FYI.

This story is over 5 years old.

Obituari

Mengenang Rozaimin Elias, Sang Antifasis Periang Asal Penang

Wafatnya pegiat tokoh kancah punk dan hardcore Malaysia ini membawa duka bagi rekan se-Asia Tenggara. Sosok berjuluk Min itu dicintai sesama manusia dan dibenci para Neo-Nazi.

Tiga tahun lalu, saya bertemu Rozaimin Elias pertama kalinya. Saat itu, saya tengah menemani Ibu yang menjalani perawatan kesehatan di Penang. Saya belum pernah ke Penang sebelumnya, tentu butuh sekali bantuan dari orang lokal kalau ada apa-apa. Seorang teman menyuruh saya mengontak Rozaimin. Min—nama panggilan manis Rozaimin—adalah sosok pria besar, tambun, dan murah senyum. Dia dan teman-temannya dengan baik hati mengantar saya muter-muter di Penang. Berhubung kami sama-sama hobi makan, dia mengajak saya menyantap masakan Indian-Malay yang lezat untuk mengakhiri malam itu. Setahun kemudian, saya kembali bertemu Min ketika dia mengorganisir gig di Penang untuk band saya yang sedang tur. Dia sama sekali tidak berubah: masih baik, hangat dan doyan ngelawak. Ternyata itu pertemuan terakhir saya dengan beliau.

Iklan

Rozaimin Elias meninggal di usia 35 pada akhir Mei lalu. Dia berpulang akibat sindrom koroner akut yang membuat otot jantungnya tidak bekerja normal. Dalam beberapa bulan terakhir, memang Min kerap keluar masuk rumah sakit, bahkan sempat masuk ICU akibat infeksi jantung. Setelah mendengar tentang kabar kematiannya lewat postingan Facebook di linimasa, saya merasa lemas.

Tentunya saya tidak sendiri. Banyak sekali teman-teman dari berbagai komunitas berkabung: anak-anak punk, skinhead, aktivis, seniman dari seluruh penjuru Malaysia, Indonesia, Singapura dan bahkan negara-negara lainnya. Artikel yang menobatkan dia sebagai "Anak Terbaik Pulau Penang" dirilis. Twitter and Instagram penuh dengan tagar #wearemin, sebagai bentuk penghormatan terhadap pria kelahiran Penang asli tersebut. Halaman akun Facebooknya pun hingga hari ini masih penuh dengan postingan teman-teman yang mengunggah foto, anekdote, hingga ingatan mereka bersama Min.

Sebetulnya Rozaimin Elias itu siapa sih? Organizer gig? Anak skinhead? Aktivis?

Semua kata tersebut tidak akan cukup buat menggambarkan sosoknya.

Sejak muda, Min selalu melek soal isu sosial dan politik. Awal 2000, dia bergabung gerakan Food Not Bombs demi memberi makan gelandangan dan fakir miskin. Biarpun tidak pernah kuliah, dia tidak pernah melewatkan aktivitas pelajar atau gerakan kebebasan berbicara di Penang. Min juga pernah menjabat sebagai sekretariat SUARAM (Suara Rakyat Malaysia), organisasi pembela hak asasi manusia yang secara aktif memperjuangkan hak-hak orang miskin dan tertindas tanpa afiliasi dengan partai politik manapun.

Iklan

Sepertinya memang bertarung bagi kaum minoritas sudah menjadi naluri Rozaimin. Bersama beberapa teman seperjuangan, dia menciptakan 161 Georgetown, sebuah kolektif yang memperjuangkan ide dan kesadaran untuk melawan rasisme dan fasisme dalam kancah musik underground Georgetown, ibukota Penang.

Akmal Komal, salah satu anggota kolektif tersebut merasa memang sudah saatnya mereka melawan balik. "Gerakan nazi masih ada di Penang, kacau deh," sebutnya. Pada 2013, VICE sempat menulis cerita tentang gerakan neo-nazi yang mendukung Malay Power, atau kemurnian ras melayu. Nampaknya sampai sekarang kelompok ini masih berkeliaran. "Banyak orang-orang berpengaruh dari gerakan Malay Power datang dari Penang," ujarnya. "Mereka berusaha merekrut kawan-kawan yang datang ke gig musik untuk bergabung dengan mereka."

Kolektif 161 Georgetown memilih untuk mengadopsi definisi skinhead yang lebih progresif. "Menjadi skinhead di Malaysia itu berarti menjunjung ide-ide perubahan sosiopolitik anti-rasis yang positif untuk menantang pemerintahan Malaysia yang rasis," kata Min yang juga mengisi bas untuk band dari Kuala Lumpur, Street Boundaries. Akibatnya, pertikaian kerap terjadi di antara dua kelompok. "Min adalah orang yang paling dicari kaum nazi di Malaysia," kata Komal.

Determinasi dan perlawanan Rozaimin juga didengar oleh banyak teman-teman komunitas di luar Malaysia. Shaiful Xerox, pemilik dari label hardcore-punk DIY Singapura, Prohibited Projects mengatakan bahwa Min adalah seorang pejuang dan anak punk sejati. "Dia adalah satu dari sedikit skinhead anti-fasis di dunia yang bisa saya percaya," tulis Shaiful via email, "Buat dia, skinhead itu bukan sekedar jadi preman, tapi punya misi sosial, politik dengan alasan yang jelas." Dia mengakhiri wawancara dengan memanggil Rozaimin sebagai "orang kuat Penang."

