FYI.

This story is over 5 years old.

Makanan Cepat Saji

Keseringan Makan Fast Food, Misalnya Tiga Kali Seminggu, Bisa Memicu Gangguan Mental

Kalau gitu bung dan nona, kayaknya perlu dikurang-kurangin tuh nugget, pizza, sama burgernya.

Artikel ini pertama kali tayang di MUNCHIES.

Malam hura-hura belum terasa lengkap apabila tidak diakhiri dengan kunjungan ke gerai McDonald 24 jam terdekat. Kamu bangun keesokan harinya merasa gerah, dan menemukan tumpukan french fries dengan kotak saus sambal setengah terbuka di samping kasur. Iya memang semua alkohol yang kamu minum semalam menyebabkan dehidrasi dan perasaan lesu, tapi bagaimana apabila chicken nugget dan cheese burger yang kamu lahap jam 4 pagi tadi juga berkontribusi menyebabkan mood kamu buruk?

Sebuah penelitian yang diterbitkan minggu lalu dalam jurnal Nutritional Neuroscience mungkin akan membuatmu berpikir ulang sebelum memesan jasa delivery KFC. Seperti yang dilaporkan surat kabar the Guardian, penelitian tersebut menyimpulkan bila anak muda berumur 18 hingga 29 tahun yang mengonsumsi makanan cepat saji hingga tiga kali seminggu memiliki risiko “gangguan mental" lebih tinggi, seperti kecemasan atau depresi, dibanding yang tak sering mengonsumsi makanan cepat saji.

Biarpun makanan cepat saji dengan kadar lemak saturasi tinggi berdampak negatif ke kesehatan mental anak muda, kekurangan konsumsi daging juga bisa menyebabkan mood yang buruk. Konsumer berumur 18 hingga 29 tahun yang tidak banyak makan daging—diklasifikasikan sebagai kurang dari tiga kali seminggu—kabarnya memiliki kesehatan mental yang lebih buruk.

Ini bukan pertama kalinya kebiasaan makan dikaitkan dengan kesehatan mental. Sebuah studi melibatkan ribuan responden oleh ilmuwan Spanyol tahun ini menemukan hubungan antara depresi dipicu apa yang kamu makan. Dari kesimpulan penelitian lain, ditemukan indikasi kegiatan memanggang daging bisa meningkatkan mood yang buruk. Bahkan rasa dari makanan itu sendiri bisa mengubah perasaanmu—penelitian yang dilakukan oleh yayasan Anosmia Fifth Sense menyimpulkan 43 persen peserta penelitian kehilangan daya cium atau daya kecap, mengalami depresi sebagai efek sampingnya.

Jadi lain kali, ketika mood kamu sedang buruk, marahnya mending ke pizza, coca cola, dan Haagen Dazs ya. Jangan ke temen-temenmu.