FYI.

This story is over 5 years old.

Internet Cepat Buat Apa?

Penelitian Menyimpulkan Akses Internet Cepat Jadi Alasan Banyak Orang Kini Kurang Tidur

Ini penelitian pertama yang menghubungkan relasi kausal antara internet broadband dan masalah kurang tidur. Bukan mitos semata, memelototi layar ponsel malam-malam memang bikin kita semua susah tidur.
Foto: Shutterstoctk

Masalah kurang tidur semakin meningkat di negara maju. Kurang tidur dapat mengakibatkan gangguan kognisi dan masalah pribadi serta sosial yang serius. Masalah ini telah dikaitkan dengan hilangnya pendapatan sebesar miliaran dolar, seperenam kecelakaan lalu lintas di AS, dan peningkatan risiko penyakit kronis. Banyak alasan yang bisa menyebabkan insomnia, mulai dari kerja lembur, stres, sampai hubungan interpersonal. Dan kali ini, penelitian terbaru menemukan bahwa akses internet super cepat juga bisa menjadi penyebab kurang tidur.

Iklan

Penelitian tersebut, yang diterbitkan Jumat pekan lalu dalam Journal of Economic Behavior and Organization dan didanai oleh European Research Council, menjelaskan bahwa akses internet berkecepatan tinggi dapat menyita waktu tidur seseorang hingga 25 menit per malam dibandingkan mereka yang tidak memiliki akses internet cepat. Ini penelitian pertama yang menghubungkan relasi kausal antara akses internet broadband dan masalah kurang tidur.

Kebiasaan kita bermain gadget sebelum tidur telah dikaitkan dengan berbagai gangguan tidur. Paparan cahaya dari ponsel dan komputer menekan produksi melatonin, hormon yang berfungsi mengatur siklus tidur kita; Chatting semalaman dapat mengganggu waktu tidur; dan keranjingan internet dianggap sebagai penyebab utama kurang tidur. Lalu, bisakah kualitas koneksi internet memengaruhi tidur kita?

Penelitian yang diketuai oleh Franceso Billari, dosen demografi di Bocconi University Milan, menggunakan data survei pola tidur dan penggunaan teknologi penduduk Jerman. Negara ini juga mengalami kerugian ekonomi besar-besaran akibat kurang tidur—sekitar $60 miliar atau Rp868 triliun per tahun—dan memiliki kesenjangan telekomunikasi yang terdokumentasi dengan baik akibat keikutsertaan Jerman dalam Perang Dingin.

Setelah Tembok Berlin dihancurkan pada 1989, banyak daerah di Jerman Timur memakai teknologi akses optik (OPAL), yang akhirnya tidak kompatibel dengan teknologi Digital Subscriber Line (DSL) yang lebih banyak dipakai. Perbedaan antara OPAL dan DSL bersifat teknis, tetapi tidak kompatibel. Berhubung DSL menjadi standar internet berkecepatan tinggi, hal ini menimbulkan hambatan yang signifikan terhadap pemakaian broadband di Jerman Timur.

Iklan

Foto: Billari dkk. / Journal of Economic Behavior and Organization

Dengan mengambil data lokasi rahasia dari survei sosioekonomi Jerman, yang telah menyurvei beberapa sampel perwakilan rumah tangga di Jerman sejak 1984 mengenai berbagai masalah termasuk kurang tidur dan penggunaan komputer, peneliti berhasil menentukan bagaimana masalah kurang tidur berkaitan dengan akses internet cepat dengan membandingkannya dengan pemakaian broadband di Jerman.

Peneliti menemukan bahwa akses internet cepat “meningkatkan penggunaan media elektronik berlebihan,” yang terbukti memiliki efek merugikan pada durasi dan kualitas tidur. Dampak akses internet cepat paling terlihat pada demografi usia yang lebih muda.

“Akses internet cepat membuat kita terjaga lebih lama untuk bermain video game, menjelajahi web dan menghabiskan waktu di media sosial,” simpul para peneliti. “Semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya kuantitas dan kualitas tidur, sehingga kami perlu memberikan informasi risiko kesehatan dari penggunaan teknologi di malam hari untuk meningkatkan pola tidur yang lebih sehat dan mengurangi dampak buruknya terhadap kesejahteraan individu.”