Melawan Kecanduan Ponsel

Wali Kota Bandung Ingin Bagikan Anak Ayam Biar Bocah SD Tak Lagi Kecanduan Ponsel Pintar

Bagi anak yang berhasil membesarkan ayamnya, mereka dapat hadiah pemerintah dengan tiga anak ayam lain untuk lanjut dibesarkan. Hmm, kok seperti skema menciptakan peternak muda?
Wali Kota Bandung Ingin Bagikan Anak Ayam Biar Bocah SD Tak Lagi Kecanduan Ponsel Pintar
Kolase oleh VICE. Foto ponsel [kiri] oleh Bay Ismoyo/AFP; ilustrasi anak ayam dari Pixabay/lisensi CC 3.0

Wali Kota Bandung Oded M. Danial merespons kejadian ratusan anak Jawa Barat (Jabar) masuk RSJ karena kecanduan gawai dengan mengumumkan kebijakan yang lumayan unik. Bukannya mencari tahu bersama kegiatan macam apa yang disenangi sang anak untuk menjauhkannya dari gawai, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terkesan paham banget sama masalah generasi Z dan merasa paling punya solusi jitu. Menjelang 2020, Oded berniat membagikan anak ayam kepada para siswa SD untuk dipelihara agar mereka punya kegiatan selain mantengin gawai.

Iklan

Untuk ngetes, kebijakan ini akan dicoba dulu ke 20-30 anak di 30 kecamatan Kota Bandung. Kalau berhasil, baru ke depannya setiap anak di Kotamadya Bandung akan diberi satu ekor ayam.

"Saya punya program, anak-anak mau saya kasih (kegiatan) memelihata anak ayam, biar mereka ada kegiatan tidak hanya main gadget saja. Kita akan kasih anak ayam kampung, kita bagikan kepada mereka secara gratis," kata Obed kepada Kompas. "Sebelumnya, kita akan adakan pelatihan kepada mereka, bagaimana cara memelihara ayam. Kasih pakannya gimana, nanti kita akan bina seperti itu. Kalau cuma satu ekor kan, bisa menggunakan dus untuk kandang. Saya berharap dengan adanya kegiatan ekstra untuk anak-anak di rumah bisa mengurangi kecanduan gadget."

Cita-citanya, anak-anak SD tersebut diharapkan akan sibuk memelihara ayam sehingga mengurangi kecanduan gawai. Bukannya mau pesimistis sih, kalau ayamnya cuma satu, ngasih makannya kan cuma sebentar, gimana mau sibuk? Apa anak-anak SD ini juga bakal diwajibkan mengajak berbincang si ayam dua jam sehari tentang perubahan iklim atau diharuskan juga ngajak si anak ayam jalan-jalan keliling perumahan setiap sore? Gimana kalau hobi menyabung ikan cupang nanti mereka lanjutkan ke sabung ayam?

Obed berharap selain mengurangi kecanduan gawai, program ini juga dapat melatih jiwa wirausaha sedari dini, melatih kasih sayang terhadap binatang, dan membuat anak belajar biologi. Iya, belajar biologi.

Iklan

Dari pernyataan Obed kepada media, ada beberapa sistem hadiah yang juga absurd untuk para siswa SD yang berhasil membesarkan ayam. Pertama, ayam kampung yang sudah dewasa nantinya bisa diserahkan ke Pemkot Bandung dan akan ditukar dengan 3 anak ayam baru. Kedua, mereka yang berhasil akan diberi tambahan tugas mengurus polibek cabai. Dari dua pilihan hadiah ini, saya rasa sih nggak akan ada anak-anak yang tertarik ikut program. Masak setelah berhasil malah ditambah kerjaannya? Ini pemkot nyari karyawan apa?

Tapi, ada sistem hadiah ketiga yang bisa dibilang enggak absurd, tapi enggak kreatif juga. "Ayam dari siswa nanti ditimbang mana yang besar dan akan dikasih sepeda," ujar Obed kepada IDN Times. Hadeh, dibanding membesarkan ayam bertahun-tahun demi sepeda, mending modal nekat aja jawab pertanyaan Jokowi pas ada kunjungan ke sekolah.

Terlepas dari respons Pemkot Bandung, perkara anak kecanduan gawai memang perlu penanganan serius. Sabtu (19/10) lalu, Sri Kusuma, Kepala Divisi Pendidikan dan Perkembangan Anak Usia Dini Tanoto Foundation, memberikan pernyataan yang cukup menenangkan terkait masalah ini. Menurutnya, fenomena anak kecanduan gawai yang terjadi di Indonesia sudah lumrah terjadi di negara berkembang. Nantinya, ketika Indonesia sudah memasuki era 5.0, kecanduan gadget akan bisa dikendalikan.

"Di Jepang sudah masuk Society 5.0. Kita baru pindah dari 3.0 ke 4.0. Mereka sudah melalui masa suram itu. Di Jepang itu sudah kembali ke falsafah menjadi masyarakat," ujar Sri kepada Kompas. "Mereka mulai menggunakan teknologi untuk menghubungkan manusia dengan sekitarnya. Gadget di sana hanya menjadi alat bantu memperkaya wawasan pendidik. Saat mengajar misalnya untuk mencari konten, merekam proses hasil belajar, semuanya sudah digital."