Tren cerita stensil di warnet Indonesia
Ilustrasi oleh Bambang Noer Ramadhan.

FYI.

This story is over 5 years old.

Pulp Fiction

Kesimpulanku Sesudah Mengingat Masa Keemasan Cerita Stensil Internet

Koneksi Internet Indonesia awal 2000-an emang lemot. Makanya, kisah mesum format txt membanjir di mana-mana. Saat bernostalgia, kami menemukan formula klise dari cerita erotis negara ini.

Materi pornografi terlarang di Indonesia, semua orang tahu. Karena itu pula, mereka yang menginginkan hal-hal lucah harus kreatif. Internet adalah sumber 'kreativitas' untuk memuaskan hasrat-hasrat nyerempet tersebut. Sebagian besar remaja puber yang tumbuh besar awal 2000-an, pasti selalu menyempatkan mampir ke warnet sepulang sekolah. Ngapain? Ya, ngapain lagi coba. Nyari cerita erotis lah. Keesokan harinya di sekolah, kita bakal tuker-tukeran temuan berharga itu dalam format .txt bareng temen-temen sekelas via Bluetooth.

Iklan

Dulu enggak banyak orang punya koneksi internet mumpuni buat streaming bokep. Ga heran deh kalau banyak anak muda gandrung banget sama cerita stensilan versi 2.0. Harus disebut gitu, karena stensil sebetulnya budaya yang sudah ada di Indonesia sejak akhir dekade 70-an. Cerita erotis ini dicetak dalam teknik stensil yang murah meriah (walau mutunya buruk). Makanya sebutan populer yang berkembang adalah buku stensil. Nama-nama macam Enny Arrow dan Fredy S sampai sekarang dikenang sebagai penulis legendaris dalam kancah penerbitan cerita erotis bangsa kita.

Peralihan zaman membuat stensil tak perlu lagi digunakan. Cerita lucah bisa diketik pakai notepad atau word, lalu segera disebar melalui Internet. Gue masih ingat, situs kayak pondokputri.com dan nyamuk.com (keduanya sudah koit sekarang) termasuk yang paling sering diakses orang-orang butuh bengong jorok atau masturbasi.

Seiring peningkatan kecepatan internet sekira satu windu lalu, orang-orang mulai meninggalkan cerita stensilan 2.0, beralih ke streaming bokep. Untung budaya stensilan via Internet enggak lenyap sepenuhnya. Masih ada yang nge-post ulang cerita-cerita stensilan ke blog-blog pribadi, dengan perubahan kecil di sana-sini.

Mirip laman blogspot kita yang norak dan ingin dikubur dalam-dalam, cerita-cerita stensil di Internet Indonesia kini teronggok di sudut jagat maya, menanti ditemukan. Minimal sama gue deh, yang sudah menggali lagi ratusan cerita jorok di bermacam situs tak terurus seminggu terakhir atas nama nostalgia.

Iklan

Membaca ulang cerita-cerita yang tersisa di internet, gue jadi ngeh sama beberapa formula penceritaan yang selalu ada di setiap stensilan. Akhirnya jadi kayak benang merah gitu. Kalau lima klise cerita erotis ini diatasi, mungkin stensil bisa populer lagi. Mungkin lho ya. Nih, lima klise paling menonjol dari masa keemasan cerita erotis Indonesia:

Perkenalan diri Sebelum Cerita Dimulai

Sebagian besar stensil yang beredar diceritakan lewat sudut pandang orang pertama. Paragraf pertama biasanya berisi nama, usia, pekerjaan, dan tipe tubuh si penulis/narator/tokoh utama. Perkenalan ini deskriptif banget. Selain supaya cerita ini mudah dipercaya dan terkesan "akrab," perkenalan macam itu membantu pembaca membayangkan jadi si tokoh utama dan… mengalami fantasi tersebut secara langsung. Paragraf-paragraf selanjutnya akan menceritakan kronologi pengalaman si tokoh utama. Sori nih, tapi apa harus selalu begitu? Bisa juga kali perkenalan karakter-karakternya pakai cara selain format data pribadi gitu.

Gue pengin banget baca stensilan yang ceritanya dimulai saat ejakulasi, terus baru deh bolak-balik ke adegan foreplay, terus bagian ngewe lagi, terus mungkin baru perkenalan. Atau, gimana kalau mulainya di tengah-tengah adegan ngewe? Dan kasih plot twist gitu, sekali-kali. Mungkin seru juga kalau stensilannya berakhir dengan pembunuhan atau tabrakan mobil, alih-alih akhiran standar di mana tokoh-tokoh cerita enggak pernah ketemu lagi. Emangnya ada "Pedoman Baku Penulisan Stensil" yang melarang pembaruan? Kalau ada, coba kasih tunjuk siapa yang buat.

Iklan

Ngewe di Tempat-Tempat Aneh

Jarang banget gue baca stensil yang adegan ngewenya di kasur kamar. Tokoh-tokohnya hampir selalu ngewe di dapur, di kamar mandi, toilet umum, atau di saung antah berantah. Sekalinya baca ada adegan ngewe di kamar tidur, letaknya di pesantren. Ya Rabb. Padahal ya, ngewe di kamar tidur kan udah paling enak. Elo boleh berisik, badan dialasin sprei bersih lembut, kalau haus tinggal ambil minum ke dapur.

