FYI.

This story is over 5 years old.

Kecanduan

Mudahnya Membeli Dumolid via Instagram di Indonesia, Dibanding Konsultasi Dokter

Obat tidur ditanggung BPJS, namun sebagian pengidap insomnia terdorong melanggar hukum, karena konsultasi dokter butuh waktu (dan biaya). Sementara di Instagram, dumolid cukup ditebus senilai Rp220 ribu.
Foto ilustrasi dumolid via Klesta ▲

Dua tahun lalu, Gerry (bukan nama sebenarnya), pernah mengidap susah tidur. Jika bisa terlelap, pasti cuma sebentar, tak sampai satu jam. Karyawan perusahaan game di Yogyakarta tersebut seringkali melek pada dini hari, lalu tak bisa tidur lagi. Insomnia itu menyiksanya. Dia bersedia melakukan apapun agar bisa terlelap.

Gerry akhirnya memilih beli obat tidur valium lewat sebuah akun instagram. Kandungan antidepresan dalam valium 1 miligram, dibanderol Rp220 ribu untuk satu strip isi 10 tablet.

Iklan

Keengganan konsultasi medis yang resmi, didasari asumsi Gerry bahwa biaya bertemu psikiater bisa menelan ratusan ribu rupiah untuk satu kali sesi saja. "Waktu itu aku belum punya BPJS. Asuransi kantor kayaknya engga meng-cover psikiater," ujarnya kepada VICE Indonesia. "Setahu saya mahal kalau konsultasi ke dokter. Jadi ya udahlah mending beli di luar [tanpa resep]."

"Beberapa bulan mengonsumi cukup lumayan bisa tidur, tapi lama kelamaan dosis harus nambah," kata Gerry. "Begitu berhenti, ada semacam ketergantungan. Efek samping obat tidur ternyata lebih engga enak."

Efek euforia yang dihasilkan obat antidepresan tersebut bikin kecanduan. Salah satu alasan kenapa banyak anak muda menjadikan obat tersebut layaknya doping.

Gerry tak sendirian. Perkara obat tidur sedang menjadi perbincangan hangat di Indonesia. Apalagi penyebabnya kalau bukan penangkapan artis Tora Sudiro pekan lalu oleh polisi. Tora terancam hukuman penjara lima tahun karena kepemilikan puluhan butir dumolid, salah satu merek obat tidur, tanpa resep dokter. Dumolid, seperti valium yang ditenggak Gerry, masuk kategori benzodiazepine. Istri Tora, Mieke Amalia, turut diperiksa karena sama-sama mengonsumsi dumolid. Belakangan Mieke dibebaskan dan hanya diminta menjalani rehabilitasi dan pemeriksaan lanjutan.

Alasan awal penggerebekan polisi ke rumah pribadi Tora di Ciputat, Tangerang Selatan, tidak dijabarkan oleh humas Polres Jakarta Selatan. Aparat hanya bilang mereka memperoleh informasi dari kasus narkoba lain. Yang jelas, penangkapan Tora termasuk rangkaian operasi aparat menyasar bintang film dan televisi di Indonesia yang kerap menyalahgunakan obat-obatan.

Iklan

Merujuk keterangan Kasat Narkoba Polres Jakarta Selatan, Komisaris Polisi Vivick Tjangkung, Tora mengkonsumsi obat keras tersebut karena mengidap insomnia. "Dia susah tidur, karena itu dia pakai dumolid biar bisa tidur, karena aktivitasnya yang tinggi" kata Vivick dalam jumpa pers. "Pengakuan TS bahwa barang bukti tersebut didapat dari seorang teman yang datang berkunjung ke rumah dan menawarkan."

Polisi bilang konsumsi dumolid ini tidak akan melanggar hukum, seandainya Tora dan Mieke memiliki resep dokter. Dumolid masuk dalam kategori psikotropika, karena sifatnya yang rentan disalahgunakan sebagai bahan teler.

Tentu saja, kasus ini segera menyadarkan publik persoalan besar yang menggelayuti peredaran obat-obatan sejenis dumolid. Seberapa rumit sebetulnya bagi orang biasa, yang memang mengidap insomnia, untuk memperoleh obat tersebut? Apakah asumsi Gerry benar, menganggap proses konsultasi dokter makan waktu?


Baca juga: liputan VICE Indonesia terhadap topik-topik perang narkoba di Tanah Air

Orang Indonesia terbiasa lebih mudah mendapatkan obat-obatan hipnotik dan anti-depresan, tanpa resep. Melihat nasib Tora, risiko yang mereka hadapi adalah aparat penegak hukum. Lebih parah lagi, kebanyakan pengidap insomnia tak tahu obat dengan kandungan benzodiazepin—yang diedarkan memakai merek dagang Dumolid, Valium, Riklona, dan lain sebagainya—masuk dalam kategori psikotropika golongan IV yang penggunaannya diatur Undang-Undang Antinarkotika.

