanti. Menyusun dan mendokumentasikan pekerjaan adalah cara terbaik mengisi waktu (selama itu tidak bertabrakan dengan prioritas yang lebih tinggi). Rasanya sangat memuaskan ketika kamu melakukan aktivitas yang secara langsung terkait dengan rencana berhenti kerja.

Silakan baca saran-saran lainnya dari Alison Green di Ask a Manager atau dalam bukunya.