FYI.

This story is over 5 years old.

Iran

Anak Muda Iran Pakai Aplikasi Ponsel Melawan Penindasan Pemerintah

Di tengah maraknya penyensoran dan penangkapan polisi moral di jalanan, generasi muda Iran menggunakan ponsel demi mencari secercah kebebasan.

Artikel ini pertama kali tayang di Motherboard.

Mei lalu, presiden Iran Hassan Rouhani kembali terpilih. Rouhani adalah pemimpin reformis yang diharapkan perlahan-lahan memimpin Iran ke arah kultur sosiopolitik yang lebih terbuka dan progresif.

Iran adalah negara yang 60 persen penduduknya berusia di bawah 30 tahun, para generasi muda Iran menggunakan teknologi ponsel dan VPN untuk melawan kontrol dari pemerintah. Contohnya Telegram, sebuah applikasi pesan enkripsi yang menjadi alat komunikasi yang populer untuk menyerukan ekspresi politik. Tapi generasi muda ini juga harus berhadapan dengan penyensoran internet dan ulama agama fundamentalis yang hobi mengatur moralitas. Bahkan ketika dipimpin presiden yang lebih liberal seperti Rouhani, Facebook dan Twitter masih dilarang di Iran.

Iklan

"Orang Iran sangat sadar teknologi, mereka siap menyambut perubahan."

Dalam memperjuangkan kebebasan dan pemenuhan hak demokratisnya, beberapa penduduk Iran mengambil ide dari Sillicon Valley lantas mengaplikasikannya ke jalanan Teheran. Mereka mengubah app-app tersebut sebagai alat untuk memajukan kesehatan, edukasi dan dialog. Dibangun oleh penduduk Iran di dalam negeri dan di luar, ada harapan bahwa applikasi-applikasi ponsel ini dapat membawa hasil, terutama ketiak protes dan advokasi tidak terlalu sukses.

"Mereka ingin Iran terbuka, tujuan ini sudah jelas," kata Firuzeh Mahmoudi, salah satu pendiri United 4 Iran (U4I), sebuah organisasi non-profit berbasis AS yang berusaha untuk mendorong hak-hak sipil warga Iran lewat teknologi. "Penduduk Iran sangat fasih teknologi, mereka sudah siap."

Di Oslo Freedom Forum (OFF), sebuah konferensi HAM tahunan, Mahmoudi menjelaskan ke saya bagaimana teknologi di negaranya digunakan sebagai alat untuk menyerukan ketidakpuasan politik. Mahmoudi sendiri berdarah Iran biarpun dibesarkan di AS. Dia mengatakan bahwa pemerintah Iran kini menganggap dirinya sebagai "buronan anti-revolusioner" akibat pandangan dan aktivitas politiknya.

Sejauh ini ada 20 juta pengguna smartphone di Iran, dengan pertumbuhan 1 juta pengguna baru setiap bulannya. Tentu saja Mahmoudi bukanlah satu-satunya yang mengandalkan teknologi untuk meraih perubahan. Banjirnya app-app baru yang ditargetkan untuk warga Iran dan hak-hak mereka menjelaskan impian mereka untuk memperjuangkan hak-hak sipil.

Iklan

Menghindari Polisi Moral

Satu app yang telah meraih sukses semenjak dirilis adalah Gershad. Aplikasi ini membantu pengguna menghindari Gasht-e Ershad (patroli pembinaan), atau "polisi moral" di Iran. Satuan polisi de facto ini bertugas menangkap siapapun yang dianggap tidak berpakaian pantas, atau melanggar nilai-nilai agama Islam, seperti yang dilaporkan Iran Wire. Berdasarkan data sejauh ini, lebih banyak perempuan dihukum polisi moral dibanding laki-laki, mengingat salah satu tugas utama polisi moral adalah untuk memastikan perempuan mengenakan hijab sesuai syariat Islam.

App ini adalah hasil crowdsource dan mengambil informasi dari para penggunanya, mirip dengan applikasi penunjuk jalan Waze. Gershad membiarkan para penggunanya untuk mengindikasikan lokasi di peta, membantu pengguna lainnya menghindari rute bertemu dengan polisi moral.

pengembang Gershad, yang merahasiakan identitasnya demi melindungi pengguna dan penciptanya, menjelaskan di situs mereka bahwa ide ini muncul karena banyak penduduk Iran dipermalukan oleh Gasht-e Ershad. Kesal terhadap "ketidakadilan ini", mereka mengembangkan sebuah app sebagai solusi. "Kenapa juga kami harus dipermalukan karena memiliki hak untuk memilih pakaian untuk dikenakan?" tulis situ smereka.

App ini diunduh lebih dari 16.000 kali beberapa jam setelah dirilis, menurut penciptanya. Dan biarpun app ini segera diblok oleh pemerintah, para pengguna yang fasih teknologi masih bisa menggunakan VPN. Tahun lalu, app ini memenangkan penghargaan Bobs 2016 Tech for Good.

Iklan

Tinder Untuk Pemilu

Sandoogh96, diterjemahkan sebagai Memilih17 (2017 adalah 1396 di kalender Iran), merupakan sebuah app yang diluncurkan sesaat sebelum pemilu Mei lalu. App ini terinspirasi oleh applikasi kencan Tinder, yang memberi kesempatan penggunanya untuk men-swipe kanan pengguna lain apabila mereka tertarik, atau men-swipe kiri apabila tidak. Nah bedanya, alih-alih men-swipe demi mendapatkan kencan, Sandoogh96 membiarkan penggunanya men-swipe politikus yang menjunjung nilai sesuai dengan mereka.

