Mengunjungi Restoran Fine Dining di Dalam Penjara Perempuan Kolombia

FYI.

This story is over 5 years old.

kehidupan penjara

Mengunjungi Restoran Fine Dining di Dalam Penjara Perempuan Kolombia

Dengan adanya Restaurante Interno, napi perempuan yang mendekam di Penjara San Diego, Cartagena diharapkan bisa melatih kemampuan memasaknya supaya cepat dapat kerja setelah bebas.

Tak jauh dari kawasan wisata Cartagena di pantai utara Kolombia, pramusaji perempuan tampak sibuk mengantarkan pesanan. Mereka mengenakan pita merah muda di kepala, warna yang seragam dengan serbet di meja. Alunan lagu “Heartbreak Hotel” Elvis membuat santapan terasa lebih nikmat. Sementara itu, para koki bertugas memotong sayuran dan membersihkan tulang ikan di sebuah dapur yang berada di balik pintu besi.

Iklan

Restaurante Interno adalah salah satu restoran gourmet paling populer di kota ini. Uniknya, restoran ini berada di dalam kompleks Penjara San Diego dan hampir seluruhnya dikelola oleh para tahanan perempuan.

Silvia Rosa Rebolledo berprofesi sebagai asisten dapur, dan dia baru saja selesai menyiapkan salad untuk disajikan dengan posta cartagenera, hidangan daging sapi lokal. “Aku pengin jadi koki profesional pas bebas. Aku suka pekerjaan ini,” katanya sambil tersenyum dan mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran yang bernuansa floral

Restoran fine dining Interno di dalam penjara Kolombia. Semua foto oleh penulis

Sel Rebolledo berada di sisi lain tembok mural tersebut. Di sana, dia menyelesaikan hukuman enam tahun penjara atas tuntutan pemerasan.

“Awalnya terasa sulit, tapi sekarang saya bahagia di sini,” tuturnya. “Saya diperlakukan berbeda.”

Rebolledo adalah salah satu dari 180 narapidana yang saat ini ditahan di Penjara San Diego. Lapas ini penuh sesak, dan ruangannya tidak berjendela. Kadang mereka harus bertahan dengan cuaca Kolombia utara yang sangat panas.

Para perempuan ini bekerja di Restaurante Interno agar tidak jenuh di dalam sel. Yayasan Acción Interna mulai membuka restoran pada akhir 2016. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup, mendukung, dan melatih keterampilan para napi perempuan supaya mereka cepat dapat pekerjaan setelah bebas.

Para tahanan bekerja di dalam dapur

“Beberapa dari kami dulu hidupnya sulit, tapi sekarang kami meninggalkan kesulitan itu di masa lalu. Kami ingin hidup bebas,” kata Rebolledo.

Iklan

Restoran ini juga digunakan sebagai program rehabilitasi, mendorong para napi untuk tetap terhubung dengan dunia luar. Untuk pertama kalinya ada proyek seperti ini di Amerika Latin.

“Tahanan sering terlupakan,” kata Luz Adriana Díaz, koordinator restoran. “Tapi publik bisa datang ke sini untuk memahami kehidupan di dalam penjara Kolombia. Selama ini, napi selalu dicap buruk oleh masyarakat. Jadi, program ini diharapkan bisa membuat para napi perempuan lebih bebas nantinya.”

Di dalam restoran, para pramusaji tampak seru mengobrol dan tertawa bersama pengunjung ketika mereka menyajikan hidangan udang yang dilengkapi sayuran (yang ditanam di kebun penjara), dan ceviche segar atau posta cartagenera. Setiap hidangan disajikan dengan cantik. Rasanya juga tidak kalah dengan tampilannya. Para napi sudah dilatih oleh koki selebritas seperti koki Spanyol Koldo Miranda dan Harry Sasson, salah satu koki paling terkenal di Kolombia, yang ikut menciptakan menu three-course. Setiap harinya, dapur dipimpin oleh seorang koki profesional yang membantu tim berisi delapan staf dapur dan empat server. Demi alasan keamanan dan memasyarakatkan napi, maka perempuan yang dipekerjakan adalah mereka yang akan bebas.

ceviche segar.

