The VICE Guide to Right Now

DPR Minta Polisi Buru Orang yang 'Jual' Gedung Legislatif di Situs Marketplace

Sekjen DPR RI Indra Iskandar merasa lelucon penjualan gedung DPR yang dilontarkan netizen tidak pada tempatnya.
DPR marah ada meme penjualan gedung DPR di marketplace Tokopedia Shopee minta polisi buru pelaku
Kolase oleh VICE. Sumber foto Gedung DPR/MPR oleh Puspita Nasution/Wikimedia Commons/lisensi CC 4.0

Dua tahun terakhir saban ada undang-undang kontroversial diloloskan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), muncul lelucon template para pengguna Internet: menjual murah gedung DPR RI di berbagai situs toko daring. 

Tak lama setelah UU Cipta Kerja diloloskan, aksi serupa kembali terlihat di beberapa marketplace ternama, macam Tokopedia, Bukalapak, hingga Shopee. Rupanya, sindiran netizen itu lama-lama membuat gerah DPR.

Iklan

Melihat kantornya dijual secara simbolis, Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar merespons dengan plin-plan. Indra mengaku mengerti kalau tindakan ini hanyalah bentuk lelucon dan proses pendewasaan masyarakat. Namun, ia juga meminta polisi mengambil tindakan tegas melacak pengunggah sebab lelucon ini tidak pada tempatnya.

“Juga tidak lazim karena ini kan semua milik negara. Jadi, kalau ada yang joke-joke semacam itu sangat insinuatif (bermaksud jelek). Itu urusan Kementerian Keuangan sama yang bersangkutan sama unsur kepolisian. Menurut saya, kepolisian juga harus mengambil tindak tegas,” kata Indra saat konferensi pers, Rabu (7/10), seperti dikutip Tirto.

Indra bilang karena gedung DPR/MPR adalah aset negara, orang yang berusaha menjualnya akan berurusan sama Kementerian Keuangan.

Dari pantauan VICE pada 7 Oktober 2020, iklan penjualan gedung DPR murah di Tokopedia, Lazada, Bukalapak. atau pun Shopee sudah diturunkan. Namun, ada beberapa tangkapan layar sudah tersebar di Twitter dengan variasi harga Rp500 sampai Rp99 ribu.

External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengaku pihaknya sudah menindaktegas segala bentuk penyalahgunaan platform, termasuk lelucon penjualan gedung DPR.

“Saat ini kami terus menindaklanjuti laporan tersebut sesuai prosedur. Walau Tokopedia bersifat UGC di mana setiap penjual bisa mengunggah produk secara mandiri, aksi proaktif pun terus kami lakukan untuk menjaga aktivitas dalam platform Tokopedia tetap sesuai dengan hukum yang berlaku,” kata Ekhel kepada Antaranews.

Iklan

Ekhel juga menyarankan masyarakat yang terganggu sama lapak di platformnya bisa melaporkan pelanggaran lewat fitur Pelaporan Penyalahgunaan. Hm, saya sih yakin enggak akan ada pengguna Tokopedia yang terganggu sama kemunculan lapak gedung DPR.

Selain Tokopedia, Shopee turut mengeluarkan pernyataan resmi bernada serupa.

“Untuk itu, kami telah memastikan semua produk terkait dan toko yang menjual Gedung DPR di aplikasi Shopee yang tidak sesuai dengan standar ketentuan penjualan produk di aplikasi kami, dan akan ditindaklanjuti untuk segera diturunkan, guna menjaga kenyamanan pengguna Shopee,” ujar Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintahan Shopee Indonesia Radityo Triatmojo melalui keterangan tertulis.

Seperti disebut sebelumnya, ini bukan kali pertama aksi menjual gedung DPR muncul. Aksi sejenis pernah terjadi tahun lalu, saat ramai demonstrasi menentang pemerintah, khususnya terkait RKUHP dan UU KPK. Waktu itu, ditemukan iklan Gedung DPR dijual beserta anggota dewannya di toko daring OLX, Tokopedia, dan Shopee.

Selain dijual, gedung DPR juga jadi pembahasan dua hari terakhir sebab dinilai netizen berbentuk menyerupai vagina. Penilaian ini bisa jadi benar sebab memang ada pihak yang menganggap Presiden Soekarno mendesain gedung DPR terinspirasi dari alat kelamin perempuan.

Filosofinya, DPR adalah tempat melahirkan anak berupa Undang-Undang. Sementara, Monas dibangun menyerupai penis dan terletak di dekat istana negara sebagai bangunan pusat lembaga eksekutif. Keduanya, seperti ayah dan ibu, dianggap Soekarno wajib bahu-membahu untuk kepentingan bangsa.

Namun, menurut Pamong Budaya Permuseuman DPR RI Bima Widiatiaga, gedung DPR yang berbentuk kubah setengah lingkaran di kedua sisi gedung diibaratkan sebagai kepakan burung Garuda. Selama ini, banyak juga yang mengira kalau bentuk gedung menyerupai tempurung kura-kura.

“Jadi, bukan kura-kura seperti yang kebanyakan orang kira. Ada yang menarik juga, karena dulu gedung ini dibangun awalnya bukan untuk parlemen, tapi untuk CONEFO. Itu kan internasional, karena itu Indonesia ingin dikenal kuat lewat simbol kepakan sayap burung Garuda itu,” kata Bima kepada Era. Warna hijau dipilih sebagai simbol kemakmuran negara agraris.