FYI.

This story is over 5 years old.

ALIENS

Mulai 2019, Pemerintah Tiongkok Resmi Berburu Alien

Tahun ini para astronom Cina mengoperasikan teleskop raksasa untuk membuktikan ada mahluk selain manusia di Bima Sakti dan galaksi-galaksi lainnya.
Teleskop terbesar di dunia mulai dibangun di Provinsi Guizhou untuk mencari alien
Teleskop terbesar di dunia mulai dibangun di Provinsi Guizhou, Cina pada 2011 lalu. Teleskop tersebut terdiri dari sebuah piring lensa yang ditempatkan dalam sebuah cekungan. Foto dari Wikimedia.

Tahun ini, Pemerintah Cina bakal serius menjalin komunikasi dengan alien luar angkasa lewat sebuah teleskop radio parabola tunggal yang diberi nama Five-hundred-meter Aperture Spherical Telescope( FAST).

FAST awalnya dibangun untuk mengumpulkan informasi tentang galaksi, lubang hitam dan bintang. Namun para periset yang ikut andil merancangnya tak menafikan kemungkinan perangkat ini bisa dipakai buat mendeteksi keberadaan mahluk asing.

Iklan

Sebelum meninggal pada 2017, Nan Rendong, insinyur utama yang merancang FAST, menegaskan kepada Jurnal Nature bahwa teleskop raksasa ini dapat digunakan untuk menyelidiki apakah makhluk ekstraterestrial mengirim sinyal ke Bumi, seperti diberitakan oleh South China Morning Post.

Andrew Siemion, direktur Berkeley SETI Research Center dan periset utama di Breakthrough Listen, sebuah program yang memprakarsai pencarian keberadaan makhluk ekstraterestrial cerdas, mengaku sempat bertatap muka dengan Rendong sebelum ilmuwan Tiongkok itu meninggal untuk mendiskusikan perkara pencarian alien ini.

“Dia adalah salah satu pendukung utama pencarian makhluk ekstraterestrial. Rendong sangat tertarik menjadikan pencarian alien ini bagian dari astronomi radio di Cina lewat FAST,” kata Siemion.

Dalam budaya populer, alien digambarkan Bumi lewat dua cara: dalam rombongan (plus membawa persenjataan penuh seperti dalam Independence Day atau Mars Attacks!) atau terdampar seorang diri (macam alien dalam ET). Fakta, alien “melawat” Bumi lewat gelombang radio. Sejumlah ilmuwan berteori fast radio burst (FRB) alias semburan radio cepat sejatinya adalah sinyal yang dikirim oleh alien. Minggu ini, beberapa ilmuwan dari Kanada berhasil mendeteksi FRB berulang untuk kedua kalinya, dengan menggunakan teleskop radio CHIME.

Kendati muasal FRB belum bisa dipetakan secara tepat, para ilmuwan menaruh harapan FAST, yang semestinya bisa berfungsi secara penuh pada 2019, mampu mendeteksi lebih banyak sinyal FRB.

Iklan

"Saat ini, FAST lebih menyerupai observatorium yang sangat sensitif. Nanti, jika sudah berfungsi secara maksimal, sensitivitas dan kemampuannya bakal meningkat tajam," ujar Siemion saat diwawancarai VICE. "Kami harap FAST bisa menjadi teleskop radio yang kuat untuk mencari keberadaan makhluk ekstraterestrial cerdas. Kami tak sabar ingin segera bekerja sama dengan kolega kami di Cina."

Sayangnya, sejumlah ilmuwan menampik teori yang mengatakan bahwa FRB adalah sinyal alien.

“Sinyal ini datang dari beberapa titik di langit. Agak susah mempercayai bahwa beragam populasi alien di galaksi yang berbeda-beda semuanya kebetulan mengirim sinyal yang seragam,” terang Ingrid Stairs, seorang astrofisikawan dari University of British Columbia kepada VICE.


Tonton wawancara VICE bersama orang yang mengaku bisa berkomunikasi dengan alien:


Kendati percaya bahwa FRB adalah sebuah fenomena alam, Siemion tak menampik sepenuhnya teori yang menyatakan FRB datang dari peradaban asing di galaksi lain.