Screenshot dari aplikasi Sandoogh96. Sumber: situs Sandoogh96

App ini memiliki beberapa pilihan berbeda seperti: "Saya ingin pemblokan internet dihapuskan" atau "LGBT mestinya memiliki hak yang sama dengan semua orang." Preferensi politik pengguna akan menghasilkan sederetan kandidat yang sesuai dengan nilai yang mereka junjung. Salah satu fitur terbaik app ini adalah fitur "menemukan yang cocok", yang membantu pemilih menemukan kandidat yang menjunjung nilai yang sesuai dengan mereka di dalam enam kategori besar termasuk ekonomi, kultur, hak perempuan dan kebijakan luar negeri.

Sandoogh96 dikembangkan melalui Irancubator, sebuah proyek yang diciptakan oleh U4I untuk mengembangkan teknologi sipil dengan anggota komunitas. App ini diciptakan oleh IranWire, sebuah organisasi media yang menulis berita tentang Iran dalam bahasa Inggris, dan Small Media, sebuah lab penelitian London yang berspesialisasi dalam proyek-proyek HAM di Iran.

App Untuk Perempuan Datang Bulan

Salah satu app lain yang digodok lewat Irancubator adalah HamDam, diterjemahkan sebagai "persahabatan." Ini adalah app tracking-datang bulan pertama yang membiarkan penggunanya menggunakan kalender Persia.

HamDam mencakup fitur tracking ovulasi dan period yang sudah umum, tapi juga menambahkan informasi tambahan tentang hak reproduksi para perempuan Iran. Ini penting, karena edukasi seks di Iran sangat terbatas dan hanya diberikan bagi pasangan straight yang hendak menikah, menurut kepala proyek HamDam, Soudeh Rad.

Iklan

Rad menjelaskan bahwa edukasi seks biasanya juga bias dan hanya berfokus terhadap kenikmatan pria. App ini ditujukan untuk menyeimbangkan informasi bagi kedua gender. "Seksualitas perempuan merupakan subyek penindasan di seluruh dunia, dan berhubungan dengan perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak mengontrol tubuhnya sendiri," ujarnya.

Informasi legal di app ini bertujuan membantu perempuan untuk melindungi diri sebelum menikah. Mahmoudi menjelaskan bahwa di Iran, sertifikat pernikahan juga bisa berfungsi sebagai perjanjian pra-nikah, dan apabila sang perempuan tidak memasukan klausul yang memberikan kedua belah pihak hak yang sama, dalam kasus perceraian, sang perempuan tidak akan memiliki banyak kekuatan. Jadi, apabila sang suami ternyata orang yang kasar, si perempuan akan dipaksa memilih antara kehilangan hak milik anaknya atau terus menjadi korban pelecehan.

U4I mengatakan bahwa app ini telah diunduh lebih dari 130.000 kali, menurut pencipta HamDam. Situs mereka dilihat lebih dari 1,5 juta kali.

Aplikasi Melindungi Perempuan Dari Kekerasan Seksual

Aplikasi Toranj terinspirasi oleh app Circle of 6, app AS yang didesain untuk melindungi anak kampus dari kekerasan seksual. Dalam versi ini, seorang perempuan dapat memperingatkan teman-teman dekatnya apabila dia berada dalam bahaya. Teman-teman dekat akan menerima lokasi persis sayg pengguna dan memiliki opsi untuk mengintervensi, entah dengan cara menelpon atau menelpon polisi.

Di Iran, sekitar 63 persen dari semua perempuan adalah korban kekerasan psikologis, seksual atupun verbal. Kebanyakan perempuan enggan melapor ke polisi karena berbagai alasan: rasa bersalah, atau takut dipersulit secara ekonomi. Namun teknologi merusaha menjadi penyelamat: Toranj meniru Circle of 6 dalam konteks masyarakat Iran, dan memiliki informasi serupa yang ditampilkan di HamDam.

Iklan

Pengguna memakai aplikasi Toranj.

App ini dikembangkan dengan kolaborasi bersama pengacara asal Kurdi, Shadi Shad, yang sering menangani kasus pelecehan. Yang memperparah situasi, menurutnya adalah "kurangnya edukasi sosial dan diabaikannya perilaku semacam ini yang sudah mendarah daging dalam masyarakat Iran—kebodohan yang terus mendorong terciptanya pola pembenaran bagi para partner yang kasar."

Seorang pengguna yang juga seorang dokter mengirim surat mengharukan ke tim Toranj, menggambarkan pengalamannya sebagai seorang istri yang dilecehkan selama 20 tahun belakangan. Biarpun dia memilih merahasiakan identitas, pengakuan ini merupakan bukti teknologi bisa digunakan untuk menangkal isu pelanggaran hak sosial dan HAM.


Banyak app yang ditujukan untuk generasi muda Iran ini mustahil diciptakan di dalam negara tersebut karena adanya penyensoran dan isu akses yang mereka alami. Banyak app pendukung hak sipil ini dikembangkan oleh warga Iran yang tinggal di negara lain dan tidak bisa kembali ke tanah air mereka untuk alasan keamanan. Dalam kasus ini, teknologi berperan sebagai jembatan, menyebarkan aktivisme mereka menyebar dalam kehidupan sehari-hari warga Iran.