Iklan

Begini alur bila seseorang ingin memperoleh resep dumolid atau obat tidur sejenis. Pertama, pasien harus mendatangi psikiater, dokter umum, atau layanan kesehatan tingkat pertama. Setelah lebih dari sekali konsultasi, baru pemberian resep dilakukan. Satu sesi konsultasi, dari informasi yang diperoleh VICE Indonesia, kadang bisa mencapai Rp500 ribu. Bukan jumlah yang kecil untuk ukuran pendapatan rata-rata orang Indonesia. Beberapa asuransi kesehatan menanggung layananan Some health insurance layanan konsultasi psikiater, namun kebanyakan tidak memasukannya dalam tanggungan. Persoalan jadi lebih rumit, mengingat lebih dari separuh warga negara Indonesia belum tergabung dalam asuransi,

Gangguan tidur atau insomnia memang umum terjadi di seluruh dunia. Sebuah studi yang dilansir Cure Research menyatakan bahwa insomnia diderita 11 persen populasi Indonesia. Sementara World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa insomnia adalah salah satu gangguan paling umum di bidang medis.

Obat-obatan hipnotik yang juga digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, kerap digunakan sebagai sarana rekreasi karena efek euforik seperti yang dirasakan Gerry. Orang yang mengonsumsinya menjadi rileks dan merasa lebih terbuka.

Dokter spesialis kejiwaan Danardi dari RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur mengatakan bahwa obat-obatan hipnotik menjadi jalan terakhir bagi pasien yang telah melalui proses diagnosis. Danardi mengatakan dokter tak akan serta merta mengeluarkan resep obat tanpa pemeriksaan lebih dulu, atas berbagai kekhawatiran. Jika pasien menderita insomnia akut kurang dari satu bulan, dokter menyarankan untuk terapi untuk mengubah gaya hidup.

Iklan

"Meski anda menderita insomnia tidak bisa asal membeli obat tersebut. Itu bukan solusi. Pemberian obat menjadi jalan terakhir jika terapi insomnia tidak berhasil. Obat itupun dimulai dengan dosis rendah terlebih dulu dan dalam pengawasan dokter. Jika tidak, bisa di luar kendali dan menyebabkan kecanduan," kata Danardi saat dihubungi VICE Indonesia.

Jika insomnia kadung kronis hingga berbulan-bulan, obat-obatan dengan dosis rendah seperti diazepam atau alprazolam bisa diberikan dengan jumlah tertentu dan pengawasan ketat. Pasien diwajibkan untuk melakukan kontrol untuk memantau hasilnya. Jika kondisi membaik, dosis bisa dikurangi atau sama sekali dihentikan.

"Dokter kejiwaan bisa melihat apakah pasien cenderung akan memanfaatkan efek euforia dari obat-obatan tersebut. Jadi pemeriksaan awal itu perlu untuk menghindari penyalahgunaan," tutur Danardi.

Jika kita mengikuti alur seperti dijelaskan Danar, maka satu-satunya cara memperoleh obat tidur yang legal adalah memanfaatkan BPJS. Pasien harus memeriksakan diri dulu di fasilitas kesehatan tingkat pertama, alias puskesmas. Baru dari sana diatur rujukan ke rumah sakit yang lebih tinggi kelasnya. Jangka waktu prosesnya tidak bisa diperkirakan. Bisa lebih dari seminggu, sampai pasien memperoleh resep.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mahesa Paranadipa lebih menganjurkan pasien menjajal dulu pendekatan non-pharmacological, yang meliputi cognitive behavioral therapy, untuk mencari penyebab utama gangguan tidur.

Iklan

"Jika situasi diagnosis telanjur berat, dokter akan memberikan terapi obat. Itu pun akan dievaluasi dalam jangka waktu tertentu. Bisa dikurangi atau bisa ditambah," ujar Mahesa.

Lantas bagaimana jika seseorang pernah berkonsultasi dengan dokter namun memutuskan melanjutkan pengobatan sendiri setelah beberapa saat?

Menurut Mahesa dari sisi hukum hal tersebut tetap termasuk ilegal karena kategori obat-obatan hipnotik termasuk obat keras. Dari sisi medis, penggunaan obat berkepanjangan tak dianjurkan karena efek samping gangguan psikologis.

"Dokter mengeluarkan resep untuk jangka waktu tertentu. Jika Anda memutuskan membeli obat sendiri karena malas ke dokter lagi, itu justru merugikan. Efek psikologis seperti kecemasan sosial bisa muncul," kata Mahesa.

Gerry mengaku awalnya tak tahu soal risiko kesehatan jangka panjang dari konsumsi obat tidur. Dia harus membayar mahal atas risikonya menggunakan Valium. Beberapa bulan setelah berhenti mengonsumsi, dirinya sulit berkonsentrasi dan tidur makin tidak teratur. Dia memilih obat tidur herbal, menghindari kopi serta alkohol, dan memaksakan diri tidur.

Dengan atau tanpa resep dokter maupun tanggungan BPJS, yang jelas, Gerry harus berjuang sendirian untuk bisa terlelap.