Penyiksaan Binatang

Ikut Sabung Ayam, Lelaki India Tewas Terbunuh Ayamnya Sendiri

Lelaki di Telangana itu selangkangannya tak sengaja tertusuk pisau tujuh cm di ceker jagonya. Kasus kematian tragis sekaligus unik ini menguak praktik sabung ilegal di India.
Pallavi Pundir
Jakarta, ID
Dua ayam bertarung
Dua ekor ayam bertarung dalam acara sabung ayam di wilayah timur laut India, Assam, pada Januari 2021. Foto: Anuwar Hazarika/Getty Images

Lelaki 45 tahun dari Telangana, India selatan, tewas dalam acara sabung ayam ilegal akhir pekan lalu. Bernama T Sathaiah, peternak ayam itu mengalami pendarahan hebat usai selangkangannya tertusuk pisau tujuh centimeter yang dipasang pada ceker ayam jago miliknya.

Kematian Sathaiah menunjukkan betapa populer dan sadisnya praktik tersebut. Meski sudah dilarang sejak 1960, masih banyak masyarakat India yang melestarikan tradisi kontroversial ini.

Iklan

Sabung ayam adalah sumber hiburan utama bagi penduduk desa India selama musim panen yang dingin. Politikus Raghurama Krishna Raju asal Andhra Pradesh di selatan India sangat vokal mendukung praktiknya.

“Sabung ayam sudah ada sejak ribuan tahun lamanya. Bahkan ada sabung ayam antar kerajaan di masa lalu,” Raju memberi tahu VICE World News. Menurutnya, permainan berdarah ini telah menjadi bagian dari budaya India.

Pada 2018, Raju berjuang mengakhiri larangan sabung ayam di Andhra Pradesh. Tempat tinggalnya, distrik Godavari Barat, terkenal akan gelaran sabung ayam yang meriah. “Beternak ayam jago untuk bertarung adalah satu-satunya sumber pendapatan bagi banyak orang,” lanjutnya. “Olahraga ini sangat luar biasa, tapi memasang pisau memang menambah unsur kekejaman. Olahraga ini pasti akan diterima secara luas jika tidak menggunakan pisau.”

Ceker ayam yang dipersenjatai pisau. Foto: Getty Images

Ceker ayam yang dipersenjatai pisau. Foto: Getty Images

Di India, sabung ayam diselenggarakan dalam format karnaval. Ada medan pertempurannya sendiri, serta taruhan yang bernilai jutaan dolar. Alkohol mengalir tanpa henti sepanjang acara. Para pemenang akan membawa pulang hadiah uang tunai, sedangkan yang kalah… ayamnya mati.

Raju menyebut kekejaman merupakan daya tarik sayembara ini. Ayam bertarung sampai mati tanpa bantuan pemilik sama sekali. 

“Orang membunuh ayam untuk dimakan. Itu juga termasuk kekerasan [terhadap hewan],” dia berkilah.

Iklan

“Olahraga ini tidak terlalu berisiko seperti ‘Jallikattu,’” tukasnya, mengacu pada kompetisi menaklukkan banteng yang populer di India.

Aktivis pelindung hewan telah mengutuk keras sabung ayam. Siapa saja yang tertangkap basah melakukan kekejaman terhadap hewan wajib membayar denda sedikitnya 50 Rupee (Rp9,7 ribu).

Namun, praktik tersebut tak hanya mematikan bagi hewan yang diadu, tetapi juga bagi para pemiliknya.

Lukisan berjudul ‘Kolonel Mordaunt Menyaksikan Sabung Ayam di Lucknow” pada 1790.

Lukisan berjudul ‘Kolonel Mordaunt Menyaksikan Sabung Ayam di Lucknow” pada 1790. Lukisannya menggambarkan pejabat dan administrator India Timur yang duduk dan berdiri di bawah tenda besar. Di depan mereka, dua ekor ayam sedang bertarung. Pemilik ayam lainnya tampak menunggu gilirannya. Lukisan ini milik Warren Hastings, gubernur jenderal pertama di India. Foto: ANN RONAN PICTURES/PRINT COLLECTOR/GETTY IMAGES

Tiga warga India tewas terbunuh ayam yang diadu sepanjang tahun lalu. Pada Januari 2020, lelaki 50 tahun tewas tertusuk pisau sebelum pertarungan dimulai. Sebulan kemudian, lelaki 25 tahun meregangkan nyawa di Benggala Barat setelah ayam jago merobek pergelangan kakinya. Pada Juni, joki ayam jago di Tamil Nadu, India selatan, tewas kehabisan darah usai pahanya tertusuk ayam yang mencoba kabur.

Shreya Paropkari dari Humane Society International, organisasi yang memperjuangkan kesejahteraan hewan, tidak setuju dengan pernyataan Raju bahwa sabung ayam adalah tradisi India.

“Orang sering disesatkan oleh anggapan sabung ayam adalah tradisi India,” terangnya. “Musim festival — sabung ayam biasanya diadakan selama festival — dipenuhi dengan makanan tradisional yang lezat dan rangoli penuh warna (seni lukis lantai India). Tapi sabung ayam dijajakan sebagai budaya, padahal menumpahkan darah dan taruhan bukanlah budaya India.”

Iklan

Taruhan juga dilarang di India, tapi pertarungan ayam jago tidak lengkap tanpanya. Praktik sabung ayam di Andhra Pradesh bernilai $130 juta atau setara Rp1,8 triliun, terlepas dari larangan yang berlaku.

“Sebagian besar peserta adalah petani yang tidak punya pendapatan tetap,” Paropkari melanjutkan. “Banyak yang menghabiskan penghasilan mereka sepanjang tahun dengan harapan bisa menang taruhan. Tapi siapa yang bisa jamin mereka akan menang?” 

Empat lelaki India menonton sabung ayam. Masing-masing memeluk ayam jago mereka.

Penonton sabung ayam di Benggala Barat, India. Foto: Getty Images

Olahraga sabung ayam mungkin bersifat ilegal, tapi sayembara ini diiklankan secara terbuka di surat kabar dan iklan TV Andhra Pradesh.

Pihak berwenang India kerap menutup mata dan telinga ketika acaranya didukung politikus. Pada 2018, pejabat polisi membeberkan kepada surat kabar The Hindu, pihak berwajib berusaha membatalkan pertandingan sabung ayam beberapa hari sebelumnya, tapi acara tetap berlangsung karena ada “pengaruh politik”.

Dua lelaki siap mengadu ayam mereka.

Dua lelaki siap mengadu ayam mereka. Foto: Getty Images

Berbagai organisasi seperti Humane Society International berusaha melacak setiap sabung ayam yang diadakan di India. Menurut Paropkari, acara ini bahkan disiarkan langsung supaya penonton bisa melakukan taruhan secara online.

Aktivis hewan menyayangkan polisi yang hampir tidak pernah menghukum panitia. Mereka membubarkan acara, tapi penyelenggara dibiarkan lolos.

Paropkari berujar, sabung ayam menyuburkan aktivitas ilegal lain seperti mempekerjakan anak kecil. “Anak-anak disuruh menyajikan alkohol dan makanan kepada para penonton. Mereka juga diperintahkan membersihkan darah setelah pertandingan, dan mencabuti bulu ayam jago yang mati untuk kenang-kenangan pemenang,” tuturnya.

“Setidaknya ada 10 jenis kejahatan yang berkaitan dengan sabung ayam. Kejahatan ini tidak terjadi secara terpisah.”

Follow Pallavi Pundir di Twitter.