"Saya pikir mustahil membayangkan tingkat kemajuan teknologi yang dimiliki manusia dalam 100 atau 1.000 tahun lagi, apalagi jutaan atau miliaran tahun di masa depan," kata Siemion. "Kita harus tetap terbuka pada kemungkinan adnaya sebuah peradaban dengan teknologi yang sangat maju hingga bisa hidup menyebar dalam satu galaksi atau antar galaksi sekalipun. Rasanya kita terlalu arogan jika membayangkan jika kita satu-satunya makhluk cerdas di alam semesta."

Iklan

Douglas Bock, direktur astronomi dan ilmu luar angkasa di CSIRO dan Australia Telescope National Facility, membangun receiver atau kamera 19 piksel FAST. Bock mengamini FRB bukan sinyal keberadaan makhluk ekstraterestrial. Walau begitu, kepada VICE, dia menegaskan terlepas dari mana asal FRB, FAST yang mampu menemukan objek 19 kali lebih cepat dari teleskop satu piksel dapat diandalkan untuk mengumpulkan banyak informasi baru tentang alam semesta.

Contohnya, Li Di beserta Timnya di National Astronomical Observatory, Chinese Academy of Sciences melaporkan telah menemukan lebih dari 20 pulsar—bintang yang berputar dengan cepat termasuk sebuah millisecond pulsar, dengan teleskop seharga $184 juta (atau setara Rp2,6 triliun) itu.

"Sepertinya tahun ini, pulsar akan jadi buruan utama FAST," ujar Bock kepada VICE. “ FAST digunakan untuk berbagai macam tujuan. Makanya, saya berharap FAST bisa memperkaya pengetahuan kita tentang galaksi. Bahkan, para ilmuwan memanfaatkan FAST untuk mencari keberadaan elemen dan molekul antar bintang yang pernagh disebut-sebut Nan Rendong."

Bock adalah salah satu ilmuwan yang menyangsikan sejumlah teori tentang FRB. Meski begitu pengguna Parkes Telescope di Australia ini—dana pembangunannya ditalangi oleh program Breakthrough Listen yang dipimpin Siemion—mengutarakan bahwa timnya berupaya mencari sinyal yang sengaja dikirim oleh alien cerdas di luar sana.

Iklan

“Kita harus mengakui kemungkinan adanya kehidupan lain di bagian semesta lain, atau bahkan di galaksi Bima Sakti yang kita tinggali. Masalahnya, ada miliaran bintang dan planet di luar sana, jadi saya rasa, keberadaan alien tak bisa bisa ditemukan dalam waktu dekat,” tegas Bock. “Sekarang, dengan teknologi dan sensitivitas perangkat yang kita miliki, umat manusia baru menyisir sinyal dari bagian galaksi yang dekat dengan kita.”

Terlepas dari berapa lama waktu yang diperlukan untuk menemukan peradaban pintar lain di luar Bumi atau apapun yang bakal ditemukan FAST, pemerintah Tiongkok benar-benar serius menjalankan proyek FAST. Pada 2016, The New York Times melaporkan pemerintah sampai merelokasi penduduk desa 9.000 desa di Guizhou agar pembangunan FAST berjalan lancar. Masing penduduk mendapat uang ganti rugi sebesar kurang lebih Rp25 juta.

Siemion menunjukkan bukti-bukti yang kian hari kian membuktikan dugaan bahwa “manusia tak sendirian di alam semesta.” Contohnya, para ilmuwan telah menemukan keberadaan planet batu yang mirip Bumi yang kemungkinan bisa menyokong kehidupan, mengitari bintang mirip matahari dan memiliki air di permukaannya. Bagi Siemion, “penemuan macam ini akan jadi sebuah kelaziman, bukan suatu yang aneh lagi.” Lebih jauh, dia percaya bahwa para astronom akan belajar banyak tentang alam semesta tahun ini.

"Akan banyak hal yang menarik tahun ini dari bidang astronomi selagi pencarian kehidupan di luar Bumi terus berlangsung," ujarnya. "Saya rasa FAST dengan sensitivitas yang tak tertandingi akan menyuguhkan temuan-temuan yang menarik dari luar angkasa."

"Kita berada di titik penting dalam sejarah manusia ketika kita bisa menjawab satu pertanyaan besar, sebuah pertanyaan yang sama tuanya dengan umur manusia di Bumi."

Artikel ini pertama kali tayang di VICE Canada.