FYI.

This story is over 5 years old.

Dua Tahun VICE Indonesia

VICE Indonesia Ultah Lho, Baca dan Tonton Deretan Cerita Terbaik Kami Setahun Terakhir

Untuk mengenang perjalanan dua tahun VICE hadir di Indonesia, redaksi menyusun kompilasi artikel dan video terbaik yang berhasil kami tayangkan. Terima kasih buat pembaca semua atas dukungannya.
Inilah artikel dan video terbaik sepanjang tahun kedua VICE Indonesia
Kolase foto artikel dan video terbaik oleh Dicho Rivan.

Luar biasa dan syukur tiada henti.

Itulah reaksi semua anggota redaksi VICE setelah menyadari kami sudah resmi dua tahun hadir di Tanah Air per 7 November 2018. Tentu saja kami semua bekerja keras agar media ini bisa bertahan selama-lamanya menemani pembaca Indonesia. Kami juga ingin agar liputan, opini, serta dokumenter kami senantiasa diterima publik. Kami tidak mau sekadar memindah brand VICE dari Amerika Serikat ke Indonesia. Harapan utama tim redaksi adalah VICE menjadi media yang terpercaya, punya reputasi kokoh, dan tumbuh bersama realitas keindonesiaan. Lebih penting lagi, kami ingin pembaca utama kami, generasi millenial dan generasi Z Tanah Air, memperoleh keberagaman konten di lanskap media digital, dengan hadirnya VICE.

Iklan

Sebagian kecil ambisi itu tercapai, tentu saja banyak yang meleset atau malah gagal. Tapi kami amat terkejut, dan sungguh-sungguh berterima kasih kepada pembaca sekalian yang tak henti-henti mendukung kami melalui kritik, cacian, dan usulan tema yang pasti kami pantau via media sosial.

Karena perkembangan itu pula, VICE melebarkan sayap ke Asia Pasifik. Dulu VICE Indonesia hadir dalam format dwibahasa. Kini, VICE di kawasan ini sepenuhnya menjadi dua entitas berbeda. Satu adalah VICE Indonesia (yang tentu saja memakai Bahasa Indonesia dan sedang kalian baca sekarang) sementara saudara kami berubah fokus menjadi VICE Asia, melayani pembaca millenial di Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, India, dan banyak negara Asia lainnya.

Selain itu, VICE makin dikenal oleh kawan-kawan pembaca yang sebelumnya tak akrab dengan brand media ini, didukung kolaborasi kami bersama JawaPos TV. Kami tak ingin hanya diakrabi anak muda perkotaan Pulau Jawa. VICE justru akan lebih gembira ketika konten-konten kami direspons anak muda di Manado, Pontianak, Banda Aceh, Palembang, Ambon, Jayapura, dan banyak lagi lainnya.

Misi utama kami hadir di Indonesia adalah mengusung keberagaman dalam lanskap media online. Caranya adalah menjajal beragam metode saat mengangkat tema, sudut pandang, subyek cerita, serta cara penyampaiannya. Semangat membangun keragaman itu pula yang kemudian kami tuangkan dalam rangkaian artikel dan video dalam daftar berikut. Cerita-cerita ini hadir berkat jejaring kontributor, fotografer, serta tim internal redaksi.

Iklan

Tentu ucapan terima kasih khusus patut diberikan kepada para kontributor yang sebagian besar masih sangat muda. Berkat merekalah, VICE dapat menjangkau dan mengangkat cerita-cerita menarik dari berbagai penjuru Indonesia. Kami sadar, nusantara ini teramat besar. Mustahil tim VICE sendirian bisa mendapatkan kisah otentik, mendalam, dan unik, yang selama ini menjadi ciri khas konten-konten kami.

Demikian. Setelah resmi berulang tahun ke-2, VICE berkomitmen agar selalu konsisten menghasilkan narasi yang memperkaya perspektif dan pengalaman, opini provokatif menggebrak standar kelaziman, keberpihakan pada mereka yang termarjinalkan, sampai video dokumenter dari tema-tema yang selama ini dipandang sebelah mata. Sepilihan cerita di bawah adalah konten yang kami banggakan, dan berhasil meraih respons positif dari pembaca setahun terakhir—baik dari sisi jumlah pembaca maupun dampaknya pada perbincangan publik. Sebagai perbandingan, kompilasi cerita terbaik VICE sepanjang 2016-2017 bisa kalian simak di sini.

Selamat membaca daftar berikut, jangan ragu membagikan cerita terbaik VICE pilihan kalian di media sosial. Semoga kebersamaan kita terus berlanjut hingga bertahun-tahun ke depan.


