FYI.

This story is over 5 years old.

Sejarah Penting

Sejarah Pemanfaatan Tahi Sebagai Senjata

Semua bagian tubuh manusia bisa menjadi senjata. Gigi, tangan, siku, kepala. Semuanya deh. Wajar dong kalau kita bertanya: pernahkah tinja dimanfaatkan sebagai senjata?

Artikel ini pertama kali tayang di VICE US.

Tempo hari saya teringat sebuah komentar di artikel lama saya untuk VICE. Saya engga ingat persisnya bagaimana, tapi intinya si pemberi komentar ingin meninggalkan e'eknya di luar rumah semalaman agar membeku, lalu memakai tahi itu sebagai senjata buat menusuk saya sampai modar.

Saya jadi kepikiran, pernahkah seseorang mencoba membunuh orang lain pakai e'ek? Pasti ada deh. Maksudku, orang-orang kan sering mengamuk dan menggunakan benda apapun di sekitar mereka untuk meluapkan amarah. Sementara tinja pada dasarnya adalah senjata tersembunyi yang kita bawa kemana-mana dalam perut. Masalahnya saya belum pernah mendengar contoh kasus seseorang diserang dengan tokai di dunia nyata. Saya pernah membaca kasus-kasus orang-orang menggunakan gigi, tetek, tangan, lutut, kaki, sikut, dan kepala sebagai senjata. Jadi, wajar dong kalau kita memperkirakan tinja juga bisa dijadikan senjata. Saya memutuskan untuk menggali data dari berbagai sumber. Ternyata insting saya terbukti. Orang-orang pernah mencoba membunuh satu sama lain pakai tinja. Berikut ini adalah sejarah kronologis (yang belum lengkap) yang bisa saya kumpulkan mengenai sejarah pemanfaatan tinja manusia sebagai senjata.

Iklan

TAHI MERUPAKAN SENJATA KIMIA PALING AWAL

Terlepas dari fakta manusia sampai beberapa abad lalu belum terlalu ngeh tentang penyebaran penyakit lewat tinja dan cairan tubuh lainnya, ada beberapa contoh kejadian ketika orang-orang menggunakan e'ek sebagai senjata biologis primitif. Contoh paling awal yang saya bisa temukan adalah strategi orang-orang Scythians, penduduk Eurasia nomaden yang hidup sekitar abad ke-9 SM hingga abad ke-4 Masehi. Salah satu spesialisasi mereka selama perang adalah penggunaan panah beracun, yang menurut buku Greek Fire, Poison Arrows, and Scorpion Bombs: Biological and Chemical Warfare in the Ancient World, dilumuri campuran bisa ular, bangkai ular, darah manusia, dan tinja.

Panah-panah tersebut, jika tertancap pada tubuh manusia, dapat menyebabkan tetanus (dari darah dan e'ek) serta beragam infeksi lainnya yang disebabkan oleh bisa ular. "Bahkan orang-orang yang tidak terluka karena racunnya dapat tetap tersiksa karena bau busuk panah tersebut," ujar Strabo, seorang sejarawan Yunani. Lambat laun, di Abad Pertengahan, tinja korban wabah dilemparkan melewati tembok istana menggunakan katapel sebagai upaya menjangkiti penduduk di dalam istana. Di Cina abad ke-12, versi lebih canggih ketapel e'ek telah digunakan, sebagaimana ditulis oleh Stephen Turnbull dalam bukunya Siege Weapons of the Far East (1): AD 612-1300. Senjata tersebut, yang disebut si penulis sebagai "bom kotoran" adalah jenis senjata peledak dibuat oleh tali rami yang diisi bubuk mesiu, tinja manusia, serta racun. Bom itu lantas dipanaskan sebelum diarahkan kepada musuh. Tradisi ini, digunakan oleh orang-orang dengan pilihan terbatas sehingga menggunakan tinja sebagai substansi untuk mempermalukan dan menjangkiti wilayah musuh dengan penyakit, masih berlangsung hingga kini. Surat kabar  LA Times melaporkan kasus narapidana Los Angeles memakai tokai melempari sipir meningkat lima kali lipat. "Narapidana kadang mencampurkan tinja ditambah agar-agar buah agar lebih mantap ketika diarahkan kepada target," tulis berita tersebut. "Mereka menggunakan kemasan saus pedas Tapatio. Karton susu digunakan sebagai wadah dan terkadang sebagai peluncur untuk mengirim peluru tokai melalui celah sempit."

