Seorang Fotografer Mengabadikan Keindahan Tubuh Pengidap Vitiligo
Semua foto diunggah seizin Brock Elbank.

FYI.

This story is over 5 years old.

Standar Kecantikan

Seorang Fotografer Mengabadikan Keindahan Tubuh Pengidap Vitiligo

Brock Elbank, nama fotografer itu, ingin memperkenalkan kecantikan tak terdeskripsikan dari mereka yang biasanya jadi korban stigma karena warna kulitnya belang-belang.

Artikel ini pertama kali tayang di i-D

Aku tidak akan pernah bisa melupakan momen pertamaku menyaksikan seorang pengidap vitiligo. Itu salah satu momen paling memalukan buatku. Kejadiannya di hari pertamaku masuk kelas 1 SMP. Guru mengajak kami sekelas bermain "saling mengenal teman." Kami dipasang-pasangkan, saling memunggungi. Permainan cukup sederhana: di hadapan teman barumu itu, setelah memutar badan dan berhadapan, kamu wajib memasang wajah selucu dan setolol mungkin untuk mengejutkan mereka.

Iklan

Ketika punggungku memutar dan bersiap melucu di hadapan pasanganku, betapa terkejutnya aku karena wajah dan tangannya penuh lingkaran merah jambu. Aku menjerit lalu secara refleks berusaha kabur ke mejaku. Kawanku itu, yang belakangan baru aku mengidap vitiligo, tertawa kencang. "Hahahaha, aku berhasil membuatnya takut," ujarnya santai.

Hari berikutnya, aku merasa bersalah sudah ketakutan. Aku menceritakan kondisi temanku pada ibu. Kupikir, dia sedang kena cacar atau apalah, dan aku merasa bersalah karena takut melihat orang sakit. Ibuku bilang teman sekelasku itu terlahir dengan kelainan kulit yang disebut vitiligo. Kelainan itu membuat mereka kehilangan sel pigmen di beberapa bagian tubuh. Akibatnya, akan ada belang-belang yang muncul. Tak peduli apa warna asli kulit etismu—baik itu kulit putih, kulit hitam, coklat, atau apalah—semua akan menjadi pucat pasi di bagian yang belang. "Itu bukan cacar, memang kulitnya seperti itu," kata ibu.

Sayangnya, orang yang bersikap sepertiku—ketakutan tanpa alasan menyaksikan pengidap vitiligo—ada banyak sekali. Kalaupun bukan takut, banyak orang merasa kurang nyaman. Di Amerika Serikat saja, sosok vitiligo berhasil meraih perhatian publik dalam budaya pop setelah Winnie Harlow, pengidapnya, berhasil tembus hingga babak final America’s Next Top Model.

Sementara ikon budaya pop lainnya, Michael Jakcson, hingga akhir hayatnya masih disalahpahami hanya karena mengidap vitiligo. MJ, sang raja pop, menjalani operasi plastik berulang kali karena tubuhnya belang-belang. Namun di berbagai media gosip, dia selalu dianggap orang kulit hitam yang ingin jadi kulit putih.

Iklan

Bashir Aziz

Brock Elbank adalah orang yang sangat berbeda dariku. Pertama kali melihat kulit pengidap vitiligo, dia langsung mengaku terpana. Dia merasa ada keindahan yang sulit terkatakan dari belang-belang tersebut. Makanya, lewat proyek seri fotonya, seniman asal London ini berusaha memperkenalkan keindahan vitiligo lewat jepretan kamera. Dia mencari subyek-subyek fotonya, baik itu manusia maupun binatang, lewat instagram.

Lewat pengarahannya, dia meminta mereka membuka diri di hadapan kamera. Potret-potret yang diambil Elbank tanpa ragu membagikan, bahkan kadang secara glamor, semua belangkulit yang selama ini membuat tak nyaman manusia lain. Elbank ingin para pengidap vitiligo itu merengkuh identitas dan kondisi tubuh mereka 100 persen, karena dengan begitu justru mereka tidak perlu merasa inferior, tidak perlu menyembunyikan sesuatu, dan akhirnya stigma runtuh dengan sendirinya.

"Bagi beberapa subyek foto saya, proses pemotretan bersama saya sudah mirip sesi terapi psikologi," kata Elbank saat saya hubungi via telepon. "Sebelum pemotretan, saya dan subyek foto akan membahas berbagai hal terlebih dulu. Kami saling membuka diri, agar terbangun rasa percaya."

Salah satu subyek foto yang diingat Elbank adalah perempuan asal Trinidad Tobago. Aslinya, perempuan itu berkulit gelap, seperti mayoritas penduduk negaranya. Vitiligo membuat nyaris seluruh tubuhnya kehilangan pigmen gelap. "Gadis itu jauh lebih putih dariku," kata Elbank. "Sebelum pemotretan, dia mengaku padaku butuh 15 tahun baginya agar bisa menerima tubuhnya yang tidak bisa disebut putih, berkulit gelap apalagi."

