FYI.

This story is over 5 years old.

Kepribadian

Kepribadianmu Bisa Ketahuan Dari Cara Makan Pizza

Pakai pisau dan garpu, atau langsung pakai tangan menandakan sifat bawaanmu. Wah, kayak gimana tuh?

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES.

Sudahlah, akui saja: aku, kamu, kita semua sama-sama suka ikutan kuis kepribadian di Facebook. Ada kuis-kuis standar seputar kepribadian seseorang, seperti tes IQ dan Myers-Briggs, tapi ada pula kuis-kuis yang lebih njelimet sedikit. Selain mengetahui karakter Freaks and Geeks mana yang menggambarkan kepribadian kita, kita juga bisa mengetahui jenis pemabuk mana kita sebenarnya. Kini, para peneliti bilang cara kita melahap sepotong pizza bisa digunakan untuk menentukan kualitas kepribadian kita yang paling menonjol.
Kamu mungkin berpikir, Lah, emangnya ada berapa cara makan pizza? Jawabannya, ada empat. Pentolan penelitian menakjubkan ini adalah Patti Wood, "Ahli Bahasa Tubuh Standar Emas" (sebagaimana disebut Washington Post). Wood adalah ahli perilaku manusia yang mengajar di Emory University, dan dia sebelumnya membagi kepribadian perempuan berdasarkan empat cara mereka mengenakan beha. Apakah kamu seorang pemimpin, pengaruh besar, pendukung, atau pengoreksi? Itu semua tergantung cara pakai beha!
Dia adalah tipe ahli yang dihubungi tabloid-tabloid untuk menentukan apakah bahasa tubuh Katie Holmes di karpet merah mengindikasikan dia sedang depresi. Misalnya saja, twit ini:

Tapi udah deh, kembali ke topik: pizza. Menurut Wood, "semua hal yang kamu lakukan, dan cara kamu melakukannya, menunjukkan sebuah cerita soal jati dirimu," dan hal ini termasuk cara kita makan pizza. Menurut teori DISC oleh psikolog Amerika William Moulton Marston, ada empat ciri perilaku utama: dominasi, kemanutan, pancingan, dan kerelaan. Majalah Cosmopolitan sebelumnya pernah meminta Wood untuk mengaplikasikan pendekatan kritisnya pada cara-cara makan pizza. Apakah kamu melipat pizza sebelum menggigitnya? (Katanya, ini biasanya lebih umum dilakukan oleh penggemar pizza potongan di New York, dibandingkan kota-kota lain yang rotinya lebih tebal.) Kamu kan seorang "pemimpin." Rancangan ini berarti kamu adalah seseorang yang bisa mengerjakan banyak hal sekaligus dan tidak berhenti untuk menikmati daun basil di atas pizza Margherita, atau bagian krenyes sisi rotinya. Kamu melakukan ini supaya acara makan pizza efesien dan enggak bertele-tele. Tapi, jangan khawatir, ini juga berarti kamu berjiwa petualang dan bersedia mengambil risiko! Tapi, itu juga berarti kamu mudah bosan. Terlepas dari sikapmu yang senang menjadi andalan, kamu terdengar seperti seseorang yang enggak terlalu seru di atas ranjang. Nah, soal orang-orang yang makan pinggiran pizzanya deluan… orang-orang ini beneran ada? Siapa sih yang bisa menahan godaan bagian berkeju, berminyak, berdaging, dan memakan bagian hambar keringnya deluan? Duh. Ternyata, orang-orang melakukan hal ini, menurut penelitian, dan tipe ini adalah "orang berpengaruh" yang "suka dramatis, sering ngomong kencang-kencang, dan suka cari perhatian." (Lah, tapi kalau orang-orang kayak gini sangat berpengaruh, kenapa orang-orang lain enggak mengikuti cara mereka makan pizza? Klaim ini aneh deh.) Lantas, ada juga mereka yang mencoba makan pizza pakai garpu dan pisau. Meski ini terkesan seperti istri-istri era Victoria yang khawatir akan merusak sarung tangan renda mahal mereka, Wood berargumen bahwa ini adalah tipe pendukung. Tipe pendukung terkenal setia, dapat diandalkan, dan tabah. Mereka juga tuan rumah yang hebat, saat menggelar pesta, karena mereka senang menyenangkan orang lain. Mereka juga fokus pada sistem, jadi mereka senang ngaso-ngaso dan memakan segigit demi segigit pizza alih-alih melahap segalanya sekali suap, tanpa memikirkan perasaan orang lain di meja itu. Sering-seringlah makan dengan tipe pendukung, dan kamu bisa mengambil manfaat dari keengganan mereka mengambil potongan pizza terakhir atas nama kesopanan. Nah, akhirnya. Orang-orang yang langsung "menggigitnya" bisa jadi satu-satunya orang normal di antara semua tipe di atas. Tapi, tipe ini disebut "pengoreksi yang berhati-hati." Bukan, mereka bukan hanya orang jelata yang makan pizza sebagaimana seharusnya. Mereka juga perfeksionis yang "selalu ingin mengerjakan hal-hal dengan cara yang mereka selalu lakukan, supaya segalanya berakhir baik seperti sebelum-sebelumnya." Pertanyaannya: emangnya ada cara memakan pizza yang salah? Ya, terserah deh. Sekarang saya mau pamit permisi dulu. Saya mau makan pizza dulu.