Epidemi Coronavirus

Masih Terisolasi, WNI dan Warga Wuhan Saling Menyemangati Lewat Seruan 'Wuhan, Jia You!'

Solidaritas ini direkam mahasiswa Indonesia yang terjebak di Kota Wuhan. Mereka masih belum bisa dipulangkan karena kebijakan preventif Tiongkok.
Masih Terisolasi, WNI dan Warga Wuhan Saling Menyemangati Lewat Seruan 'Wuhan, Jia You!'
Warga Tiongkok kini keluar rumah selalu mengenakan masker akibat persebaran wabah coronavirus dari Wuhan. Foto oleh Nicolas Asfouri/AFP

Memasuki hari keenam isolasi Kota Wuhan oleh pemerintah Tiongkok akibat wabah virus corona, tersebar video penduduk Wuhan yang bikin hati ini menangis haru. Pada rekaman video yang terunggah Senin (27/1) malam di media sosial Weibo, nampak penduduk Wuhan saling berteriak “ Wuhan, Jiayou!” yang bisa diartikan sebagai “Wuhan, semangat!” dari tempat tinggal mereka masing-masing. Tujuannya jelas, untuk saling menguatkan agar moral mereka tidak turun di tengah korban yang terus berjatuhan. Per hari ini (29/1), virus corona baru (2019-nCoV) telah menginfeksi 6.062 orang (naik 31 persen dibanding kemarin) dan menewaskan 132 orang (meningkat 24 persen).

Iklan

Beredarnya video tersebut membuat frasa “ Wuhan, Jiayou!” langsung trending di Weibo, dan Twitter ketika video tersebut diunggah ulang. Per 29 Januari, “Wuhan Jiayou” masih menjadi trending topic di Indonesia karena dicuitkan lebih dari 12 ribu kali. Apa yang dimulai dari balkon kamar menggema melewati batas negara.

Ayu Larasati mahasiswa asal Indonesia di Wuhan, merekam fenomena mengharukan ini. “Saya denger teriakan itu kemarin malam (27 Januari). Merinding. Merinding campur haru. Enggak nyangka aja ternyata kita bisa saling kasih semangat lewat teriakan itu. Bener-bener rame, banyak banget yang teriak Jiayou,” kata Ayu kepada Kumparan.

Data Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Wuhan mencatat sebanyak 428 mahasiswa Indonesia tengah menempuh pendidikan di Wuhan, 93 di antaranya kini masih terjebak dalam isolasi. Sampai saat ini, laporan kondisi kesehatan para mahasiswa masih baik dan tidak satu pun yang terkena virus. Dalam keterangan tertulisnya, PPI menginformasikan bahwa semua mahasiswa selalu dalam pantauan kampus. Mereka secara rutin diberikan masker, sabun cair, dan termometer gratis.

Yuliannova Chaniago, mahasiswa doktor asal Indonesia di Wuhan, mengatakan menunggu lockdown selesai sembari saling menguatkan adalah satu-satunya cara yang bisa dilakukan.

"Sampai saat ini kita belum mendapatkan kabar apa-apa (tentang kapan lockdown berakhir). Tapi, orang Indonesia di sini itu saling support, kita kasih semangat, itu yang kami lakukan di sini," ujar Yuliannova.

Iklan

Mahasiswa S-2 jurusan psikologi terapan di China University of Geosciences Wuhan bernama Rio Alif mengatakan kampus dan KBRI Tiongkok intens bekerja sama memasok stok makanan untuk para penduduk yang terisolasi. Saat ditanya soal kondisi sekitar Kota Wuhan oleh Tempo, Rio merasa apa yang dia lihat tidak seburuk apa yang diberitakan di media sosial.

"Saya tidak ke rumah sakit karena rumah sakit dijaga ketat. Dan sejauh ini saya belum menemukan orang-orang terkapar di lingkungan saya, seperti yang beredar di media sosial," ujar Rio kepada Tempo. Ia juga turut mengunggah video blog kondisi Kota Wuhan pasca-lockdown dan bisa ditonton di tautan ini.

Kisah yang bikin hati hangat kayak gini *ngetik sambil nangis* jadi pengingat buat kita yang di luar Wuhan bahwa kerja sama dan tolong-menolong lebih diperlukan sekarang ketimbang bikin hoaks, becandaan enggak sensitif, apalagi memanfaatkan situasi darurat ini buat pansos. Kok tegaaa :(

Sejauh ini Kementerian Luar Negeri Indonesia masih belum bisa mengevakuasi WNI di Wuhan. Sebab, proses evakuasi sangat tergantung kebijakan pemerintah Tiongkok. Pemerintah setempat masih membatasi pergerakan warga di kota-kota terdampak.

Juru Bicara Kemlu Teuku Faizasyah menginformasikan bahwa Indonesia sudah menyatakan keinginannya mengevakuasi warganya, namun semua keputusan ada di tangan pemerintah Tiongkok untuk mempertimbangkan apakah sudah evakuasi sudah bisa dilakukan atau belum, dan kalau dilakukan, bisa langsung ke negara asal atau sebaiknya ke wilayah Tiongkok lain terlebih dahulu. Yang jelas, Kemlu mengaku terus menjalin komunikasi intens dengan Tiongkok.

Sementara untuk pembatasan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia dan sebaliknya, Kemlu mengaku belum bisa menerapkan hal tersebut. "Sifatnya lebih kepada memberikan peringatan, advice, saran kepada mereka yang ingin atau telah merencanakan bepergian ke Tiongkok," ujar Menlu Retno Marsudi dikutip CNN Indonesia.