Selamat datang kembali di kolom Shit Indonesians Say. VICE berusaha menelisik kebiasaan verbal orang-orang di Indonesia yang tumbuh subur, diinternalisasi, dimaklumi, sampai dianggap wajar dalam pergaulan sehari-hari. Padahal kata atau istilah itu bermasalah banget.
Segala sesuatu yang viral di internet berpengaruh banget sama hidup orang-orang Indonesia. Rasanya hidup belum afdhol kalau enggak ngikutin tren di media sosial, misalnya nyebarin meme/broadcast guyonan yang dianggap lucu (padahal muka kita lempeng-lempeng aja pas ngeliatnya). Sebutannya FOMO (Fear of Missing Out), takut ketinggalan isu yang lagi trending. Yang lebih ngeselin, FOMO sering dituduh diidap anak muda. Padahal faktanya, banyak orang tua, terutama om dan tantemu di grup whatsapp, sengaja memakai kosakata viral biar dianggap gaul. Dari bidang linguistik, kami memetakan beberapa istilah yang ngetren banget. Perlu digarisbawahi, sebagian kosakata tersebut lahir awalnya dari komunitas meme dan shitposting media sosial. Artinya, pengaruh mereka benar-benar besar sekarang di Indonesia. Apalagi ketika pejabat setingkat menteri sudah ikut-ikutan memakainya dalam sambutan di hadapan guru-guru. Tinggal tunggu waktu sampai anak meme bikin ormas lalu menyaingi partai yang sering mengumandangkan mars di televisi untuk mencuci otak penduduk benua maritim ini. Tak ada yang salah dari segala kosakata trending. Namanya juga ngetren. Tapi istilah-istilah berikut pemakaiannya sudah di luar kendali. Kata-kata yang dipetakan tim VICE ini menggambarkan titik-titik terendah lanskap budaya pop Indonesia sepanjang 2017. Untunglah, sebagaimana tren lainnya, semua istilah yang masuk daftar berikut pasti bakal digantikan kosakata lain (yang mungkin sama ngeselinnya) tahun depan. Kalau sampai masih bertahan, hhhh, itu bakal jadi mimpi buruk banget pastinya.
Segala sesuatu yang viral di internet berpengaruh banget sama hidup orang-orang Indonesia. Rasanya hidup belum afdhol kalau enggak ngikutin tren di media sosial, misalnya nyebarin meme/broadcast guyonan yang dianggap lucu (padahal muka kita lempeng-lempeng aja pas ngeliatnya). Sebutannya FOMO (Fear of Missing Out), takut ketinggalan isu yang lagi trending. Yang lebih ngeselin, FOMO sering dituduh diidap anak muda. Padahal faktanya, banyak orang tua, terutama om dan tantemu di grup whatsapp, sengaja memakai kosakata viral biar dianggap gaul. Dari bidang linguistik, kami memetakan beberapa istilah yang ngetren banget. Perlu digarisbawahi, sebagian kosakata tersebut lahir awalnya dari komunitas meme dan shitposting media sosial. Artinya, pengaruh mereka benar-benar besar sekarang di Indonesia. Apalagi ketika pejabat setingkat menteri sudah ikut-ikutan memakainya dalam sambutan di hadapan guru-guru. Tinggal tunggu waktu sampai anak meme bikin ormas lalu menyaingi partai yang sering mengumandangkan mars di televisi untuk mencuci otak penduduk benua maritim ini. Tak ada yang salah dari segala kosakata trending. Namanya juga ngetren. Tapi istilah-istilah berikut pemakaiannya sudah di luar kendali. Kata-kata yang dipetakan tim VICE ini menggambarkan titik-titik terendah lanskap budaya pop Indonesia sepanjang 2017. Untunglah, sebagaimana tren lainnya, semua istilah yang masuk daftar berikut pasti bakal digantikan kosakata lain (yang mungkin sama ngeselinnya) tahun depan. Kalau sampai masih bertahan, hhhh, itu bakal jadi mimpi buruk banget pastinya.
Iklan
Kids Zaman Now
Tercyduk
Eta Terangkanlah…
SJW
Iklan
Kayak gitulah ilustrasinya.Drama terbaik sekaligus terburuk dalam upaya pemberantasan korupsi tanah air tahun ini. Tiba-tiba saja, satu sosok politikus bermasalah harus kita anggap sebagai papanya seluruh bangsa Indonesia. Yakin mau menjadikan orang yang berupaya menghindari proses peradilan, memberangus meme, hingga terlibat salah satu skandal korupsi paling parah dalam sejarah republik sebagai papa kalian? Kami sih ogah.Sepaket nih sama Papa. Gara-gara kasus yang membelit Setya Novanto, sosok mantan pengacaranya, Frederich Yunadi, jadi ikut tenar. Entah apa yang merasuki si pengacara, ketika diwawancarai Najwa Shihab dia malah melantur ke sana kemari menceritakan kegemarannya menghabiskan banyak uang di luar negeri. Ketika direspon pengguna Internet, yang muncul adalah perlombaan saling kere.Belum pernah rasanya kemewahan berkonotasi sejelek ini. Andai liputan Panama Papers dan Paradise Papers ramai juga di Indonesia, rakyat Indonesia harusnya makin curiga sama semua orang yang gemar mewah-mewah. Tapi waspada. Kalau kalian mempertanyakan dari mana sumber kekayaan orang yang "suka kemewahan", bisa saja langsung dianggap oleh purnawirawan delusional sebagai bagian dari puluhan juta pendukung partai terlarang yang siap bangkit lagi di Indonesia.Satu-satunya yang patut kita syukuri dari viralnya lagu ini adalah satu fakta berikut: adik, ponakan, serta anak tetangga kita tak lagi keracunan Mars Perindo.Istilah-istilah di atas lahir dari kelompok yang anti Presiden Joko Widodo dan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Lambat laun, kubu Jokowi-Ahok juga melontarkan hinaan balik. Namanya hinaan tak ada yang positif dari sana. Niatnya dari awal berantem. Tawuran aja gih, lebih konkret. Manalagi tahun depan pilkada serentak, setahun setelahnya pemilu presiden, haduuuhh..
Hinaan 'kreatif' bernuansa partisan adalah realitas baru Internet yang menyebalkan, tapi kayaknya belum akan hilang dalam waktu dekat.Banyak kabar yang sulit diverifikasi kebenarannya sekarang di media sosial. Persoalannya sekarang semua orang akan teriak tak karuan; ini hoax, itu hoax. Sebagian memang hoax beneran. Tapi tak sedikit sekadar efek saling lempar cap hoax, terutama di forum-forum FB kubu politik tertentu. Informasi (tak valid) menguntungkan kubu tertentu dianggap fakta, sementara yang berseberangan langsung dijuluki hoax. Barangkali inilah yang dinamakan banjir hoax. Asal tak suka sebuah kabar, sebut saja hoax. Menapis hoax bukan berbasis verifikasi fakta, tapi berdasar perasaan. Untunglah, ada kolom ini (promosi dikit boleh ya sekali-kali) supaya kalian tidak terisap dalam lubang hitam hoax.