Penyebab Orang Maluku Lekat dengan Profesi Penagih Utang

Artikel dan video in-depth reporting tentang penagih utang ini meraih atensi besar setahun terakhir.

Kami menyadari keberhasilan konten ini berasal dari kejelian memilih sudut pandang, akses untuk menyorot bisnis yang abu-abu dan jarang diangkat media, dan narasi yang bisa memperkaya orang mengenai profesi yang selama ini termarjinalisasi serta dipandang sebelah mata—terutama akibat rasisme terselubung terhadap orang Maluku di negara kita. Inilah konten yang kami jadikan standar karakter liputan VICE di masa mendatang.

Iklan

Tragedi G30S Menghapus Satu Generasi Intelektual Indonesia

1541579960484-Screen-Shot-2018-11-07-at-153839

Foto dari arsip Soegeng Soejono, eksil Indonesia di Ceko.

Kisah mengenai tragedi 1965 sudah sering diangkat oleh media massa di Tanah Air. Namun redaksi VICE percaya, anak muda perlu tahu lebih banyak dimensi dari peristiwa tragis tersebut yang berdampak pada bangsa kita sampai sekarang. Artikel ini digarap oleh reporter andalan kami, Arzia Wargadiredja, menitikberatkan narasi pada mereka yang justru jadi korban tak langsung: kelompok intelektual yang berada di luar negeri ketika huru-hara politik terjadi. Mahasiswa penerima beasiswa, diplomat, serta budayawan yang sedang menjalani tugas di mancanegara dicegah pulang, bahkan kehilangan kewarganegaraan akibat keputusan rezim otoritarian Orde Baru. Sebagian lain bernasib buruk, dikirim ke kamp konsentrasi Buru. Tragedi kemanusiaan itu merugikan Indonesia secara keseluruhan, karena bangsa kita kehilangan satu generasi sumber daya manusia mumpuni untuk membangun negeri setelah 1965. Kisah ini berhasil masuk nominasi karya jurnalistik terbaik SOPA Asia 2018 untuk segmen liputan budaya.


Ongkos Menjaga Pertemanan di Negara Ini Amat Mahal

1541580723460-Screen-Shot-2018-11-07-at-155150

Ilustrasi oleh Adam Noor Iman

VICE tidak hanya menyajikan liputan jurnalistik, namun juga memberi ruang bagi opini bernas. Kami adalah media menyasar anak muda, sehingga persoalan riil buat generasi millenial perlu kami angkat pula. Artikel ini jadi sangat menarik dan meraih respons yang besar, karena Sattwika Duhita, staff writer kami, berhasil mengulik tren konkret yang banyak dialami anak muda perkotaan beberapa tahun terakhir. Yakni, betapa mahal ongkos menjaga pertemanan, mulai dari patungan untuk baby shower, baju kawinan, serta biaya mentraktir kawan ketika kita gajian pertama. Kami berkomitmen menghadirkan opini-opini unik semacam ini di masa mendatang.

Iklan

Tren Buruh Migran Membuat Vlog Berbagi Pengalaman Bekerja di Negeri Orang

1541582239157-Screen-Shot-2018-11-07-at-161657

Kita selalu menyematkan julukan 'pahlawan devisa' bagi buruh migran. Tapi tak banyak media yang serius mengangkat keseharian mereka menjalani hidup di negeri orang. Redaksi VICE melihat fenomena menarik dari kehidupan buruh migran beberapa tahun belakangan berkat internet, yang jika disorot bisa menggugat makna influencer. Predikat influencer kalau ditilik-tilik lagi tak berlaku adil bagi semua content creator. Ada yang rajin banget bikin postingan tapi karena dianggap norak jadi enggak diakui sebagai influencer. Nah, rekan-rekan buruh migran di Hong Kong, Jepang, atau Korea Selatan ini mungkin tidak dianggap sama seperti kreator konten kelas menengah ketika cerita soal travelling atau hidup di mancanegara. Justru di situ menariknya. Vlog buruh migran sangat aplikatif. Tips mencari visa kerja, kondisi mereka ketika lembur, sampai rekaman mereka piknik kecil-kecilan ke minimarket sepulang dari pabrik. Secara tidak langsung video-video ini memberi informasi komprehensif bagi kerabat di Indonesia supaya terhindar dari risiko perdagangan manusia. Salut bagi kawan-kawan buruh migran, kalian selalu jadi pahlawan sekalipun sering kami abaikan.