Iklan

Rozaimin juga berhasil menyuntikkan kesadaran lewat acara-acara yang dia organisir. "Tanpa Min, kancah musik hanya akan menjadi sumber hiburan semata, tanpa kultur dan makna yang lebih dalam," kata Cole "Cheong" Yew, pemilik Studio Soundmaker, venue utama Penang bagi band-band DIY lokal dan internasional. "Min selalu memberi nama gig dan mendesain poster acara dengan pesan yang kuat, mengundang band berideologi serupa dan menjaga standar acara-acara buatannya," imbuh Cheong.

Kontribusi Rozaimin juga tidak hanya berhenti di kancah musik punk/hardcore, seperti yang diakui oleh Arif Ramly, pemilik toko musik di Kuantan, Coastal Store yang juga bekerja untuk The Wknd, situs musik Malaysia yang membahas semua jenis musik independen segar, mulai dari pop, elektronik hingga metal. "Setiap kali The Wknd berencana mengorganisir gig di Penang, Min selalu jadi orang pertama yang kami hubungi. Kami sering meminta sarannya," kata Arif menggarisbawahi peran Min dan kesediannya untuk selalu menolong, "Dia selalu bersedia membantu biarpun tidak diiming-imingi uang. Dia membuat kancah musik Penang hidup."

Pernyataan ini diamini salah satu teman dekat Rozaimin, Fadhilla "Aca" Jayamahendra, vokalis band hardcore kugiran Jakarta, Straight Answer (SA). "Mungkin gue kedengeran bombastis nih, tapi kalo gak ada Min, kayaknya Penang gak akan ada di dalam scene," ujarnya. Aca juga menjelaskan bagaimana sikap Min yang selalu bisa membuatnya bisa diandalkan, "Dia bisa bikinin gig kapan aja. Dia selalu siap membantu band yang lagi tur."

Iklan

Jangan salah, terlepas dari semua perjuangannya yang penting, Min justru dikenal sebagai sosok yang humoris, gemar bercanda, dan sering menggoda teman-temannya. "Dulu pernah SA tur kayaknya 10 taun yang lalu. Min kasih bir ke Kiki [gitaris kami], dan mereka minum sampe mabuk banget terus mereka berdua kungfu. Kungfu kayak di film-film. Kita ketawa ngakak. Wah ancur deh," kata Aca mengenang.

Kombinasi semua kualitas inilah yang membuat Min banyak disayang. Hampir setiap orang yang saya wawancarai mengatakan bagaimana mereka kangen dengan Rozaimin. Shaik Itaro, salah satu anggota 161 Georgetown mengklaim bahwa ikatan mereka lebih dari sekedar pertemanan. "Dia sudah seperti keluarga. Kami sering ketawa bareng-bareng sampe nangis. Kangen banget, Min!" tulis Shaik. Aca dari Straight Answer mengaku bahwa Rozaimin adalah salah satu orang terbaik yang pernah dia kenal. "Banyak kisah orang sama dia yang pasti tidak bisa dilupakan karena kebaikan dia. Dia sangat ramah dan sangat hangat. One of a kind," kata Aca sambil menahan tangis.

Tentunya ada lubang besar yang ditinggalkan oleh kepergian Rozaimin. Banyak teman berusaha melanjutkan perjuangan bersama kolektif dan pengorganisiran gig. Namun, tetap saja banyak yang mengatakan bahwa Min tidak akan bisa tergantikan. "Saya belum pernah melihat orang sekarismatik dan segigih Min. Dia selalu berjuang dan memegang teguh pendiriannya selama hampir 20 tahun," kata Cheong. "Susah nyari orang seperti itu."

Sepanjang hidupnya, Rozaimin Elias selalu berjuang. Dia berjuang untuk hak asasi manusia, ekualitas dan harmoni. Tidak hanya sekedar penampilan semata, dia selalu mempraktekkan omongannya lewat perbuatan. Dia tidak pernah goyah dan selalu turun ke jalanan dan mengorbankan tubuhnya demi memperjuangkan kepercayaannya. Bahkan ketika kesehatannya memburuk, Min tidak pernah menyerah.

Min juga adalah sosok anggota masyarakat yang teladan dan berkontribusi banyak bagi orang-orang dan komunitas di Penang dan bahkan di luar kotanya sendiri. Sifatnya yang positif dan siap membantu semua orang, entah orang asing, teman atau kenalan lama menunjukkan kemurahan hati. Dia tidak hanya hidup bagi diri sendiri, tapi juga orang lain. Semua ini dilakukan tanpa pamrih.

Mungkin, lebih penting dari semua hal, Min menunjukkan kita semua bagaimana caranya menjadi manusia yang baik dan berpendirian. Saya memang tidak kenal dia sedekat banyak teman-teman lain, tapi lewat perjumpaan yang singkat, Min sudah berhasil membuat saya merasa diperlakukan seperti layaknya sobat lama yang sudah sering nongkrong bareng. Penang tidak akan lagi pernah sama.

Beristirahatlah, Rozaimin Elias. Kamu akan selalu dikenang.