San Diego adalah penjara dengan tingkat keamanan rendah, dan jenis kejahatannya beragam dari pemerasan dan pencurian sampai perdagangan obat terlarang dan pembunuhan. Yang paling sulit itu “mengubah pandangan orang terhadap napi,” kata Johana Bahamón, pendiri Acción Interna.

Iklan

“Ada banyak diskriminasi. Saya tahu situasi penjara di sini dulu, tapi saya tidak tahu sama sekali soal napinya—kalau mereka juga manusia biasa,” katanya. “Setelah kunjungan pertama saya ke penjara, saya tidak mungkin mengabaikan situasi mereka di dalam penjara.”

National Penitentiary and Prison Institute melaporkan bahwa penjara di Kolombia terkenal dengan kondisinya yang memprihatinkan, pemakaian narkoba yang merebak, dan kelebihan jumlah tahanan, yang mencapai 52 persen pada 2016. Krisis penjara di negara itu bahkan digolongkan sebagai tantangan kemanusiaan tahun ini oleh Komite Palang Merah Internasional, mencatat bahwa penjara Kolombia melanggar hak dan martabat para tahanan.

Di dalam penjara, San Diego terasa pengap dan menjijikkan. Sampah berserakan di lantai, dan tempat berteduh sangat jarang ditemukan di halaman luar. Para napi perempuan tidur di lantai sebelum yayasan tersebut beroperasi di San Diego. Mereka sekarang bisa tidur nyenyak di matras dan kasur yang dilengkapi selimut pribadi, foto, atau barang kenang-kenangan. Yayasan tersebut menggunakan keuntungan dari restoran untuk membuka toko roti, kebun sayur, dan ruang belajar dengan komputer.

“Semua penjara kami sudah penuh—ini menjadi masalah di Amerika Latin,” kata Bahamón. “Kondisi penjaranya tidak bagus, dan petugas memperlakukan mereka secara tidak manusiawi. Para napi memang pernah melakukan kesalahan, tapi setiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua. Mereka berhak diperlakukan layaknya manusia biasa.”

Iklan

Rosa Vergara Pineda (kanan) bkerja di restoran sebagai pramusaji

Crystal Morissa Stephens, 23, adalah satu-satunya napi dari AS. Dia ditahan karena membawa koper berisi kokain Desember lalu. Dia dipenjara tanpa masa hukuman. Katanya dia mendapat tas itu dari seseorang dan dia tidak tahu kalau ada kokain di dalamnya. “Saya merasa geram dan trauma,” katanya. “Saya tidak tahan mental waktu pertama kali ditahan.”Menurutnya, bekerja di Restaurante Interno sangat membantunya mengatasi keadaan. Stephens adalah musisi hip-hop, dan dia kadang tampil di depan pengunjung restoran.

warga negara AS Crystal Morissa Stephens adalah satu-satunya warga negara asing dalam penjara Kolombia. Artis hip-hop ini kadang-kadang suka tampil di depan para pengunjung restoran.

“Keadaannya tidak seperti yang kamu bayangkan di sini. Ada banyak pengunjung datang, kami bisa masak, dan bisa dengar musik juga. Seru deh pokoknya,” katanya. “Orang-orangnya sangat suportif. Mereka ingin menyumbang dan membantu kami. Saya rasa mereka telah mencapai tujuan integrasi itu."

“Setiap orang punya ceritanya masing-masing di sini,” lanjut Stephens. “Banyak yang dipenjara karena kesalahan atau kesialan. Mereka manusia biasa, dan berusaha membuat makanan terenak sedunia.”

Pemdandangan dari luar restoran Interno.