Berhenti Makan Daging Jadi Solusi Mengatasi Kebakaran Dahsyat Hutan Amazon

Soalnya, pepohonan di kawasan Amazon seringkali ditebang dan dibakar supaya lahannya bisa dialihfungsikan sebagai ladang ternak.
AN
Diterjemahkan oleh Annisa Nurul Aziza
Jakarta, ID
Gambar satelit menunjukkan asap kebakaran hutan di negara bagian Rondonia di lembah sungai Amazon bagian atas.
Gambar satelit menunjukkan asap kebakaran hutan di negara bagian Rondonia di lembah sungai Amazon bagian atas. 15 Agustus 2019 © Maxar via Reuters

Perasaan sedih dan putus asa yang muncul setiap kali ada berita kerusakan lingkungan sangat nyata. Contohnya seperti kebakaran hutan yang sedang terjadi di Amazon. Banyak orang mengkhawatirkan bencana ini. Kebakarannya sudah berlangsung sejak beberapa minggu lalu dan malah semakin parah. Negara bagian Amazonas bahkan sampai mengumumkan status darurat awal bulan ini.

Faktanya, sejumlah studi mengekspos bahwa manusia turut andil dalam terjadinya kebakaran hutan, tepatnya ketergantungan kita pada daging.

Iklan
1566554222991-20190823_Amazon_Wildfires_VICE

Pepohonan di hutan Amazon sengaja ditebang dan dibakar supaya lahannya bisa dialihfungsikan sebagai ladang ternak, yang semakin berkembang di Brasil dan wilayah lain. Institut Penelitian Lingkungan Hidup di Amazonia (IPAM) merilis data yang menunjukkan 10 kota di Amazonia paling sering mengalami kebakaran juga memiliki tingkat penggundulan hutan terbesar tahun ini.

Apabila kita benar-benar ingin mencegah bencananya terulang kembali, maka yang sebaiknya dilakukan adalah mengurangi atau menghentikan konsumsi daging.

Menurut ahli geografi senior Cameron Ellis dari The Rainforest Foundation, peternak membakar hutan karena mereka membutuhkan ruang terbuka untuk mengembangbiakkan hewan ternak. Apinya seringkali tidak terkendali, sampai-sampai “melebar ke hutan-hutan di sekitar yang mengalami kekeringan.” Akibatnya, pepohonan yang tidak ditebang ikut terbakar.

Penggundulan (legal dan liar) dan aktivitas lainnya memang mendorong deforestasi hutan Amazon, tetapi peternakan menjadi penyebab utama sejauh ini. Bank Dunia melaporkan 80 persen kawasan hutan hujan Amazon telah diubah menjadi peternakan sapi.

deforestation in the amazon due to cattle ranching

Gambar satelit NASA memperlihatkan hutan di negara bagian Rondônia, Brasil Barat, ditebang untuk dijadikan ladang pertanian dan peternakan. Foto kiri diambil pada 2002, dan kanan pada 2012.

Masalahnya tidak berhenti sampai di situ. World Wildlife Fund (WWF) mengaitkan kebakaran hutan hujan dengan produksi kedelai untuk dijadikan makanan hewan ternak.

Kedelai adalah protein terpenting dalam pakan ternak. Itulah mengapa 80 persen tanaman kedelai di dunia dijadikan makanan ternak. Kerusakan yang disebabkan produksi kedelai mungkin tak separah peternakan, tetapi setidaknya masih berkontribusi terhadap deforestasi.

Iklan

Kedelai begitu menguntungkan sehingga tidak perlu melakukan deforestasi, yang akhirnya menjadi lebih sulit dipantau. Hutan dibakar untuk memberi lahan peternakan, yang kemudian akan ditanami kedelai. Peternak memanfaatkan harga kedelai yang tinggi dengan menjualnya ke petani kedelai supaya bisa memperoleh keuntungan besar. Dengan begini, peternak memperluas ladangnya ke wilayah baru dan memperburuk masalah.

Semua ini dilakukan untuk mengimbangi permintaan daging yang semakin meningkat secara global, yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi dan peningkatan kemakmuran di negara-negara berkembang. Peternakan dan perkebunan kedelai akhirnya terjerat dalam lingkaran setan, di mana keduanya bergantung satu sama lain agar bisa tumbuh.

“Sektor peternakan dan pertanian saling terhubung dalam dua cara utama, yakni menjadi pemberi akses lahan Amazon dan saling mendukung melalui rantai nilai terintegrasi,” terang WWF.

Situasinya semakin parah ketika pemerintah Brasil sendiri lebih mementingkan pembangunan daripada konservasi dan memberi insentif kepada peternak untuk memperluas lahan mereka. Aktivitas penggundulan hutan di Amazon 80 persennya ilegal.

Amazon sekarang menjadi salah satu daerah peternakan terbesar di dunia, dan semakin memburuk. Peternakan sapi Brasil tumbuh dari 58 juta pada 1996 menjadi 219 juta pada 2016. Ini menjadikan Brasil pengekspor daging sapi dan unggas terbesar di dunia.

Iklan
beef exports amazon rainforest

Reuters melaporkan bahwa Brasil mengekspor 1.6 juta ton daging sapi tahun lalu, menjadi yang tertinggi dalam sejarah. Jumlah ini diperkirakan akan bertambah 1,8 juta ton pada akhir 2019, dengan Cina sebagai negara destinasi ekspor utama. Hong Kong, Mesir, Rusia, dan Uni Eropa adalah importir utama daging Brasil.

Kepada VICE, Ellis menjelaskan Amazon semakin jarang hujan karena pohonnya juga semakin sedikit. Apabila deforestasi terus dilakukan, maka “suatu saat nanti hutan hujan bisa berubah menjadi padang sabana,” ujarnya.

Jika satu orang dapat menyelamatkan sekitar 3.432 pohon dengan tidak mengonsumsi daging selama setahun, jadi bisa dibayangkan sendiri betapa banyak pohon yang tidak akan ditebang kalau semua orang berhenti makan daging.

Follow Edoardo di Twitter dan Instagram .

Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.