The VICE Guide to Right Now

Kegemaran Nonton Bokep dan Netflix Menyumbang Polusi CO2 Parah Lho

Streaming video terkesan tak berdampak secara fisik, tetapi sebetulnya memerlukan banyak listrik. Jika kalian peduli lingkungan, mulai kurang-kurangi lah durasi nontonnya.
Gavin Butler
Melbourne, AU
JP
Diterjemahkan oleh Jade Poa
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Kegemaran Nonton Bokep dan Netflix Menyumbang Polusi C02 Parah Lho
Foto ilustrasi via PXHERE (kiri) dan PIXABAY (kanan)

Mungkin sudah waktunya kita mengurangi durasi nonton pornografi dan Netflix. Menurut penelitian baru dari lembaga think-thank Prancis The Shift Project, kegiatan streaming video online memproduksi setara 300 juta ton karbon dioksida per tahun. Situs-situs pornografi dan streaming menyumbang 100 juta ton sendiri dari total angka perkiraan tersebut.

Negara-negara seperti Belgia, Bangladesh, dan Nigeria masing-masing menghasilkan emisi 100 juta ton CO2 per tahun—jumlah ini menurut para peneliti setara dengan aktivitas menonton pornografi online di seluruh dunia. Seiring makin meningkatnya kualitas video untuk streaming, dampak polusinya juga akan bertambah buruk.

Iklan

Sebetulnya, keputusan manusia beralih ke media “nonfisik” lebih ramah lingkungan ketimbang media tradisional. Streaming mengurangi sampah plastik dan kertas. Makanya, ketika konsumen beralih ke Spotify, alih-alih membeli CD dan piringan hitam, kalian tentunya mengurangi sampah plastik.

Hanya saja, video online belum sepenuhnya terdematerialisasi. Setiap noton season terbaru Stranger Things dan mengintip bokep Mia Khalifa malam-malam, komputer kalian terhubung dengan pusat data yang disalurkan lewat kabel, serat optik, dan modem fisik. Semua perangkat tersebut membutuhkan listrik, yang proses membangkitkannya menghasilkan CO2.

Efek samping ini juga berlaku untuk segala bentuk media online. Namun, masalah terbesar video pornografi adalah tingginya permintaan di semua negara. Video merupakan medium informasi digital yang relatif padat. Dengan kenaikan jumlah orang yang menggunakan layanan streaming, jumlah listrik yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen terus melonjak. Pada 2017, jurnalis Atlantic Matt Kessler melaporkan: "jika perkiraan ahli pornografi akurat, kemungkinan digitisasi justru meningkatkan konsumsi pornografi, sehingga efek dematerialisasi tak terjadi karena produksi karbonnya tetap tinggi."

"Internet mendorong orang menghabiskan waktu sesukanya menonton pornografi di internet, sampai kegiatan tersebut malah menjadi tidak ramah lingkungan."

Penulis laporan The Shift Project memperkirakan produksi maupun konsumsi video streaming bertanggung jawab untuk 20 persen emisi rumah kaca dari perangkat digital, serta menyumbang 1 persen kepada seluruh emisi rumah kaca global.

Iklan

Para peneliti menghitung jumlah penonton video internet global menggunakan data dari perusahaan teknologi Cisco dan Sandvine dari 2018, lalu memperkirakan berapa banyak listrik dibutuhkan agar data video tersebut tersalurkan kepada ponsel, TV, dan laptop. Setelah itu, mereka memperkirakan jumlah karbon yang dihasilkan aktivitas tersebut.

Temuan mereka menunjukkan situs bokep menyumbang 27 persen dari semua lalu lintas video online di dunia. Pada 2018, jumlah CO2 dari aktivitas streaming pornografi setara dengan yang dihasilkan seluruh rumah tangga Prancis. Sementara itu, emisi gas rumah kaca tahunan dari layanan video-on-demand seperti Netflix atau Amazon Prime kira-kira setara emisi karbon negara Chile. Chris Preist, dosen teknologi berkelanjutan di University of Bristol, saat diwawancarai New Scientist memberi perkiraan tak jauh beda dari kajian di atas. Bedanya, dia punya solusi agar kegemaran kalian nonton bokep ataupun netflix tak menyumbang lebih banyak emisi karbon.

"Cara terbaik adalah upayakan agar kamu jarang upgrade perangkat, beli gawai baru, dan tak menuntut kualitas super cepat dan resolusinya bagus," urai Chris. Lalu, apa lagi yang bisa kita lakukan agar hobi nonton tidak semakin merusak lingkungan?

Para peneliti menyarankan kita sebaiknya beralih ke gaya hidup "digital sobriety". Kita harus menyetting kualitas video serendah mungkin, mengurangi durasi nontonnya, atau "menjadi lebih selektif soal tontonan." Dengan kata lain, sudah saatnya kita berhenti buka 10 tab video dengan resolusi 4K. Peneliti juga menekankan bila "desain adiktif agar orang buka video terus" dari situs-situs tersebut, seperti video dala format embbed atau format autoplay "tidak sesuai dengan gaya hidup digital sobriety." Mereka mendorong distributor dan penyedia layanan streaming untuk menerapkan sistem membatasi lalu lintas tak perlu.

Perlu diingat, semua angka dalam laporan tersebut hanya perkiraan saja. Namun, tak ada salahnya kita menjadi konsumen video yang moderat dan menahan nafsu pornografi demi planet Bumi yang lebih baik. Sebagaimana dikatakan dosen besar Indiana University Nathan Ensmenger kepada The Atlantic: "Server Pornhub menyerap listrik dalam jumlah besar, tetapi tak ada satupun dari kita membayar tagihan listrik yang memengaruhi perilaku kita itu."

Intinya, para penggemar 3gp di Tanah Air jelas lebih ramah lingkungan daripada yang nonton bokep dalam format 4K.

Follow Gavin di Twitter atau Instagram

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.