Iklan

SEMPROTAN TAHI MILITER SEKUTU

"Who Me" adalah senjata rahasia yang dikembangkan oleh Office of Strategic Services (kini berfungsi sebagai lembaga intelijen AS) selama Perang Dunia II. Meski senjata ini tidak benar-benar mengandung tinja, Who Me amat terinspirasi oleh tinja manusia, jadi saya masukkan saja deh ke dalam daftar. Senjata sebenarnya adalah kandungan kimia berbau busuk yang dikirimkan kepada anggota French Resistance dalam alat penyemprot mungil. Tujuan alat ini adalah untuk menyemprotkan petugas Jerman dan mempermalukan mereka di hadapan kolega-kolega mereka. Mereka akan bau seakan-akan kentut terus-terusan karena menahan boker. "Bayangkan saja tong sampah raksasa yang dibiarkan di jalanan, di bawah sengatan sinar matahari, dalam waktu yang lama. Nah, begitulah kualitas bau Who Me," kata Pam Dalton, pakar psikologi kognitif, saat diwawancarai Jurnal New Scientist edisi 2001. Who Me terbukti tidak sukses karena, ya jelas lah, mustahil meluncurkan substansi kimiawi yang berbau busuk tanpa menyebarkan bau tersebut ke sekitar lokasi laboratoratorium. Orang-orang yang menyemprotkan Who Me juga akan kecipratan baunya. Engga jelas apakah senjata tersebut pernah digunakan dalam peperangan. Tapi jika pernah digunakan, saya rasa korban-korbannya bakal jengkel sedikit.

PISAU BERBAHAN TOKAI DARI KANADA

Sejauh pengetahuan saya, rupanya sudah ada satu kasus terdokumentasi manusia menggunakan pisau e'ek beku. Wade Davis, antropolog dan peneliti etnografi dari Vancouver, Kanada, beberapa kali mengisahkan kebiasaan orang tua Suku Inuit yang membentuk e'eknya menjadi pisau agar bisa kabur dari kawasan reservasi Indian. Wades menyatakan kisah ini dia dengar dari keluarga Indian yang dia temui saat berada di Arctic Bay, sebuah komunitas Inuit, Kanada Utara. Pada era 50-an, pemerintah Kanada memaksa orang-orang Inuit masuk kamp pengasingan di area daratan tinggi kutub utara. Keluarga Arctic Bay mengkalim bahwa kakek mereka tidak mau direlokasi dan memutuskan untuk menentang perintah pemerintah dan menetap.
Keluarga tersebut, karena khawatir kakek-kakek mereka menghadapi permasalahan jika menolak mematuhi pemerintah, menyita senjata-senjata dan peralatan perang si kakek sebelum meninggalkannya sendirian di dalam igloo dengan dua ekor anjing.

Mereka melakukan hal tersebut supaya si kakek merasa tidak punya pilihan selain menyusul ke utara. "Kamu ngerti lah," ujar Wade saat membahas pisau tokai beku ini di Ted Talk 2007. "Orang Inuit tidak takut dingin, jadi mereka memanfaatkan cuaca dingin membuat macam-macam perkakas, termasuk senjata." "Eh ternyata, si kakek malah keluar igloo, melorotin celananya, dan menadahi e'eknya dengan tangan. Setelah e'eknya membeku, dia membentuknya menjadi pisau," ujar Wade. Ketika pisau tinja itu sudah jadi, si kakek menyembelih seekor anjingnya. Setelah itu, menurut serial televisi Canada: A People's History, si kakek menguliti anjingnya, menggunakan bulu anjing sebagai mantel dan rusuk anjing sebagai kereta luncur, dan membuat senjata dari e'eknya. Setelah dia dan anjing lain makan daging si anjing malang satunya, si kakek menaruh pedang e'ek di sabuknya, lalu kabur pagi-pagi buta.