Iklan

Pendekatan Elbank yang tulus saat memotret mereka itulah, sepertinya, yang membuat para pengidap vitiligo dalam proyek ini tidak merasa dieksploitasi. Mereka sukarela terlibat agar tidak merasa sendirian. Ada banyak orang seperti mereka, yang dianggap masyarakat berbeda, atau minimal dipandang aneh, hanya karena kehilangan sel pigmen kulit.

Satu hal yang tidak banyak disadari orang, vitiligo bukan gangguan sel bawaan. Kelainan kulit ini tidak muncul sejak lahir. Ada satu subyek foto Elbank yang baru mengalaminya di usia 50-an. Sepulang dari liburan di luar negeri, pria kulit putih itu agak gosong terpanggang matahari. Rupanya, kata Elbank, dampak sinar ultraviolet ini memicu kelainan vitiligo. "Bayangkan, di usia 50, kau harus menghadapi fakta tubuhmu tiba-tiba berubah. Dia perlu banyak perjuangan untuk bisa menerima gangguan tersebut yang dulu tak pernah dialami," ujarnya. "Dari awalnya merasa terpuruk, lelaki tua ini melihat seri fotoku di medsos, lalu segera menghubungi. Dia bilang ingin ikutan, "karena sebelumnya aku tidak tahu ada banyak pengidap vitiligo lainnya di dunia. Aku ingin menemui dan mengenal mereka yang juga mengidapnya.'"

Nile Goodlad

Brock Elbank adalah fotografer yang punya minat khusus, terutama saat mencakup relasi antara warna dan kondisi kulit dengan identitas manusia. Sebelum memotret para pengidap vitiligo, Elbank sebelumnya sudah berkeliling dunia memotret mereka yang memiliki komedo dan jenggot.

Iklan

"Aku selalu tertarik melihat manusia lain dengan fisik yang langsung membedakannya di kerumunan," ujarnya. "Masalahnya, di masa sekarang, media terlanjur mematok kecantikan sebagai X, Y, atau Z. Pendekatan kayak gitu menurutku basi banget, dan dampaknya adalah muncul stigma yang tidak perlu."

Elbank menceritakan pengalamannya datang ke sebuah agency model. Di sana, dia merasa bosan luar biasa. Model-model lelaki maupun perempuan itu semuanya punya tampang rupawan, tapi seragam. "Masa semuanya punya six-pack, kaki yang jenjang, bokong yang kencang. Pokoknya memuakkan banget deh."

Mayoritas subyek foto Elbank dalam proyek vitiligo ini tidak pernah dipotret sebelumnya di depan kamera. Makanya dia lebih sering mengarahkan gaya model-model "amatir" tersebut. Namun dia mengaku tidak masalah. Tujuannya saat memotret mereka bukanlah menghasilkan foto indah semata. Dia ingin orang-orang yang dia potret merasa tampan dan cantik sesudah dipotret—setelah mereka menerima sepenuhnya kondisi tubuhnya.


Tonton dokumenter Broadly mengenai tradisi pemilihan gadis perawan menjadi dewi di Nepal yang tak boleh menginjak tanah:


“Ini sebetulnya rahasia yang tidak banyak diketahui. Tapi fotografer manapun tahu kalau orang yang bukan model profesional justru lebih gampang dipotret," ujarnya. Kalaupun model amatir terkesan kaku, bisa jadi penyebabnya adalah lokasi pemotretan di studio profesional yang rumit. Makanya dia mengajak semua subyek fotonya dipotret di rumahnya. "Sebelum pemotretan aku ingin mereka merasa lebih rileks. Makanya kami biasanya ngobrol sejam dua jam, sebelum akhirnya melakukan pemotretan."

Iklan

Elbank sudah berhasil 35 orang (plus satu anjing) yang mengidap vitiligo selama setahun terakhir. Targetnya, adalah mencapai 100 subyek foto. "Aku berharap musim panas 2019, sudah berhasil kembali memotret 90-an orang," ujarnya. Jika sudah mencapai angka yang dia inginkan, Elbank berencana menggelar pameran.

Harapan lain dari proyek ini, menurut Elbank, adalah para pengidap vitiligo itu akan lebih pede menggunakan media sosial. Dia berharap semakin banyak orang yang terbiasa melihat wajah-wajah optimis yang belang kulitnya di beranda Instagram. "Sebab, yang dilihat orang-orang sebagai kelemahan itu justru kekuatan terbesar para pengidap vitiligo.

Simak foto-foto lain Brock lewat situs berikut: mrelbank.com

Shankar Jalota

Yvette Le-Lievre

Leroy Cophen

Lottie Beckett

Leroy Cophen

Eva Khyne Sam

Carissa Orr

Bianca Schonhofer

April Mitchell

Antastasiia Olenich