FYI.

This story is over 5 years old.

Internet

Aturan Baru Video Prank Bakal Membuat YouTuber Ngaco Turun Pendapatannya

Baguslah, seenggaknya para pembuat konten zaman sekarang mikir dua kali sebelum bikin video konyol berbahaya.
Tantangan bodoh buat video prank YouTube kayak Tide Pox dan Birdbox Challenge
Foto dari Getty Images dan Netflix. 

Setelah tantangan-tantangan berbahaya yang viral di internet makin banyak, misalnya Bird Box Challenge, atau tren makan Tide Pod tahun lalu, manajemen YouTube baru-baru ini memperbarui panduan konten. Kebijakan ini intinya melarang video rekaman orang-orang yang melakukan kegiatan berbahaya demi mendulang views.

Penjelasan resmi dari YouTube berbunyi seperti ini: "tantangan yang mengandung risiko menghilangkan nyawa tidak boleh dilakukan di YouTube," menurut kebijakan baru platform tersebut. Panduan baru itu juga memperketat perlindungan pada anak-anak dengan melarang video-video yang secara fisik atau fisik membahayakan anak-anak.

Iklan

YouTube mencontohkan sejumlah tantangan yang berujung musibah sebagai pencetus pembaruan kebijakannya. Pada 7 Januari lalu, seorang gadis asal Utah, Amerika Serikat memantapkan diri ikut serta dalam Bird Box challenge dengan menutup matanya menggunakan saat mengendarai mobil. Sudah jelas, tantangan konyol itu berakhir jadi bencana. Mobil itu menabrak tepian trotoar.

Pada awal 2018 lalu, internet digemparkan dengan Tide Pod challenge, yang mewajibkan pesertanya memakan deterjen berbahaya. YouTube segera menghapus video-video yang menunjukkan bocah belasan tahun kelihatan sedang mengulum Tide Pod. Namun, pada Januari 18, American Association of Poison Control Centers (AAPCC) melaporkan 86 kasus keracunan yang disebabkan oleh tantangan berbahaya tersebut.

Bahkan, tantangan yang kelihatan sepele juga bisa memicu perilaku yang membahayakan. Kiki challenge, pesertanya harus meloncat dari mobil yang sedang bergerak dan menari diiringi lagu Drake “In My Feelings,” menyebabkan setidaknya seorang remaja dilarikan ke rumah sakit musim panas lalu.

Video orang mengerjakan aktivitas-aktivitas bodoh dan kadang membahayakan nyawa adalah jalan pintas mencapai kepopuleran di YouTube. Kumpulan daredevil DIY seperti kru Jackass membuka jalan bagi sekumpulan maniak adrenalin untuk mencoba peruntungannya di YouTube. Sayangnya, jika terjadi kesalahan, imbasnya bisa mematikan.

Pada 2017, YouTuber Jay Swingler menjadi viral setelah nyaris mati lantaran menyemen kepalanya dalam sebuah microwave. VICE baru-baru ini menghubungi Swingler untuk mencari tahu apa pendapatnya tentang perubahan kebijakan video YouTube.

Iklan

Melalui juru bicaranya, Swingler menerangkan pengalamannya nyaris mati dulu mengubah pendekatannya saat memproduksi video. "Segala stunt yang saya lakukan sekarang diawasi oleh petugas keselamatan dan kesehatan, yang berada di lokasi syuting memastikan keselamatan semua yang terlibat dalam video."

YouTube mengatakan panduan terbarunya disusun berdasarkan pertanyaan penggunanya tentang prank-prank yang diperkenankan oleh platform tersebut. YouTube juga mengaku kepada VICE bahwa mereka rutin berkonsultasi dengan sejumlah pakar, seperti dokter spesialis gawat darurat dan psikolog anak, agar terus memperbaiki kebijakannya serta mewujudkan keseimbangan antara kebebasan kreatif dan perlindungan penggunanya.

"Kami berkala menelaah dan memperbarui panduan penggunaan situs kami agar tetap konsisten serta mengakomodasi tren-tren terbaru," mengutip keterangan tertulis juru bicara YouTube.

Menurut Irina Raicu, direktur Internet Ethics Program di Markkula Center for Applied Ethics, Saint Clara University, imbas kebijakan baru YouTube akan sangat bergantung bagaimana aturan tersebut diterjemahkan dan diterapkan dalam video tertentu. "Kebijakan ini menggeser posisi YouTube. Platform itu tak lagi bisa bertindak sebagai wasit dari semua video yang ada di dalamnya," kata Raicu.

"Posisinya bisa terus tergeser sebelum mencapai satu titik yang ajek. Tapi, menarik sekali melihat usaha YouTube terus memperbarui norma yang berlaku di platformnya sesuai dengan jenis material yang mereka tampung. Itu yang mestinya dimiliki oleh setiap kebijakan praktis."

Follow Kara Weisenstein di Twitter.