Menyambangi Sekte Harta Sukarno yang Berjanji Membebaskan Manusia dari Utang

Kisah ini butuh waktu berbulan-bulan untuk dituntaskan oleh tim VICE. Sebab kami tidak hanya sekadar menghadirkan sensasi soal sekte unik di Cirebon. Mereka mengklaim bisa membebaskan kita dari utang piutang memakai simpanan emas Sukarno di perbankan Swiss. Kami pun tidak berniat mengolok-olok penganut kepercayaan tersebut.

Iklan

Kami justru berharap liputan dan dokumenter ini bisa memperkaya pemahaman pemirsa mengenai kondisi jasa keuangan dan kesenjangan ekonomi di Tanah Air, akar mitologi yang dipercaya sekte tersebut, dan kenapa kepercayaan ini bisa meraih banyak pengikut. Dokumenter kami soal sekte Swissindo ini akhirnya memberi dampak luas, termasuk menggerakkan Otoritas Jasa Keuangan lebih proaktif mengedukasi masyarakat mengenai literasi keuangan.


Lengger Lanang, Lelaki Ayu Primadona Asal Banyumas

Dokumenter kami hasil dari mengunjungi Banyumas ini meraih penghargaan prestisius 'Filmmakers Without Border 2018'. Kami menyorot tradisi tari Lengger Lanang, yang melibatkan puluhan laki-laki mengenakan pakaian perempuan dan riasan tebal guna menghibur masyarakat sekaligus melakoni ritual persembahan bagi leluhur. Tradisi ini sempat dianggap hilang di era awal kepresidenan Suharto ketika kebanyakan dari para penari berhenti tampil di depan publik. Kini, tarian Lengger lazim ditampilkan oleh perempuan. Liputan ini juga menyadarkan publik, bahwa budaya di Tanah Air secara inheren sebetulnya amat toleran terhadap queerness serta berbagai atribut lain dari komunitas LGBTQ yang tiga tahun belakangan sering jadi korban persekusi serta diskriminasi.

VICE berkomitmen melawan setiap diskriminasi terhadap mereka yang marjinal di Indonesia. Kelompok LGBTQ termasuk di antaranya. Kami memberi porsi liputan yang amat besar bagi keteguhan, keberanian, dan kisah-kisah pengakuan mereka yang dianggap berbeda hanya karena orientasi seksualnya. Rangkaian kisah tersebut bisa kalian baca di tautan berikut.

Iklan

Kisah Lelaki Berani Menggebuk Kepala Presiden Suharto

1541583748532-Screen-Shot-2018-11-07-at-164214

Sejarah Indonesia, khususnya yang tak banyak diangkat oleh buku pelajaran dan media massa, amat menarik bagi anak muda. Generasi millenial dan Generasi Z merupakan segmen yang untuk pertama kalinya mengalami lembaran baru, bebas dari pengaruh rezim otoritarian Orde Baru. Karenanya, redaksi VICE berusaha menyajikan liputan mendalam mengenai peristiwa penting yang dulu sempat tak banyak disorot akibat kekuasaan mutlak Suharto, yaitu demonstrasi di Dresden, Jerman, pada 1995 yang berakhir ricuh. Suharto digebuk oleh demonstran asal Timor Leste. Peristiwa ini membuka katup keberanian aktivis mahasiswa dan politikus oposisi melawan rezim. Tiga tahun setelah unjuk rasa Dresden, yang beritanya coba ditahan-tahan tapi tersebar jua berkat internet, Orde Baru tumbang. VICE mewawancarai aktor utama demonstrasi yang secara tak langsung berdampak pada perubahan angin politik di Tanah Air. Baca juga liputan kami seputar 20 tahun reformasi, supaya anak muda sadar masih banyak PR sekaligus kemajuan yang kita peroleh setelah lepas dari kerangkeng rezim diktator.


Warga Melawan Privatisasi Pulau Pari

1541584214746-Screen-Shot-2018-11-07-at-165001

Foto oleh Mirza Fahmi.

Konflik lahan adalah masalah sosial riil yang menghantui Indonesia. Konflik ini acapkali berakhir dengan kekerasan mematikan, mengadu aparat dan rakyat sipil. Cerita mendalam yang diangkat rekan kontributor kami, Mirza Fahmi, sangat kuat menggambarkan konflik macam itu yang terjadi dekat jantung ibu kota. Warga Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu DKI Jakarta, melawan privatisasi yang dibumbui kongkalikong penjualan akta tanah sepihak. Inilah sisi kelam dari ambisi pembangunan yang meminggirkan kemanusiaan. Konflik serupa kami rekam dari pembangunan bandara di Kulonprogo ataupun Mentawai. Pembaca muda VICE harus tahu, ongkos pembangunan massif sangat konkret, berkaitan dengan hidup mati seseorang. Kita tidak boleh hanya terbuai dengan mantra "kerja, kerja, kerja."