Iklan

TONGKAT PUNJI VIETNAM

Selama Perang Vietnam, para Viet Cong memanfaatkan senjata sederhana namun efektif (walau menjijikan sih) yang dinamai tongkat punji. Tongkat punji ini dibuat dari batang bambu yang ditajamkan lalu dicelupkan dalam gundukan tinja manusia (atau terkadang racun dari tumbuhan atau hewan). Bambu-bambu tersebut ditempatkan di tanah dan ditutupi oleh dedaunan atau pintu jebakan, supaya musuh terkecoh dan jatuh tepat di kubangan. Tongkat-tongkat tersebut tidak serta-merta menusuk musuh hingga mati, tapi menurut saya, musuh pasti jengkel jika tertusuk tongkat penuh tokai.

MERIAM TOKAI DARI RUSIA

Aleksandr Georgievich Semenov, seorang penemu Rusia mendaftarkan sebuah hak paten di pada 2009 yang dia beri nama "Method of Biowaste Removal From Isolated Dwelling Compartment." Senjata yang didaftarkan itu adalah alat yang bisa membuat tank-tank menembakkan tokai manusia. Idenya dasarnya ketika seorang prajurit di dalam tank perlu boker, mereka akan melakukannya di wadah khusus yang bisa menampung banyak tokai berisi bahan peledak. Mereka lalu diminta menempatkan wadah tersebut ke dalam meriam tank dan menembakkannya ke arah musuh agar sasaran terlumuri tokai. Senjata semacam ini, menurut Semenov, amat berguna bagi dua alasan. Pertama, meriam ini dapat menghilangkan tokai manusia dari tank, sehingga para prajurit tidak perlu kebauan atau menahan boker dalam waktu yang lama. Kedua, meriam itu dapat melumuri para musuh dan sekeliling mereka dengan tokai, sesuatu yang dideskripsikan si penemu saat diwawancarai the Guardian akan memberi musuh "dampak politis dan psikologis."

SUNTIKAN TINJA ARIZONA

Dua tahun lalu, mantan perawat berusia 65 tahun bernama Rosemary Vogel dari Chandler, Arizona, didakwa percobaan pembunuhan tingkat satu. Dia menyuntikkan tinja ke dalam tubuh suaminya. Suaminya, Philip, sedang dalam masa penyembuhan setelah operasi jantung di Chandler Regional Hospital. Saat itu, para perawat mendengar alarm yang menandakan infusnya bermasalah. Ketika memasuki kamar rawat inap, para perawat mendapati Rosemary sedang mengutak-atik infus Philip. Setelah pemeriksaan, mereka menemukan substansi berwarna kecokelatan di selang infus. Setelah diuji lab, ternyata itu adalah tinja. Ketika Rosemary hadir di persidangan, suaminya datang membela sang istri. "Ada semacam keputusasaan psikologis pagi itu," menurut kesaksian si suami. "Itu bukan karakter Rosemary." Rosemary, yang tidak ingat apa-apa soal insiden tersebut, mengaku bersalah. Sang hakim, yang percaya Rosemary mengalami semacam gangguan mental pada saat kejadian, bersimpati lantas memberikan hukuman penjara hanya pada akhir pekan selama satu tahun.

Insiden di Arizona AS itu bukan kali pertama seseorang dituduh memasukkan tinja ke dalam selang infus. Pada 2005, Stephanie McMullen dari Wilmington, Delware (yang anehnya juga terdaftar sebagai perawat seperti Rosemary) dituduh melakukan tindakan tersebut terhadap anak laki-lakinya yang berusia dua tahun. Pertengahan 1990-an, Kathy Bush menarik perhatian nasional karena sengaja membuat anaknya sakit dengan cara memasukkan e'ek ke dalam infusnya. Lalu, pada 2014 seorang perempuan di West Virginia tertangkap basah dari kamera CCTV melakukan hal serupa kepada anaknya yang berusia sembilan tahun. Ada pula upaya dalam beberapa tahun terakhir yang menggunakan tinja sebagai racun yang tidak dimasukkan lewat urat nadi. Dekade 80-an, penyebaran parasit usus di Kota Edinburgh berawal dari seseorang yang sengaja menyuntikkan e'ek ke dalam tangki air gedung apartemen. Pada 2010, seorang remaja di California meracuni ibunya menggunakan gabungan tahi anjing dan insektisida ke dalam makanan. Untung sang ibu selamat.

Demikianlah, hasil temuan saya terkait data sejarah orang-orang yang pernah menggunakan e'ek sebagai alat buat menyakiti makhluk hidup lain. Saya harap membaca artikel ini berfaedah bagi hidup kalian.