FYI.

This story is over 5 years old.

Berita

Evakuasi Aleppo Berantakan Karena Militan Menembaki Bus Pengangkut Warga Sipil

Militer pro-pemerintah dan pemberontak terus bernegosiasi tentang pertukaran ribuan warga agar diizinkan keluar dari zona perang. Perjanjian itu bisa batal jika militan terus merecoki.

Artikel ini pertama kali tayang di VICE News.

Bus untuk evakuasi warga sipil diserang, lalu dibakar oleh para militan di jalanan antara Kota al-Foua dan Kefraya. Insiden ini merupakan kemunduran besar bagi upaya penyelamatan korban sipil di tengah perebutan Aleppo oleh militer Suriah dan pasukan pemberontak. Evakuasi ini sebetulnya diprioritaskan bagi warga yang sakit, terluka, serta anak-anak yatim piatu.

Iklan

Media massa pro pemerintah Suriah menyatakan pelaku penyerangan dan pembakaran lima bus itu adalah kelompok "teroris bersenjata" dari jaringan Jabhat al-Nusra dan Ahrar al-Sham. Kedua kelompok itu pecahan organisasi militan al-Qaeda untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Bus-bus itu baru saja kembali dari tempat penampungan darurat, untuk kembali menjemput warga sipil di perbatasan dekat kota Aleppo. "Lokasi penyerangan bus itu memang daerah kekuasaan militan al Qaeda," kata Alison Meuse, jurnalis NPR yang sedang berada di Suriah.

Hingga berita ini dilansir, belum ada pihak mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Kefraya dan al-Foua merupakan kota yang mayoritas penduduknya penganut sekte Syiah. Posisi kedua kota ini berada persis di barat Aleppo, kota terpenting Provinsi Idlib. Evakuasi di Kefraya dan al-Foua sebetulnya hasil perjanjian antara pemerintah Suriah dan pasukan pemberontak yang disebut 'pertukaran manusia'. Jika pemerintah boleh menyekamatkan warga Kefraya dan al-Foua, maka pasukan pemberontak akan diberi kelonggaran mengevakuasi penduduk sipil di timur Aleppo. Posisi pemberontak beserta warga sipil anti-Assad terdesak, karena militer pemerintah Suriah sudah berhasil menguasai kembali Aleppo sejak awal bulan ini.

Akhir pekan lalu, ribuan orang berkumpul di alun-alun timur Aleppo, untuk menyelamatkan diri. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, menyebut situasi kota yang dulunya menjadi pusat perekonomian Suriah itu sebagai "neraka di bumi."

Warga sipil Aleppo yang menunggu proses evakuasi dilaporkan berkukuh tidur di pinggir jalan, ketika suhu mendekati nol derajat celcius. Ribuan orang yakin akan dievakuasi setelah muncul laporan pemberontak dan pasukan pemerintah sedang melakukan negosiasi, seperti dilaporkan CBC.

Dari laporan yang diperoleh Aljazeera, kesepakatan antara pemerintah Suriah dan pemberontak mencakup evakuasi lebih dari 4.000 orang dari kota yang dikuasai pemberontak. Sebaliknya 1.500 warga sipil anti-Assad di Zabadani, Rif Dimashq, dan Kota Madaya, yang semuanya mendukung pemberontak, akan diizinkan keluar dari zona perang.

Upaya evakuasi warga sipil dari timur Aleppo selalu gagal pekan lalu. Pemberontak justru menembaki konvoi warga sipil yang diangkut bus-bus pemerintah Suriah. Akhirnya, militer pro-Assad balas memblokir akses evakuasi warga sipil Aleppo. Dari versi pemberontak, bukan mereka yang melakukan penembakan, melainkan militer Suriah.

PBB sedang menggodok resolusi yang intinya akan membuka ruang bagi pejabat internasional mendatangi Aleppo. Harapannya, dengan dipantau langsung oleh utusan PBB, maka proses evakuasi dan keselamatan warga sipil di sekitar Aleppo lebih terjamin. Rusia, seperti diberitakan AFP, kemungkinan besar akan memveto resolusi tersebut dalam proses sidang umum.