Iklan

Wawancara Khusus Membahas Ramalan Futuristik Nasida Ria

1541584957602-Screen-Shot-2018-11-07-at-170214

Foto oleh Umar Wicaksono.

Musik dan meme adalah anasir budaya populer yang semakin diakrabi anak muda. VICE otomatis berharap bisa mengangkat khazanah budaya macam itu dalam berbagai bentuk liputan menarik. Wawancara bersama Nasida Ria ini, ditulis oleh kontributor andalan kami Titah AW dari Yogyakarta, secara jeli menggabungkan musik dan meme dalam sekali duduk. Nasida Ria adalah grup musik religi yang kembali terangkat berkat kultur meme. Fenomena Nasida Ria membuktikan internet akan semakin dominan dalam mendorong pola konsumsi anak muda Indonesia terhadap budaya pop, termasuk menghidupkan lagi hype buat musisi yang sempat dianggap sudah tamat karirnya seperti dialami Fariz RM ataupun Orkas Moral Pengantar Minum Racun. Baca juga seri liputan mendalam kami terhadap kultur meme di Indonesia lewat tautan berikut. Kami percaya, subkultur meme akan semakin penting saja hingga beberapa tahun mendatang.


Merekam Pahit Manis Memori Perantau Sulawesi Lewat Tato

1541585560264-Screen-Shot-2018-11-07-at-171226

Fotografi adalah napas bagi VICE sejak kami masih berupa majalah punk. Foto-foto yang kami sukai justru yang tak terlalu 'estetik', melainkan yang bisa memberi pembaca pengetahuan baru dan membuka mata terhadap isu-isu marjinal. Liputan gabungan kontributor kami Eko Rusdianto dan fotografer Iqbal Lubis, jelas masuk dalam kategori yang disukai oleh redaksi. Ratusan hingga ribuan orang muda di Sulawesi melakukan perjalanan antara tahun 1970 hingga 1990 awal menuju tanah rantau. Pengalaman itu, baik ataupun buruk, menjadi bagian tak terlupakan dalam hidup mereka lewat tato. Simak foto-foto menarik lainnya yang kami rekam di tautan ini.

Iklan

AKARASA: Upaya Membangun Demokrasi Lewat Masakan

Kenapa kita selalu tertarik sama makanan? Pertanyaan itu beberapa waktu belakangan menghantui awak redaksi VICE Indonesia. Kalau cuma perkara rasa yang dicecap lidah, seharusnya kita enggak segitu terobsesinya dong. Sampai-sampai selalu ada liputan kuliner di majalah, stasiun televisi, dan kanal pribadi Youtube. Semua yang serba mengulik masakan pasti disukai.

Benar, budaya kuliner memang dicintai semua orang. Makanya VICE Indonesia pun memproduksi seri kuliner juga. Tapi, yang kami lakukan sedikit berbeda. Kami ingin menggali penyebab orang terobsesi dengan budaya masakan, khususnya yang muncul di Tanah Air. Akarasa, nama seri kuliner kami, adalah upaya membuktikan masakan tidak sekadar bermakna setelah dicecap oleh lidah. Itu sebabnya kami mengurai sejarah lahirnya mi belitung yang bertaut dengan imigrasi Tiongkok, maupun sejarah roti canai di Sumatra, melacaknya hingga India.


Sehari Bersama Pembalak Liar Hutan Leuser

1541597047967-Screen-Shot-2018-11-07-at-202243

Redaksi VICE peduli pada isu-isu lingkungan. Masa depan kualitas hidup generasi millenial jelas dipengaruhi keberhasilan pemerintah menangani serius penggundulan dan pembakaran hutan, pencemaran laut, hingga peralihan lahan yang hanya digerakkan logika untung rugi. Penelusuran yang dilakukan kontributor kami di Aceh, Hendri Abik, mengungkap dengan gamblang betapa penghancuran kawasan hutan lindung Aceh terjadi tanpa hambatan. Abik merekam aktivitas pembalak liar yang beraksi terang-terangan. Bola sekarang ada di tangan pemerintah, apakah akan senantiasa membiarkan kejahatan lingkungan serius lolos dari jerat hukum. Seri liputan serupa terkait persoalan ekologis Indonesia, yang selama ini membanggakan diri berkat hutan dan lautnya, bisa kalian baca di tautan berikut.