Elo bisa pasang playlist mesum syahdu lewat MP3. Trus kalau udah kelar? Tinggal tidur deh. Lagi pula, apa tokoh-tokoh ini enggak kena infeksi saluran kemih, setelah ngewe di tempat kotor dan enggak langsung pipis? Gue penasaran banget, buat dong sekuelnya. Meski paragraf-paragraf pertama stensilan biasanya berusaha meyakinkan pembaca bahwa ini kisah nyata lho, skenarionya enggak realistis sama sekali. Kalau elo belum nikah terus ngewe di ruang publik di Indonesia, selalu ada risiko diarak warga kalau ketahuan. Selain sangat memalukan, mereka bisa aja ngelaporin elo ke polisi kan?

Tokoh-tokohnya Selalu Kelas Menengah

Di stensilan, pekerjaan tokoh-tokohnya beragam, dari ibu rumah tangga, tuan tanah/ibu kosan, sampai janda/duda. Lumayan lah. Tapi, nama mereka tipikal banget: Sinta, Marcella, Vony, Ronny, Bram, Roy, dll. Kesannya mereka terlahir ke dunia ini hanya untuk saling grepe di sofa.

Selain itu ada satu hal yang ganggu banget: mereka semua kelas menengah. Ya, ada sih stensilan yang tokoh-tokohnya bekerja sebagai ART, kuli bangunan, atau maling. Tapi, tetep aja mereka dipasangkan dengan tokoh-tokoh kelas menengah yang gue bahas di atas. Gue sampai sekarang belum pernah nemu stensilan yang menceritakan seorang pembantu ngewe sama kuli bangunan. Padahal itu keren banget. Pertama, karena skenario ini lebih realistis. Kedua, enggak ada relasi kuasa yang timpang. Enggak semua orang ngewe buat naik gaji atau nyari pangkat kali.

Iklan

Pasti Ceweknya "Malu Tapi Mau"

Apapun skenarionya, setiap tokoh cewek di cerita stensilan akan sedikit melawan, tapi ujung-ujungnya menuruti apapun kemauan si karakter cowok. Si cewek bisa bilang "enggak mau" sampai mulutnya berbusa, tapi si cowok terus aja usaha. Sori-sori aja nih, yang kayak gitu bukan cuma ketinggalan zaman tapi juga bahaya.

Masak cuma modal sepik-sepik dikit dan tangan usil yang kekeuh, ujung-ujungnya si cewek nurut terus keenakan. Helloowwww??? Penggambaran kayak gini nih, yang bikin cowok-cowok di keseharian yakin bahwa sifat malu-malu atau penolakan verbal artinya mereka harus usaha lebih keras. Atau bahkan memaksakan diri.

Ciri khas stensilan yang ini mengabaikan fakta bahwa terkadang cewek-cewek cuma mau Netflix tanpa Chill. Keputusan bobo bareng yang berlandaskan persetujuan selalu bikin gue becek. Jadi, kalau cewek bilang "enggak", artinya ya "enggak". Cowok harus belajar memahami itu.

Cewek di Cerita Begini Pasti Orgasme

Ternyata, semua cowok di stensilan punya alat kelamin yang WOW banget sampai-sampai setiap cewek bisa orgasme berkali-kali hanya lewat penetrasi. Klitoris itu apaan ya? Kayaknya enggak ada yang tau itu apaan deh. Apalagi letaknya. Cowok-cowok ini enggak pernah nanyain keadaan atau preferensi si cewek, dan mereka enggak pernah gagal membuat si cewek orgasme kayak mesin penyiram kebun. Bahkan kesuksesan langsung didapat pada percobaan pertama mereka ngewe.

Selain itu, si cowok dan si cewek di stensilan selalu mencapai klimaks di waktu bersamaan. Bukannya gue bilang itu enggak mungkin atau enggak pernah terjadi di keseharian, tapi ya akuin ajalah: kemungkinannya kecil. Mungkin karena hubungan seksnya terburu-buru di tempat-tempat aneh, mereka jadi gampang kelar. Atau gue aja yang belum nemu cowok yang tepat. Di mana sih bisa kenalan sama cowok-cowok ala stensilan gini? Kebanyakan cowok asli yang pernah tidur sama gue tuh, kualitasnya B paling banter. Sedangkan, cewek-cewek di stensil selalu terpuaskan. Mau dong hidup kayak gitu.

Gue juga sebel sama ciri khas ini karena jadinya banyak cowok mikir bikin cewek 'keluar' tuh perkara sepele. Padahal, seks kan perlu latihan dan komunikasi. Bagus deh cerita stensil sekarang udah basi; kalau enggak, orang bakal terus mengira cuma cowok yang paling ngerti cara bikin cewek orgasme. Pakem cerita begini bikin gue bertanya-tanya: Kapan cowok bakal beneran bikin cewek puas? Dan lebih penting lagi: Kapan mereka berhenti nanyain kita udah orgasme apa belom melulu habis gituan. Kasihan lho, gara-gara pandangan seksis gini, cowok juga terbebani harus memuaskan cewek sebagai parameter kesuksesan hubungan seksual.

Pada akhirnya, gue enggak mengharapkan cerita sekelas Anais Nin juga sih dari stensilan di Indonesia. Gimanapun, lima kesimpulan yang gue jabarin di atas adalah faktor yang membuat stensilan dikenal sebagai cerita erotis cepat saji. Stensilan memang dunianya mz-mz, beda dari fanfics Fueled by Ramen di Livejournal, atau fanfics K-Pop di Tumblr.

Stensilan eksis di sebuah periode transisi penting antara konsumsi tulisan erotis menuju era kejayaan streaming video bokep, yang sebenarnya belum lama-lama amat berlalu. Gue, dan beberapa orang lain mungkin, kayaknya terlalu gampang kangen aja sama hal remeh temeh gini. Ah, masa muda….